Saturday, February 15, 2025

'Finding Nemo' atau Ikan Badut: Lahir Sebagai Jantan, Bagaimana Berkembang Biak?


BICARA LINGKUNGAN - 
Ikan badut  atau Clownfish merupakan jenis ikan populer, setelah menjadi film animasi berjudul “Finding Nemo”.


Jenis ini mudah dikenali karena warnanya yang cerah dengan pola garis-garis putih oranye khas, serta sirip transparannya berpadu sedikit semburat kuning.

Banyak yang menjadikan ikan mungil ini sebagai ikan hias aquarium karena penampilannya yang cantik, lucu dan menggemaskan. Namun, di balik penampilannya itu, ternyata ikan badut memiliki transformasi gender unik dalam siklus hidupnya, mengapa? Ini dikarenakan semua ikan badut lahir sebagai jantan.

Fenomena unik ini dikenal sebagai protogynous hermaphroditism. Artinya, semua ikan badut lahir dengan kelamin jantan. Akan tetapi, mereka memiliki kemampuan untuk mengubah jenis kelamin menjadi betina jika diperlukan.

 

Sepasang ikan badut ini terpantau di perairan Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Perubahan jantan menjadi betina

Dalam penelitian berjudul “Sex Change in Clownfish: Molecular Insights from Transcriptome Analysis” di jurnal Scientific Reports (2026), tim peneliti yang dipimpin Laura Casas berhasil mengungkap mekanisme molekuler yang mendasari perubahan kelamin pada ikan badut. Riset ini menganalisis secara mendalam perubahan ekspresi gen pada ikan badut, saat mengalami perubahan jenis kelamin di lingkungan alaminya.

Perubahan kelamin melibatkan perubahan ekspresi gen yang sangat kompleks dan cepat. Otak ikan badut mengalami perubahan signifikan terlebih dahulu, diikuti perubahan pada gonad,” ungkap Casas kolega.

Para peneliti juga mengidentifikasi sejumlah besar gen yang berperan dalam proses ini, beberapa sudah dikenal dan lainnya merupakan penemuan baru. Satu temuan penting adalah peran luar biasa hormon seks dalam proses perubahan jenis kelamin.

Gen yang mengkode enzim aromatase, yang berperan dalam produksi hormon estrogen, ditemukan sangat aktif di otak maupun gonad ikan badut, yang sedang mengalami perubahan kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa hormon estrogen memainkan peran sentral dalam proses tersebut.

Dijelaskan lagi bahwa perubahan jenis kelamin pada ikan badut merupakan strategi reproduksi yang unik dan efektif. Dengan adanya individu jantan yang siap berubah menjadi betina, kelompok ikan badut dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan atau kehilangan anggota kelompok.

Selain itu, sistem hierarki sosial yang ketat dalam kelompok ikan badut mendukung terjadinya perubahan jenis kelamin.

“Individu yang dominan memiliki akses lebih baik terhadap sumber daya dan peluang untuk bereproduksi,” jelas laporan itu.

 

Ikan badut biasanya bersarang di anemon laut. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Populasi ikan badut

Dilansir dari National Geographic, ikan badut, si penghuni anemon laut yang terkenal, umumnya memiliki panjang sekitar 8 sentimeter, meski ada beberapa yang bisa mencapai 11 sentimeter. Mereka adalah karnivora omnivora atau pemakan segala, dengan makanan utama berupa zooplankton.

Namun, ikan badut juga tak segan untuk mengonsumsi invertebrata kecil yang hidup di sekitar anemon, atau bahkan sesekali menggigit tentakel inangnya. Habitat ikan badut biasanya di terumbu karang dangkal, tempat mereka dapat menemukan anemon laut sebagai area berlindung sekaligus sebagai sumber makanan.

Sebelum menetap di sebuah anemon, ikan badut akan melakukan semacam “tarian” untuk memastikan anemon tersebut cocok dan tidak berbahaya. Lapisan lendir khusus pada tubuhnya melindungi ikan badut dari sengatan anemon, sementara ikan badut sendiri akan membersihkan anemon dari parasit sebagai bentuk simbiosis mutualisme.

Artinya, sebagai imbalan atas perlindungan dari predator dan sisa makanan, ikan badut mengusir pengganggu dan membersihkan inangnya dari parasit.

“Diperkirakan, ada 30 spesies ikan badut yang sebagian besar hidup di perairan dangkal Samudra Hindia, Laut Merah, dan Pasifik barat. Namun, mereka tidak ditemukan di laut Karibia, Mediterania, atau Samudra Atlantik,” tulis National Geographic.

 

Sepasang ikan badut terlihat menjaga telur-tlurnya di Kepulauan Seribu. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Meskipun status ikan badut tidak terlalu terancam, namun populasinya telah menurun di beberapa wilayah. Hal ini disebabkan, ikan ini menyumbang 43% dari perdagangan ikan hias laut global, dengan 75% ikan ditangkap dari alam liar. Itu berarti, di wilayah yang dieksploitasi, terjadi penurunan kepadatan populasi.

Menurut Ocean Conservancy, ancaman lain adalah perubahan iklim dan pengasaman laut yang berdampak pada kehidupan ikan badut dan habitatnya. Pengasaman laut adalah proses penurunan pH air laut akibat penyerapan karbon dioksida (CO2) berlebihan dari atmosfer. Kondisi ini memiliki dampak signifikan terhadap berbagai makhluk laut, termasuk ikan badut.

“Ketika air laut mengasam, ikan badut akan lebih sulit mengenali bau dan suara yang biasanya membantu mereka menavigasi habitat dan mengenali predator. Hal ini sangat berisiko bagi kehidupan mereka,” tulis Ocean Conservancy.




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com