Studi: Mirip Jakarta, 28 Kota Besar di AS seperti New York Akan Amblas
BICARA INTERNASIONAL - Sebuah studi terbaru mengungkap fakta mencengangkan di mana 28 kota besar di AS mulai amblas akibat penurunan permukaan tanah yang terjadi secara perlahan tapi pasti. Kota-kota besar seperti New York, Los Angeles, Chicago, hingga Houston menunjukkan gejala amblesan tanah yang dapat berdampak serius terhadap infrastruktur dan keselamatan warga.
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature Cities oleh tim ilmuwan dari sejumlah universitas ternama, termasuk Columbia University dan Texas A&M. Mereka menggunakan data satelit resolusi tinggi untuk mendeteksi pergerakan vertikal tanah hingga ke tingkat milimeter. Hasilnya, dari 28 kota yang diteliti, sebanyak 25 di antaranya menunjukkan bahwa dua pertiga atau lebih wilayah kota mengalami penurunan permukaan tanah.
“Kota-kota pesisir yang mengalami penurunan cepat seperti Jakarta, Venesia, dan New Orleans telah lama menarik perhatian untuk diteliti. Studi terbaru menunjukkan bahwa banyak tempat di Amerika juga mengalami penurunan tanah,” tulis Science Daily, Minggu (11/5/2025).
Seperti Jakarta, penyebab utama dari fenomena di Amerika Serikat ini adalah ekstraksi air tanah secara berlebihan. Air yang diambil dari akuifer membuat lapisan bawah tanah kehilangan penyangganya dan menyebabkan tanah menjadi padat dan turun.
Di kota-kota seperti Houston, Fort Worth, dan Dallas, penurunan bisa mencapai lebih dari 5 milimeter per tahun. Bahkan di beberapa titik lokal, tanah turun hingga 5 sentimeter atau sekitar 2 inci per tahun.
Fakta bahwa 28 kota besar di AS mulai amblas menimbulkan kekhawatiran baru, mengingat sebagian besar kota tersebut merupakan pusat ekonomi dan permukiman padat. Kota-kota pesisir seperti New York dan San Francisco bahkan berisiko menghadapi banjir karena kombinasi antara penurunan tanah dan naiknya permukaan laut.
“Studi ini juga menemukan bahwa bangunan-bangunan tinggi di kota seperti New York dapat mempercepat amblesan karena beban yang sangat besar di atas tanah yang mulai melemah,” tulis studi tersebut.
Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan fenomena “pergerakan diferensial” di mana satu bagian kota bisa turun sementara bagian lain naik. Kondisi ini dinilai berbahaya karena dapat memicu kemiringan pada fondasi bangunan, jembatan, jalan, dan jalur kereta api. Meski area yang terdampak hanya sekitar 1% dari total wilayah kota, kawasan tersebut biasanya berada di pusat kota dan menampung puluhan ribu bangunan.
Dalam studi ini, kota-kota seperti San Antonio, Austin, Fort Worth, dan Memphis dinilai paling berisiko terhadap pergeseran tanah yang tak merata. Diperkirakan ribuan bangunan berada di zona rawan ini. Meski keruntuhan bangunan secara langsung akibat amblesan masih tergolong jarang, para ilmuwan mengingatkan bahwa penurunan kecil sekalipun bisa merusak struktur dari waktu ke waktu.
Temuan ini mendorong para ahli untuk mendesak pemerintah kota agar bertindak cepat. Beberapa solusi yang disarankan antara lain membatasi pengambilan air tanah, memperkuat fondasi bangunan, membangun sistem drainase baru, hingga menggunakan lahan basah buatan untuk mengurangi risiko banjir.
Peneliti utama Leonard Ohenhen menekankan bahwa masyarakat tidak perlu panik, namun perlu waspada dan aktif mengambil langkah mitigasi. “Daripada hanya menyebut ini sebagai masalah, kita bisa merespons dengan tindakan nyata yakni dengan cara mengurangi risiko, beradaptasi, dan membangun sistem yang lebih kuat,” ujarnya.
Dengan 28 kota besar di AS mulai amblas, tantangan baru tengah dihadapi Amerika Serikat. Dari pemantauan ilmiah ini, sudah saatnya kota-kota besar bersiap menghadapi kenyataan bahwa tanah tempat mereka berpijak kini perlahan bergeser.
Sumber: beritasatu.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom