Dongeng Yanto Bule; Temenggung merah Mato, dan Sungai si Busuk
Bertahta lah kerajaan siak sri indrapura nan masyhur, negeri yang begitu makmur rakyatnya sejahtera, perekonomian negerinya terkendali dengan baik, sebab Baginda raja Abdul Jalil Rahmat Syah pendiri kerajaan Siak Sri Indrapura begitu tegas dan bijaksana,dalam memimpin Kerajaan, Apalagi Baginda raja begitu dekat dengan kaum ulama,sehingga kerajaannya di penuhi Rahmat dari Allah SWT.
Bahkan pengaruh kuat dari kerajaan Siak Sri Indrapura, meliputi daerah pesisir timur sumatera, semenanjung Malaya sampai ke sambas daerah Kalimantan.
Suatu ketika sang Baginda raja, mendapatkan mimpi bahwa di wilayah pesisir timur Sumatra, ada satu wilayah yang begitu subur dan makmur, rakyatnya hidup damai bahkan memiliki satu keunikan sendiri yang tak di temukan di kerajaan Siak Sri Indrapura.
Baginda raja Abdul Jalil Rahmat Syah, memanggil salah satu ulama yang memiliki karomah tuanku Syekh Zainudin, Untuk menyebar agama Islam di negeri yang ada dalam mimpinya itu.
" Pergilah ke satu daerah, yang memiliki hulu di pesisir timur laut,dan aliran nya sampai ke negeri yang ada dalam mimpiku, Sebarkan agama Islam di sana dan menetaplah wilayah itu dengan cara cara yang baik"
" Baik Baginda,hamba akan laksanakan titah tuanku, Tapi apakah di sana agama Islam sudah di anut"
" Aku memiliki firasat bahwa di sana sebagian besar rakyat nya sudah menganut agama, Bahkan aku merasakan kontak batin dengan tokoh di sana, segeralah berangkat tuanku Syekh "
Perjalanan dari kerajaan Siak Sri Indrapura, mulai di tempuh syekh Zainudin dengan mengunakan perahu sampan, Ombak lautan di pesisir pantai begitu tenang, seperti meridhoi keberangkatan syekh zainudin menuju satu wilayah yang di titahkan sang raja.
Suatu malam, Syekh Zainudin tertidur pulas, begitu letihnya syekh zainudin duduk di atas sampannya.
Tak terasa deburan ombak,menghantam dinding sampan dan melontarkan sampai ke sebuah pulau, berbatu Yang di kelilingi pasir nan putih,bukit hijau dan banyak di temukan penyu hijau.
Tiba tiba syekh zainudin terbangun, saat air laut menjilati mata kakinya yang terjuntai dari sampannya.
" Masya Allah, betapa indah ciptaan Mu ya Robb, begitu letihnya aku sehingga tak tau ini pulau apa dan sampai dimana"
Bergegas syekh zainudin, berdoa apakah ini bagian hulu dari satu daerah yang makmur , seperti yang di ceritakan Baginda raja, Bermalam di pulau tak bertuan namun ada di temukan beberapa makam, dengan nisan batu bertuliskan Arab Melayu.
" Ahk, jangan jangan ini yang di namakan pulau berhala, dimana tempat peristirahatan terakhir paduko Rajo berhalo ukuran Jambi itu, berarti ini hulu dari negeri yang harus aku temukan"
Rimbun hutan dengan pepohonan menjulang tinggi, riuh binatang hutan, teriakan ungkap, siamang ,suara burung kuwau seperti menyambut kedatangan syekh Zainudin, lelaki berjubah itu dengan tenang menyusuri rimba belantara dengan di temani to Kat kayu dan seekor kucing putih miliknya.
Syekh zainudin mulai melintasi sungai besar,yang membelah dua daratan, air sungai yang begitu jernih ,ikan Palo terlihat di dasar sungai, pepohonan nilo rindang di kanan kiri sungai yang masih alami.
Di kejauhan , ladang milik warga mulai terlihat, tanaman padi mulai menguning, kacang panjang dan kedelai terlihat hijau menghampar di ladang, pondok berdinding kulit kayu beratap Rumbia,menjadi tempat nyaman penduduk negeri, perlahan sampan yang di tumpangi syekh Zainudin menepi di pinggir Sungai.
" Assalamualaikum Ki sanak, apakah ini sebuah negeri yang makmur, padi di sini mulai menguning siap untuk di panen"
" Walaikumsalam tuan, apakah tuanku bukan berasal dari kampung ini,sebab tampilan tuanku bukanlah seperti warga kampung ini"
" Benar Ki sanak, aku berasal dari satu kerajaan yang nyari berada di ujung timur pulau ini, dan mendapatkan titah Baginda raja untuk mendatangi kampung baru"
" Benar sekali tuanku, ini adalah desa baru,milik kami yang dulunya di pimpin oleh temenggung merah Mato, nan sakti lagi bijaksana"
" Singgah lah di pondokku tuan,hari juga sudah mulai senja"
" Ki sanak, negeri ini seperti negeri yang makmur penduduknya juga sangat baik dan taat beribadah, apakah ada tokoh yang sakti dan masyhur di tempat ini"
" Benar tuanku, dusun baru ini dulunya ada seorang tokoh alim nan sakti yang pernah tinggal di sini, dan menjadi tokoh panutan masyarakat "
" Ki sanak tolonglah ceritakan, mungkin saja ini daerah yang di perintahkan oleh Baginda raja Siak Sri Indrapura agar aku mendatanginya"
Dahulu kala negeri ini dulunya, hanyalah satu perkampungan kecil, hanya di huni 70 keluarga, dan di pimpin oleh seorang alim bernama temenggung merah Mato, yang memiliki peliharaan kucing putih bersih Temengung yang berasal dari keturunan orang alim nan masyhur serta masih keturunan raja, Ini awalnya datang hanya untuk menyegerakan agama islam.
Tetapi dengan cara yang santun serta memasukan cara cara yang mudah di mengerti penduduk, Sehingga kesalehan dan kegigihan ilmunya cepat mendapatkan simpatik dari penduduk setempat.
Selama ini penduduk yang hidup di dusun baru ,untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara bercocok tanam, mengantungkan hidupnya pada pertanian, Perkampungan dusun baru nan asri di kelilingi bukit nan luas,serta masih terjaga ekosistemnya terus terjaga,bahkan penduduk yang mau membuka lahan untuk bercocok tanam tidaklah sembarangan untuk menebangi hutan, sebab pohon buah tampoy, nangka hutan,durian, duku,dan manggis masihlah sangat banyak,tidak menjadi kekurangan bagi penduduk dusun baru untuk menikmati musim buah di kala jatuh musimnya.
Namun ketenangan dusun baru menjadi terusik saat kampung yang tenang,tiba tiba di kejutkan dengan pendudukan oleh kerajaan Sriwijaya yang melebarkan tanah kekuasaannya sampai pulalah di dusun baru, prajurit prajurit yang mengunakan baju zirah besi,mulai menjajah dan meminta upeti untuk raja, sehingga penduduk dusun baru mulai ketakutan.
Temenggung merah Mato yang begitu alim, Tidaklah tampak panik untuk mengabulkan upeti kepada hulubalang kerajaan,Di saat kerajaan meminta upeti dari penduduk tetap di berikan.
Berjalannya waktu, rasa iba ada di hati Temengung merah Mato melihat nasib yang di alami penduduk dusun baru, ketenangan warganya terusik, tak ada lagi warga yang Bernai mandi,mencari ikan di air jernih,bahkan sekedar untuk berkumpul kerumah tetangga saja mereka di liputi rasa ketakutan terhadap hulubalang kerajaan Sriwijaya yang sering masuk ke dusun baru.
Dengan kesaktian yang di miliki temengung merah Mato, dusun baru mulai di pindahkan ke satu wilayah yang berawa rawa, sehingga hulubalang kerajaan yang datang meminta upeti ke dusun baru menjadi terkejut, Sebab dusun baru tiba tiba menghilang dari tempatnya , yang ada hanyalah sebuah kandang merpati yang kayunya sudah menjadi batu, hulubalang Kerajaan pun kemudian tidak lagi menjadikan dusun baru masuk ke wilayah jajahan upeti raja Sriwijaya , lokasi dusun baru tiba tiba berubah menjadi rawa rawa dan tidak mampu di lewati oleh hulubalang kerajaan, Sebab rawa rawa yang di pijak berubah menjadi bergelombang.
Satu hari Temengung merah Mato,tengah menanak bubur yang akan di berikan kepada penduduk, Namun saat bersamaan Temenggung merah Mato harus melakukan sholat ashar, belanga yang yang berisi nasi di letakan di atas bara api, dengan tiga tiang kayu penyangga di bawahnya,api mulai membesar di bawah perapian milik temenggung merah Mato.
Terlalu asiknya Temenggung merah Mato bertafakur dan bertadabur kepada sang pencipta, tiba tiba kayu tiang penyangga belanga miliknya terbakar, membuat belanga yang berisi nasi dan sudah menjadi bubur miring lalu tumpah,kejadian itu luput dari penglihatan Temengung merah Mato.
Namun saat temenggung merah Mato, usai berdoa,lalu kembali ke belakang rumahnya untuk melihat bibir nasinya yang di tanak, sudah tumpah,melihat bibir nasinya bercampur dengan tanah, sekejap kemudian temenggung merah Mato, tidaklah kecewa namun melihat bubur yang di tanak tidak bisa di bagikan untuk penduduk dusun baru, tiba tiba Temenggung merah Mato kemudian mengangkat kedua tangannya menengadah ke atas,sembari berdoa.
" Ya Allah, sekiranya bubur nasiku ini tidak bisa aku sedekahkan kepada penduduk dusun baru, jadikanlah bubur nasiku ini menjadi sumber yang berguna untuk masyarakat luas"
Doa temenggung merah Mato,di jawab Tuhan dengan mengubah nasi bubur yang tertumpah bercampur tanah tiba tiba menjadi sumber mata air yang mengandung belerang, dan air yang berbau belerang mengalir membelah dusun baru sampai ke air jernih.
Temenggung merah Mato, lalu meninggalkan dusun baru dengan menancapkan sebatang pohon beringin di dekat sumber belerang yang keluar dari belanga miliknya, lalu meninggalkan dusun tanpa di ketahui penduduk.
Lambat Laun, pohon beringin yang di tancapkan Temengung merah Mato menjadi pohon beringin yang besar, dengan akar yang banyak,warga dan penduduk dusun baru lalu menamai akar seribu, sementara lokasi air belerang yang terus mengalir dan mengeluarkan aroma belerang di namai sungai busuk tetapi di jadikan lokasi pemandian warga untuk mengobati beragam penyakit di beri nama paku aji.
Tetapi kekeramatan peninggalan temenggung merah Mato, tidak juga berhenti sampai di situ saja, warga yang akan memikat burung punai dengan buah beringin, saat akan memanen buah beringin yang jatuh jika di terkam kucing,sudah pasti akan mendapatkan banyak burung punai ,seperti kucing putih milik tem ngung merah Mato yang berwarna putih bersih.
" Begitulah ceritanya tuan, sampai hari ini kami tidak pernah menemukan kepada perginya Temengung merah Mato,tetapi di ujung dusun dekat hutan kecil masih ada jejak nisan,yang kami yakini makam temenggung merah Mato"
" Ya Allah ya Robb, begitu agung caramu menyembunyikan kekasihmu, Ijinkan hamba menziarahi makam kekasihmu, dan aku akan sampaikan kepada tuangku Baginda raja, bahwa hulu sungai yang mengalir dari pesisir ujung timur laut ini merupakan bukti Kebesaran MU"
Suara jangkrik, menyibak dedaunan di balik pondok, celoteh burung hantu bersahutan, penduduk hutan bernyanyi riang mengiringi malam berganti pagi.
Sanggar imaji bangko 17042025
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom