Kita Menulis Akhir Cerita Kita Sendiri
Kita Menulis Akhir Cerita
Kita Sendiri
Karya Hendry Nursal
Pemeran:
Raka : Usia 30 tahun, Wartawan
Istri Raka : Usia 23 tahun
Pras : Pimpinan Raka
Rey, Ardi : Wartawan
Mafia : Pengusaha Kaya Raya Terlibat Bisnis
Ilegal
Pejabat, Ajudan, Wanita I, II, Pria I, II,
III, Pedagang, Penjual, Aparat I, II, III
FADE IN
SEDANG TERBARING TIDUR DI SEBUAH RUANGAN
SEORANG WARTAWAN BERMIMPI KETIKA SEDANG MEMOTRET AKTIVITAS ILEGAL, TIBA-TIBA
DIDATANGI OLEH 3 ORANG APARAT, MAU DIAMBIL PERALATANNYA BERUPA KAMERA DAN
TELEPON PINTAR. WARTAWAN TIDAK MENYERAHKAN SERTA MENOLAK SEHINGGA TERJADI
SALING TARIK MENARIK
Raka : Hei, kenapa saya
ditarik-tarik, kenapa saya dipegang seperti ini? Ada apa ini bang, saya
wartawan, saya salah apa
Raka : Lepaskan saya, ada
apa ini? Apa salah saya, saya ini wartawan
Raka : Saya memotret
untuk kebutuhan berita siber di tempat saya bekerja, salah saya apa. Saya
dilindungi undang-undang dan berhak menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Saya sedang memotret karena adanya aktivitas ilegal!
Raka : Kalian jangan
semena-mena
APARAT TIDAK MENGACUHKAN DAN TERUS
MEMERIKSA HASIL PEMOTRETAN DI KAMERA SERTA TELEPON PINTAR, LANTAS MENGHAPUSNYA
Raka : Aku akan
melaporkan perbuatan kalian, kalian telah melakukan tindakan
menghalangi-halangi seorang wartawan. Kalian telah melakukan kekerasan terhadap
saya, kalian melakukan intimidasi dan ancaman
Raka : Kalian akan saya
laporkan, karena kalian melindungi perbuatan Ilegal, kalian menghalangi
wartawan, kalian melakukan pengancaman dan melakukan kekerasan
Raka : Kalian menghapus
bukti aktivitas ilegal yang aku dapatkan
Raka : (terdiam)
APARAT
MENINGGALKAN RAKA, SEDANGKAN RAKA TIDAK BISA BERBUAT BANYAK ATAS PERISTIWA YANG
BARU SAJA DIALAMINYA. SEMENTARA ITU, ISTRINYA TIBA-TIBA MEMBANGUN RAKA DARI
MIMPINYA
Istri Raka : Kamu kenapa bang? Bang,
bangun bang
Raka : (masih berteriak
agar dijauhi) Jangan, jangan, kalian sudah menghapus semua foto dan rekaman
bukti, kalian mau apa lagi
Istri Raka : Bang, aku istri mu! Bangun
bang
Raka : (terbangun) Kenapa
dengan ku?
Istri Raka : Kamu tertidur disini bang,
aku baru kembali dari rumah Ibu. Abang sudah pulang dari tadi ya, Abang sudah
makan?
Raka : (dengan senyum
ceria) Abang sudah makan, jam berapa sekarang?
Istri Raka : Jam 9 Malam, Abang mau
saya buatkan kopi?
Raka : Boleh (termenung)
Istri Raka : (sambil membawakan segelas
kopi dan air biasa) Abang kenapa sampai mengigau begitu, berteriak-teriak?
Raka : Mungkin abang
kelelahan
Istri Raka : ya udah, mari istirahat
Raka : Kamu duluan saja
ya, Abang menyelesaikan satu pemberitaan. Terkait Bisnis Ilegal yang dimiliki
seseorang bernama Kai
Istri Raka : Hati-hati bang, karena itu
berbahaya. Mungkin itu juga menyebabkan abang sampai mengigau tadi
Raka : Tidak kok, abang
akan berhati-hati, Abang tidak akan menyebutkan nama bahkan Inisial di dalam
tulisan berita
Istri Raka : Baiklah, setelah itu
langsung istirahat. Ingat abang juga harus jaga kesehatan
Raka : (menjawab dengan
senyuman)
RAKA
BERGEGAS MEMBUKA LAPTOP DAN MENGETIK BERITA YANG BARU SAJA DIA SELIDIKI. NAMUN
DIA TERLIHAT RAGU UNTUK MENYIARKAN BERITA TERSEBUT.
DIA
TERLIHAT BERPIKIR KERAS DAN MEMUTUSKAN MENYIARKANNYA, RAKA LALU TERMENUNG.
DALAM LAMUNANNYA TERLIHAT BANYAK ORANG BERLALU LALANG, DENGAN KESIBUKAN MASING
Wanita I : Kamu ada baca berita tidak?
Wanita II : Berita yang mana?
Wanita I : Terkait aktivitas
Ilegal, saya mendukung wartawan itu agar terus membongkar praktek-praktek yang
merugikan negara
Wanita II : Tapi itu berbahaya bagi
keselamatan dan keamanan dia maupun keluarganya
Wanita I : Saya yakin banyak pihak
yang akan berada disebelahnya melindungi (kemudian berlalu pergi)
Wanita II : (Mengikuti Wanita I
berjalan) Kita pikirkan saja harga-harga pada mahal, terpenting isi dompet
aman, dapur mengepul
Pedagang : Berita hari ini sangat
hebat
Penjual : Apa hebatnya?
Pedagang : iya, terkait aktivitas
Ilegal
Penjual : Halahhh….nanti juga
hilang, kalau mengucur uang banyak ke wartawannya
Pedagang : Tidak boleh menuduh seperti
itu
Penjual : Aktivitas Ilegal, kalau
mereka berani berbuat artinya mereka kuat, paham sendiri apa yang saya maksud
kuat, kuat uangnya dan kuat….ah sudahlah. Nantinya juga beritanya hilang
sendiri
Pedagang : Minimal wartawan telah
membuka aktivitas itu, perkara ditindaklanjuti atau tidak, selesai atau tidak,
berimbas atau tidak? Itu urusan belakangan
Penjual : Sudah, sudah kita
berdagang saja yang rajin. Hari ini kalau dagangan kita tak ada yang beli, kita
makan nasi pakai garam. Pikirkan saja diri kita, paham!
Pedagang : (diam saja dan berlalu
pergi)
Pria I : (Sambil berjalan
lalu terhenti) Apakah kalian sudah membaca berita siber pagi ini?
Pria II : Belum bos
Pria III : Iya Belum
Pria I : Tentang aktivitas
Ilegal, kalian harus temukan wartawannya. Berikan dia semangat dan sampaikan
pesan saya jangan takut dengan semua jenis ancaman dari pihak-pihak yang
terlibat
Pria II : Kenapa harus
didukung bos, bukankah yang diberitakan adalah saingan kita? Biarkan saja bos
Pria I : Kau harus paham,
jika wartawan itu tidak lagi memberitakan maka merugikan kita, kalau dia
meneruskan maka bisnis kita bisa meraih keuntungan lebih besar lagi.
Pria III : Tapi bos, kita juga
berkecimpung di jalur di Ilegal. Nanti kita juga terkena imbas
Pria I : Makanya kita
dorong terus wartawan itu, sehingga perhatian masyarakat terus ke saingan
bisnis kita, paham?
Pria II : Paham bos
Pria III : Siap laksanakan
(berlalu pergi)
Pejabat : (bersama satu Ajudan)
apa agenda kita hari ini?
Ajudan : Sudah semua pak,
agenda berikutnya hari esok
Pejabat : Bagus, kamu ada membaca
berita hari ini
Ajudan : Belum pak
Pejabat : Pemberitaan terkait
Aktivitas Ilegal, kalau nanti terus bergulir dan saya diminta pendapat,
bagaimana?
Ajudan : Saya pikir bapak cukup
menjawab dengan cara normatif saja
Pejabat : Contohnya?
Ajudan : Iya, (mencontohkan)
saya selaku pemimpin di daerah ini tentunya memberikan perhatian lebih terhadap
aktivitas Ilegal karena itu merugikan bagi negara, merugikan bagi masyarakat
luas. Aktivitas itu dilarang, melanggar hukum! Namun kita percayakan sepenuhnya
pada penegak hukum (kepada pejabat) begitu pak kira-kira
Pejabat : kalau wartawan
menganggap kita membiarkan aktivitas itu, dan ada dugaan terlibatnya bawahaan
saya, bagaimana?
Ajudan : (kembali mencontohkan)
Tidak mungkin kami membiarkan, kita ini negara hukum. Terkait keterlibatan
bawahan saya? Itu hanya dugaan perlu pembuktian, saya tentu akan menindak tegas
jika bawahan saya terlibat (kepada pejabat) begitu pak
Pejabat : baik, saya akan jawab
seperti itu (sembari berjalan)
PRAS
SELAKU PIMPINAN DI TEMPAT RAKA BEKERJA MENDAPATKAN TELEPON TERKAIT PEMBERITAAN
AKTIVITAS ILEGAL DI MEDIANYA
Pras : (sedang menelpon)
hallo, iya saya pras. Ada yang bisa saya bantu pak?
Pras : Oh terkait
berita hari ini, saya memberikan wewenang penuh pada Raka, sangat menghormati
karya jurnalistiknya.
Pras : Betul saya
pimpinannya, dan saya sudah membaca pemberitaan tersebut. Tidak ada yang
dilanggar secara Kode etik, tidak juga memenuhi unsur pidana untuk tulisannya
Pras : Maaf, jika
berita menyalahi baru saya akan minta dia perbaiki. Kalaupun anda merasa
keberatan, silahkan lakukan hak jawab
Pras : (telepon
dimatikan) hallo, hallo…..(berlalu pergi)
Rey : (Kepada Ardi)
Berita Raka hari ini, terlalu berani
Ardi : Apa salahnya,
dia memiliki data dan fakta yang lengkap
Rey : Dia akan
berhadapan dengan masalah besar, Orang besar, Uang besar dan tentunya Resiko
besar
Ardi : Selagi dia punya
bukti, kenapa takut dan kalaupun dia mengalami peristiwa kejahatan setelah
berita Aktivitas Ilegal, dia juga bisa melaporkan ke jalur hukum
Rey : (tertawa)
Ardi : Kenapa? Kita sudah
seharusnya memberikan dukungan pada Raka selaku sesama Wartawan
Rey : Tak cukup cuma
sekedar ucapan “teruskan Raka, kamu hebat, kamu harus tuntaskan, kamu jangan
takut dengan ancaman dari pihak manapun” kamu pikir dengan begitu Raka bisa
aman?
Ardi : Terpenting tidak
menjatuhkan sesama wartawan, apalagi malah membela yang dia beritakan!
Rey : Sudahlah,
berpikir saja tugas dari kantor, Udah siang ini (mereka berlalu pergi
SETELAH
BEGITU BANYAK MELAMUNNYA, RAKA TERTIDUR DAN DIA KEMBALI MENGIGAU
Raka : Hei, kenapa saya
ditarik-tarik, kenapa saya dipegang seperti ini? Ada apa ini bang, saya
wartawan, saya salah apa
Raka : Lepaskan saya, ada
apa ini? Apa salah saya, saya ini wartawan
Raka : Saya memotret
untuk kebutuhan berita siber di tempat saya bekerja, salah saya apa. Saya
dilindungi undang-undang dan berhak menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Saya sedang memotret karena adanya aktivitas ilegal!
Raka : Kalian jangan
semena-mena (terbangun)
KETIKA
TERBANGUN, RAKA MEMINUM SEGELAS AIR PUTIH DI MEJA RUANG TAMU YANG DISIAPKAN
ISTRINYA DAN KEMBALI MELAMUN
Mafia : (melalui telepon)
Hebat berita mu, kau Raka ya?
Raka : iya saya Raka,
anda siapa ya? Berita yang mana?
Mafia : Berita kamu baru
saya baca pagi ini, hebat kamu. Semua orang tau siapa saya
Raka : Oh anda Kai,
gimana pak? Apa yang bisa diluruskan? Apakah bapak mau saya wawancarai untuk
menuntaskan berita saya, karena saya sudah berusaha berkomunikasi namun telepon
saya tidak dijawab oleh bapak
Mafia : kamu tidak perlu
basa-basi, berita kamu hebat
Raka : Ada yang salah
pak, saya tidak menyebutkan nama bahkan inisial Anda
Mafia : Tanpa kamu
menyebutkan nama pun, semua orang juga tau saya yang menguasai seluruh wilayah
disini dan itu bisnis saya
Raka : Saya tetap tidak
dalam posisi menuduh siapapun
Mafia : kamu mau coba-coba
dengan saya ya?
Raka : Waduh maaf pak,
saya hanya manusia biasa, bukan orang hebat dan berpengaruh seperti bapak
Mafia : Tapi kamu berani
menantang saya, berita kamu adalah tantangan untuk saya
Raka : Saya tidak
menantang bapak, kalau bapak seperti ini artinya berita saya benar ya pak?
Kalau bapak merasa itu salah, saya bisa kutip sekarang dan lakukan sanggahan
pak
Mafia : Saya tau dimana
kamu, saya habisi keluarga kamu
Raka : (marah) Hei kamu,
dengar saya baik-baik, dari tadi saya berlaku sopan menjawab telepon kamu.
Berita saya tidak ada menyebutkan nama kamu, kamu mau laporkan saya secara
jalur hukum, silahkan! Saya mengetahui semua aktivitas ilegal yang kamu
lakukan. Kamu jangan membawa-bawa keluarga saya! Urusannya ada di saya, kamu
catat alamat saya, saya tinggal di lorong Kenangan, anda masuk lalu belok ke
kanan, ikuti jalan itu hingga berjumpa Masjid berjarak 200 meter disebelah kiri
rumah kontrakan warna kuning 12 pintu, saya nomor tiga. Jika keluarga saya anda
sentuh, saya yang akan menjadi Iblis pencabut nyawa Anda. Saya sudah biasa
lapar, saya tidak takut mati, apa Anda sanggup untuk miskin, untuk lapar?
Mafia : (mematikan telepon
dan berlalu pergi)
Raka : Hei kamu kemana?
Jangan pergi kamu
Aparat I : kamu memang mau mencari
mati! (mendorong masuk ke dalam rumah hingga terduduk di kursi)
Raka : Apa salah saya
Aparat II : Jangan berlagak bodoh
kamu! Kau harus menghapus beritanya
Aparat III : Jika tidak, Kamu akan
terima akibatnya nanti (meninggalkan rumah Raka)
Raka : Hei tunggu, kalian
siapa (sambil setengah mengejar ke arah pintu, tiba-tiba datang seseorang yang
bertanya)
Wanita I : Apakah kau Raka
Raka : (belum sempat
menjawab, terus berdatangan dan pertanyaan yang sama, Raka kebingungan)
Wanita II : Apakah Kau Raka
Pedagang : Apakah kau Raka
Penjual : Apakah kau Raka
Pria I : Apakah kau Raka
Pria II : Apakah kau Raka
Pria III : Apakah Kau Raka
Pejabat : Apakah Kau Raka
Ajudan : Apakah Kau Raka
Raka : (berteriak) diam!
PERTANYAAN
YANG SAMA TERUS TERLONTAR, SEMUA ORANG SELAYAKNYA MAYAT HIDUP DAN TERUS
BERGERAK TIDAK BERHENTI HINGGA RAKA TERDUDUK KE KURSINYA, LALU SEMUA ORANG
BERLALU PERGI
Raka : (berteriak) diam!
Menjauh dari ku, jangan ganggu aku!
Istri Raka : Kamu kenapa bang? Bang,
bangun bang
Raka : (masih berteriak
agar dijauhi) Jangan, jangan, aku tidak kenal kalian. Menjauhlah dari ku
Istri Raka : Bang, aku istri mu! Bangun
bang
Raka : (terbangun) Kenapa
dengan ku?
Istri Raka : Abang kenapa, bangun bang
sudah pagi. Abang ada apa sebenarnya? Mengapa mengingau hal yang sama?
Raka : (sambil
menggelengkan kepala dan tersenyum)
Istri Raka : Jika itu masalah berita,
dan dapat berakibat buruk bagi kehidupan kita, tinggalkan bang, tak perlu lagi
diteruskan
Raka : Ini untuk
kepentingan orang banyak, mimpi ku kemarin di ujung jalan itu
Istri Raka : Orang banyak tidak peduli
dengan kepentingan kita bang
Raka : jangan begitu,
Tuhan tidak tidur
Istri Raka : Sudah cukup berita abang
terkait aktivitas Ilegal, terpenting abang sudah berbuat. Cukuplah sebatas
kemampuan dan jangkauan abang, kita menulis akhir cerita kita sendiri. Cerita
mereka bukan lagi menjadi urusan abang, cukup bang. Garis merahnya, Tuhan tidak
tidur!
Raka : (terdiam) aku
tidak ingin menghilang cerita, seharusnya aku bebas menentukan akhir cerita,
cerita mimpi di Ujung jalan itu.
FADE OUT
T A M A T
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom