Gelombang Panas Melanda Eropa, Prancis Tutup 1.350 Sekolah
BICARA PERISTIWA - Lebih dari 1.000 sekolah ditutup di Prancis pada Selasa (1/7/2025), akibat gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa. Lantai teratas Menara Eiffel juga ditutup untuk wisatawan sebagai langkah antisipasi terhadap cuaca panas yang membahayakan kesehatan masyarakat.
Laut Mediterania mencatat suhu yang jauh lebih tinggi dari normal, dengan selisih mencapai 6 derajat celsius. Di Laut Balearic, Spanyol, suhu air laut bahkan menembus rekor hingga 30 derajat celsius. Fenomena ini disebabkan oleh kubah panas yang memerangkap udara panas di atas benua Eropa, menurut badan meteorologi Spanyol, Aemet.
Eropa merupakan benua dengan laju pemanasan tercepat di dunia, dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global, berdasarkan layanan perubahan iklim Copernicus Uni Eropa. Dampaknya, gelombang panas ekstrem muncul lebih awal dan berlangsung lebih lama sepanjang tahun.
Di Prancis, suhu diperkirakan mencapai puncaknya pada Selasa ini, dengan beberapa wilayah mencatat suhu antara 40 hingga 41 derajat celsius. Mayoritas wilayah lainnya berada pada kisaran 36 hingga 39 derajat celsius, menurut Meteo France. Sebanyak 16 departemen berada dalam status siaga tertinggi, sementara 68 departemen lainnya dalam status siaga tingkat dua.
Kementerian Pendidikan Prancis melaporkan bahwa sekitar 1.350 sekolah ditutup sebagian atau sepenuhnya karena suhu ekstrem, angka ini melonjak dari sekitar 200 sekolah yang ditutup sehari sebelumnya. Selain itu, lantai atas Menara Eiffel ditutup pada Selasa dan Rabu (2/7/2025), sementara wisatawan diimbau untuk memperbanyak konsumsi air.
Gelombang panas juga meningkatkan risiko kebakaran lahan, terutama saat musim panen dimulai di Prancis, yang merupakan produsen biji-bijian terbesar di Uni Eropa. Di wilayah Indre, Prancis tengah, otoritas lokal bahkan melarang aktivitas pertanian antara pukul 14.00 hingga 18.00 untuk mencegah kebakaran. Beberapa petani memilih bekerja di malam hari guna menghindari paparan panas berlebih pada siang hari.
Para ahli memperingatkan bahwa suhu ekstrem ini dapat berdampak serius terhadap keanekaragaman hayati. Peringatan kesehatan dikeluarkan di seluruh Eropa, mendorong warga dan wisatawan mencari cara untuk tetap sejuk.
Pada sebuah panti jompo di Grimbergen, Belgia, para lansia menikmati kegiatan menyegarkan di kolam renang anak-anak."Bagi saya, ini kegiatan yang hebat," ujar Marie-Jeanne Olbrechts, salah seorang penghuni.
Menurut data Swiss Re, gelombang panas ekstrem diperkirakan menewaskan hingga 480.000 orang per tahun di seluruh dunia. Jumlah ini melampaui gabungan korban jiwa akibat banjir, gempa bumi, dan badai.
Para ilmuwan menyatakan bahwa penyebab utama krisis iklim adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Kontribusi lain termasuk penggundulan hutan dan praktik industri. Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah planet ini. (*/)
Sumber: beritasatu.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom