6 Jenis Kelainan Seksual yang Berdampak pada Kesehatan Mental dan Perlu Diwaspadai
BICARA KESEHATAN - Sekarang ini, berbicara tentang seksualitas seharusnya tidak lagi menjadi hal yang tabu, apalagi jika menyangkut kesehatan mental seseorang. Di balik isu-isu sensasional yang ditulis pada headline berita, terdapat realita bahwa sebagian orang ternyata mengalami kesulitan dalam mengelola dorongan seksual secara sehat dan seimbang. Gangguan kelainan seksual, atau dalam istilah medis disebut paraphilic disorders, merupakan salah satu kondisi yang bisa memengaruhi kehidupan seseorang secara menyeluruh karena berefek pada hubungan sosial, kepercayaan diri, hingga kesehatan mental pengidapnya.
Sayangnya, banyak dari masyarakat awam yang masih belum memahami apa itu gangguan kelainan seksual. Padahal, mengenali gejalanya sejak awal bisa menjadi langkah penting untuk mendorong kesadaran, empati, dan penanganan yang tepat. Terlebih, beberapa kelainan seksual berisiko melibatkan tindakan yang merugikan orang lain jika tidak ditangani secara profesional.
Berikut Fimela rangkum 6 jenis gangguan seksual yang secara medis telah diklasifikasikan dan perlu diwaspadai karena dampaknya yang serius terhadap kesehatan mental maupun kehidupan sosial. Sebagai pengingat, artikel ini disajikan bukan untuk menghakimi pihak manapun, melainkan untuk meningkatkan pemahaman bersama.
1. Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah dorongan seksual yang muncul ketika seseorang mendapatkan kepuasan dengan memperlihatkan organ intimnya kepada orang lain tanpa persetujuan. Hal ini karena bagi pengidap eksibisionisme, tindakannya tersebut menimbulkan rasa puas atau dominasi ketika melihat sang korban kaget dan ketakutan.
Jika tidak ditangani, eksibisionisme bisa mengganggu kehidupan sosial dan meresahkan orang lain karena membuat pelaku merasa kesulitan mengendalikan impulsnya tersebut bahkan saat berada di tempat umum.
2. Voyeurisme
Voyeurisme adalah kondisi ketika seseorang mendapatkan rangsangan seksual dengan cara mengintip orang lain yang sedang telanjang, berganti pakaian, atau melakukan aktivitas seksual, tanpa seizin atau sepengetahuan orang tersebut.
Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa merusak rasa aman korban, dan pada pelaku, sering disertai perasaan bersalah atau dorongan kompulsif yang sulit dikendalikan.
3. Frotteurisme
Frotteurisme terjadi saat seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan menyentuhkan tubuh atau menggesekkan diri ke bagian tubuh orang lain tanpa persetujuan, di mana tindakan ini biasanya dilakukan di tempat umum yang ramai.
Meskipun terlihat seperti perilaku sepele, tindakan ini merupakan bentuk pelecehan dan dapat berdampak besar pada kondisi psikologis korban.
4. Sadomasokisme
Sadomasokisme mengacu pada kondisi di mana seseorang merasa terangsang secara seksual ketika menyakiti atau disakiti. Sebenarnya selama hal ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua belah pihak dan dalam batas aman, beberapa bentuknya tidak termasuk gangguan.
Namun, jika dorongan tersebut membuat pelaku kehilangan kendali, menyakiti diri sendiri secara ekstrem, atau melibatkan orang lain tanpa persetujuan, maka ini termasuk dalam gangguan yang membutuhkan penanganan psikologis.
5. Pedofilia
Pedofilia merupakan kondisi di mana seseorang memiliki dorongan seksual terhadap anak-anak yang secara hukum belum memasuki usia dewasa. Ini adalah bentuk gangguan seksual serius yang bisa berdampak sangat besar bagi hidup korban dan menjadi pelanggaran hukum berat bagi pelaku.
Individu dengan kecenderungan ini membutuhkan pendampingan dan terapi khusus untuk mencegah terjadinya tindakan yang merugikan.
6. Fetishisme Ekstrem
Memiliki fetish bukanlah hal yang salah selama tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain. Namun, fetishisme bisa menjadi gangguan jika seseorang hanya bisa merasa terangsang melalui objek tertentu secara obsesif dan tidak bisa berfungsi secara normal dalam kehidupan seksual tanpa benda tersebut.
Jika fetish sudah menimbulkan kecemasan berlebih atau mengganggu relasi dengan pasangan, sebaiknya segera konsultasikan dengan profesional sebelum makin memburuk dan justru merugikan orang lain.
Gangguan seksual adalah kondisi medis yang nyata dan tidak boleh dianggap remeh. Jadi alih-alih menghakimi, mari kita mulai dengan memahami bahwa kesehatan seksual juga bagian dari kesehatan mental yang layak dirawat. Karena semakin dini gangguan ini dikenali, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Sumber: fimela.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom