Saturday, September 28, 2024

'Jambi Cultural Fest' Respon Isu Sosial di Provinsi Jambi


BICARA SENI
- Jambi Cultural Fest (JCF) sukses digelar dan dipadati penonton selama berlangsung pada 26 s.d 28 September 2024 di Gedung Arena Taman Budaya Jambi.


JCF mendapat dukungan penuh dalam agenda Gelar Seni TBJ tahun 2024, merespon isu sosial yang sedang terjadi di provinsi Jambi, di masyarakat mencakup berbagai isu yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan.


Disajikan dalam bentuk karya tari dari 4 Koregrafer muda Jambi, yaitu: Tiara Fatmasari, Ajeng Brilian, Wise Azizah, dan Lucky Pesona Sari.



Memory Of Teluk Temple

Koreografer: Tiara Fatmasari

Bercerita tentang candi teluk yang tergerus dengan batu bara, candi teluk terancam punah dengan situasi ini.


Penari: Syawal dan Tiara




Meta Tubuh

Koreografer: Lucky Pesona Sari

Evolusi ketubuhan perempuan SAD sebagai objek penciptaan tari Eksperimental yang Me_Representasikan konsep tubuh dulu, sekarang dan nanti hal ini diimplemetasikan kedalam karya kolaboratif lintas disiplin yang baru dalam dunia tari.


Pentingnya isu budaya ini dimunculkan kepermukaan karena pengaruh dunia modern terhadap masyarakat SAD, tidak hanya merubah budaya mereka, namun juga merubah ketubuhan mereka khususnya terhadap perempuan, tubuh adalah sebuah identitas budaya organik.




Antrachosis

Koreografer: Ajeng Brilian,S.Sn

Istilah ini digunakan secara khusus untuk kondisi yang di sebabkan oleh paparan debu batu bara. Karya tari ini menggambarkan perjuangan manusia yang hidup dalam bayang-bayang industri batu bara. Dengan gerakan-gerakan dinamis dan penuh emosi, para penari membawa penonton pada perjalanan yang menggambarkan peralihan dari kehidupan yang sehat menuju derita akibat paparan polusi debu batu bara.


Namun, Asap yang memenuhi panggung serta dialog yang dilontarkan oleh penari dengan kostum berwarna abu abu, menginvasi panggung, melambangkan polusi dan dampak negatif dari penambangan. 


Gerakan para penari menjadi semakin kaku dan tertatih-tatih, menunjukkan paru-paru yang mulai tersumbat dan sesak napas yang mengikat tubuh mereka.


Puncak dari tari ini menghadirkan adegan di mana para penari terjatuh, terbungkuk, dan terengah-engah, menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh paparan debu batu bara yang menghantui masyarakat desa muara jambi selama ini. Melalui gerakan tertahan dan tarikan napas yang berat, mereka memperlihatkan kesakitan dan perjuangan yang dirasakan ketika napas mereka direnggut oleh partikel debu batu bara yang telah memenuhi tiap bagian dari wilayah tersebut dengan menyisahkan gelembung-gembung udara bersih.


"Antrachosis” adalah sebuah peringatan akan dampak nyata dari eksploitasi alam dan industri terhadap kesehatan manusia, khususnya pernapasan, yang selama ini terabaikan dalam bayang-bayang kemajuan ekonomi.


Penulis naskah: Nyimas Suci Amalia

Penari: Fauzan Pamatriadi dan Tiara





Oil in Live

Koreografer: Wise Azizah, S.Sn

Oil in life atau minyak dalam kehidupan. Merupakan karya tari yang berangkat dari ketergantungan manusia akan minyak. Hal ini dapat di dasari dari peningkatan kebutuhan manusia akan minyak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dominan. Tanpa mengesampingkan material lain sebagai sumber energi, minyak juga merupakan material pemasok utama dalam memenuhi hajat hidup orang banyak. 


Seperti, sebagai bahan industry, bahan bakar kendaraan, bahan perabotan rumah tangga, hingga bahan produk kecantikan dan Kesehatan. Dari hal tersebut pengkarya menyadari bahwa dalam kehidupan, manusia tidak akan terlepas dari minyak. Sehingga ia akan terus menempel, melekat, dekat, hidup, dan berjalan terus menerus di dalam ruang waktu kehidupan manusia. 


Penari: Nur Aini, Nyimas Humairoh, dan Bervin Romadhon





IcaLago, selaku Direktur Jambi Cultural Fest 2024 dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak terutama Taman Budaya Jambi (TBJ).


"Kami sampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak dan Taman Budaya Jambi yang telah memfasilitasi Jambi Cultural Fest 2024. Semoga ini berkelanjutan dan masih berjumpa lagi di tahun 2025," Ucap IcaLago (Sabtu, 28/09/2024).


Sementara itu, Eri Argawan selaku kepala Taman Budaya Jambi dalam kata sambutannya saat malam penutupan Jambi Cultural Fest sampaikan apresiasinya.


"Terima kasih IcaLago luar biasa, Pak Kadis (Budpar-red) meminta ini dijadikan agenda tahunan yang masuk dalam kalender eventnya provinsi Jambi, nanti kita tindaklanjuti ya," Ungkap Eri Argawan, saat menyampaikan kata sambutannya.


"Saya apresiasi untuk Jambi Cultural Fest dan para koreografer muda yang hadir," Tambah Eri Argawan. (*/HN)



Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram