Pernah Dengar Nama Ansori Barata? Dialah Salah Satu 'Harimau Sumatera' Penulis Jambi
BICARA LITERASI - Dikenal sebagai sastrawan berbagai karyanya telah diabadikan lewat buku dan antologi, Dialah Ansori Barata seorang lelaki yang berasal dari ujung Timur provinsi Jambi.
Bernama lengkap Nur Ansyoribrata, di Jambi lebih dikenal dengan nama pena Ansori Barata, lahir di Simbur Naik pada 31 Oktober, pernah kuliah di Universitas Jambi. Rupanya tidak hanya di dunia Sastra, Ansori Barata yang saat ini tengah menempuh studi Psikologi di UTN Bogor tersebut juga menulis buku ilmiah dan profil.
Karier menulis dimulai sejak SLTA melalui tulisan di media massa. Buku pertamanya Kumpulan Cerpen Harimau Sumatera (KSP 2022), Semiotika Hidup (Kumpulan puisi 2008), Wajah Deportan, (Kumpulan puisi 2008, Kalimantan Selatan)., Raja Alam Barajo ( Puisi Essi Indonesia, Seri Provinsi Jambi, 2012, terbitan Cerah Budaya, yang diberi kata pengantar oleh Prof. Yundi Fitrah, M.Hum, P. Hd). Buku ini merupakan sebuah program prestisius dari Denny JA yang juga Direktur LSI, yang dalam pandngan Agus Sarjono sastrawan Indonesia bahwa puisi essi melahirkan satu lagi angkatan puisi.
Salah satu puisinya yang cukup masyhur adalah Kesedihan Indonesia (2010), puisi ini beberapa kali dijadikan puisi pilihan pada Festival Musikalisasi Puisi di Jambi dan Perguruan Tinggi di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Menulis Buku Ilmiah dan Profil
Tahun 2003 diminta oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi untuk merumuskan revitalisasi hukum adat dalam pengelolaan sumber daya perikanan, dari sini lahir sebuah buku berjudul "Bepantang Demi Anak Cucu" yang ia tulis bersama Iman Kurnia.
Ia juga memimpin tim khusus pembuatan Profil Polda Jambi di masa Irjen Pol. Budi Gunawan, lahir dari tangannya sebuah profil yang mengupas tuntas kepolisian daerah Jambi yang berjudul " Diikat Kuat, Silang Dikebat" (2007 dan 2008). Dalam program penyusunan ini, ketika itu Ia dibantu sahabatnya, Hendry Nursal (Bicarajambi.com) dan Didi Hariadi (TVRI Jambi).
Selain Profil Polda, SPN (Sekolah Polisi Negara) yang ketika itu dijabat AKBP Tata Suharta juga mempercayakan pembuatan Profil SPN Jambi kepada tangan dinginnya.
Buku profil lainnya berjudul "Mutiara Dari Rahim Batanghari", Biographi Fachrudin Razy Rektor Universitas Batanghari yang ia tulis bersama dosennya saat kuliah yakni Dr. Yusdi Anra. Ia menulis profil hanya pada konteks tertentu dan tidak serta merta menerima karena menurutnya, menulis profil seperti menunjukkan jika si penulis sedang tidak sehat.
Selain itu, Ia aktif pula di kegiatan pendampingan masyarakat dan hutan. Tahun 2006 ia dipercaya Yayasan Cakrawala menjadi koordinator program hutan desa yang bekerjasama lewat program dana hibah MFP dan DFID (Inggris) pada saat itu ia juga menjadi tim diseminarisasi masterplan hutan desa di dirjen RLPS kementrian kehutanan RI dan pemaparan konsep bersama Wisma Wardhana (direktur cakrawala) dan San Afri Awang (Dekan Fak. Kehutanan UGM), pada Perayaan Pekan Hutan dan Kemasyarakatan di Graha Sabha Pramana, UGM jogja (2096).
Disini pula ia membidani terbitnya Media Hutan Desa dan ikut partisipasi dalam konsultasi kebijkan hutan desa dalam PP 34. Ia memang piawai membuat media, semasa kulih ia sudah menerbitkn koran cetak berlabel Suara Kalangan (2004). Lalu dia pula yang pertama kali merancang bangun media Forum RT Kota Jambi bersama Anas Bafadhal (Aktivis Bom Molotov era reformasi 98).
Ketika di usia 20an, Ansori Barata yang merupakan eksponen aktivitas 98 dan tokoh vokal di HMI cabang Jambi ini, aktif dan terlibat dalam kegiatan seni. Ia mendampingi kegiatan seni dan teater di sekolah, salah satunya ikut membidani lahir-nya sanggar seni kerlip SMAN 1 Kota Jambi.
Ia penulis naskah sekaligus aktor dan pernah menjadi Bintang Tamu dalam naskah Don Juan karya Molliere di Taman Budaya Bengkulu bersama sutradara teater kenamaan Indonesia, Rudolf Puspa. Ia juga diundang baca Puisi di Taman Budaya Sumbar (2011), Taman Budaya Jambi, Pentas Musikalisasi Puisi di Cibubur Jakarta bersama Presiden Penyair Jambi, Ary Setya Ardhi. Bersama Ide Bagus Putra, ia ikut membantu pergerakan teater Q, sebuah kelompok teater sekolah yang ketika itu sudah go nasional dengan tampil di Taman Ismail Marzuki.
Bersama Dr. Yusdi Anra, ia banyak melakukan kajian budaya melayu Jambi, ia mengeditori beberapa buku sejarah sang mentor-nya, karena selain menulis, ia memiliki penerbitan dan banyak membantu proses penerbitan buku para kandidat doktor di Jambi. Selain Yusdi Anra, ia banyak diskusi tentang budaya Jambi bersama Jakfar Rasuh seorang maestro lukis dan pernah menjabat kepala Taman Budaya Jambi.
Dunia Politik dan Bisnis
Ia termasuk politisi yang tidak mau total untuk terjun kesana. Tahun 2019 pernh jadi Caleg DPRD provinsi Jambi. Tahun 2023 lalu ia diberi Mandat Gde Pasek untuk memimpin PKN Tanjung Jabung Timur. 2 Bulan kemudian ia serahkan ke Hidayatullah Dachi, sahabat baiknya di Kota Sabak.
Sebelum perhelatan pilkada 2024, ia menetap sejenak di Muara Sabak. Kehadirannya disana tergolong baru karena selama ini ia berdomisili di kota Jambi. Ia lagi-lagi hadir dan menghebohkan pembaca dengan opini-opini politiknya yang berani bercorak jurnalisme sastra. Beberapa tulisannya seperti; Kembali Ke Balai, Rosa Versus Hani, Ketika Bima terpaksa Membunuh Ayahnya, dianggap sebagai opini berkelas yang mewarnai pilkada Jambi saat itu.
Menariknya, ia bersahabat dengan Muslimin Tanja namun memilih pinangan Laza sebagai ujung tombak media center. Menurut Ansori, politik dan sahabat adalah dua hal yang berbeda, jika yang pertama menawarkan kejayaan dan janji maka yang kedua adalah keperluan jiwa yang setiap saat harus dipenuhi.
Ansori Barata, menurut seorang kolega, kerap hadir dan menghilang. Ia seorang pemikir dan konseptor, beberapa organisasi lahir di tangannya. Walau sebagian besar masih belum berkembang, ia mengatakan ini sebagai proses. Kini menginisiasi dan sedang mendirikan Praksi Hijau, sebuah organisasi lingkungan berbentuk perkumpulan yang konsen di bidang konservasi dan keanekaragaman hayati.
Selain menulis, ia sesekali berbisnis. awal Februari hingga akhir Maret 2025 ia keliling Flores dari Labuan Bajo hingga Larantuka, menyeberang ke Adonara hingga Lembata kemudian ke Kupang dan sejenak di perbatasan Timor Leste. Pulang dari sana Ia tak membawa cerita hasil usaha, dan hanya menyerahkan beberapa puisi sentimentil hasil interaksi sosialnya.
Jiwa penyairnya, dimanapun selalu hidup. Topan Prasetya mantan komisioner KIP Jambi menggambarkan sosok Ansori sebagai senjata yang tak pernah habis peluru, Eso Pamenan sahabat dekatnya yang lain menyebut, ia bisa hidup dimanapun, selagi ada mulutnya.
Kini Ansori Barata banyak menghabiskan waktu di kampung halamannya Nipah Panjang, mendampingi Ayahnya yang sudah di usia senja. Selain itu, alasan lain yang lebih menyentuh, dekat dengan dua buah hatinya, Hazrat Fatima dan Sang jagoannya yang selalu setia mengikut sang ayah, Muhmmad Fatih Muwsa. (*/)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom