Thursday, June 26, 2025

Bila Bertemu Ular, Apa yang Harus Kita Lakukan?


BICARA PENDIDIKAN
Bila bertemu ular, apa yang harus kita lakukan?

“Menghindar atau mengevakuasi?” tanya Holiah, pada warga Kota Bumi, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Cilegon, Banten.

Tidak semua ular berbahaya.

“Sebagian ular yang masuk ke permukiman tidak berbisa. Mereka punya peran penting di ekosistem,” jelasnya, Minggu (15/6/2025).

Ular merupakan jenis satwa liar yang habitatnya dekat dengan kehidupan manusia. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Holiah bersama rekannya dari Yayasan Penyelamat Satwa Liar dan Wana Lestari, sore itu, melakukan kampanye pentingnya menjaga lingkungan. Juga, mengenali satwa liar yang hidup di sekitar masyarakat, termasuk ular.

Misal, ular Lycodon capucinus dan Ptyas carinata dikenal tidak berbisa. Sementara, jenis Boiga dendrophila atau Ahaetullah prasina tergolong berbisa menengah.

Ular berbisa tinggi seperti Naja sputatrix dan Ophiophagus hannah juga turut dikenalkan pada warga. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) yang ada di wilayah Banten juga ditunjukkan.

“Ular bukan musuh, melainkan pengendali alami tikus dan hama lainnya.”

Ular merupakan satwa liar yang habitatnya paling dekat manusia. Dalam banyak kasus, ular masuk rumah bukan hendak menyerang, melainkan karena habitatnya terganggu atau mengikuti jejak tikus.

“Di sisin lain, berdasarkan rantai makanan, predator ular juga banyak diburu. Seperti garangan jawa (Herpestes javanicus), biawak (Varanus salvator), dan elang-ular bido (Spilornis chella).”

Ular memiliki fungsi penting dalam ekosistem yaitu sebagai pemangsa hama dan tikus. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kenali jenis ular

Holiah menambahkan, bila kita menemukan ular ukuran kecil hingga sedang (30-70 cm) di rumah, secara darurat bisa menggunakan sapu lidi atau sapu gagang panjang untuk mengarahkannya ke wadah toples, ember, atau kontainer plastik transparan yang ada tutupnya.

Untuk ular berukuran besar, diamankan menggunakan teknik teknik yang memudahkan evakuasi tanpa harus melakukan kontak langsung dengan ular. Caranya, menggunakan alat dan memahami prosedurnya.

“Jika tidak yakin, segera hubungi pihak kompeten atau penyelamat ular terlatih.”

Tim juga mengedukasi masyarakat terkait pertolongan pertama jika dipatuk ular.

“Penanganan harus mengikuti pedoman medis yang tepat. Korban tetap tenang dan lakukan imobilisasi, jangan mengikat atau mengisap luka,” jelas Tubagus Surya Bhaskara, founder yayasan tersebut.

Heri Sukirman, ketua RT setempat mengatakan, edukasi digagas sebagai respon atas meningkatnya laporan kemunculan ular ke permukiman warga.

“Jenis paling umum adalah sanca batik dan juga ular kecil,” jelasnya.

Kehadiran ular di permukiman bisa jadi karenakan ia mengikuti mangsanya. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pendekatan kolaboratif

Syahfitri Anita, peneliti di Pusat Penelitian Biosistemik dan Evolusi BRIN, mengatakan saat ini pihaknya tengah memfinalisasi publikasi ilmiah terkait frekuensi perjumpaan manusia dengan ular berbisa di Indonesia.

Riset ini berangkat dari data yang dihimpun dari berbagai ekspedisi dan koleksi museum BRIN, yang kemudian dianalisis dan dipetakan ulang.

“Dari 79 jenis ular berbisa di Indonesia, kami reduksi 10 hingga 20 jenis yang paling sering dijumpai masyarakat. Kami petakan juga berdasarkan wilayah provinsi. BRIN memiliki peran menelaah ulang secara ilmiah dan memverifikasi keakuratannya,” jelasnya, Senin (23/6/2025).

Ular merupakan bagian dari ekosistem lingkungan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

BRIN juga menginisiasi sistem pemantauan dan penelitian sebaran serta perilaku ular berbisa. Salah satu aspeknya yaitu home range atau luas jelajah ular. Khususnya, yang berbisa dan dekat permukiman penduduk.

“Hasilnya, ukuran ular mempengaruhi luas jelajah. Ini penting untuk memahami risiko pertemuan dengan manusia dan juga perkiraan wilayah prioritas distribusi antivenom.”

Syahfitri menjelaskan, meski pro dan kontra, keberadaan komunitas reptil yang melakukan edukasi langsung ke masyarakat akan bermanfaat, bila memegang prinsip kehati-hatian dan mengikuti pedoman internasional.

“Prinsip dasar kami, jangan tangani ular berbisa dengan tangan kosong. Edukasi tidak menjadi ajang atraksi, melainkan pembelajaran yang benar dan beretika. Baiknya, gunakan ular tidak berbisa atau spesimen awetan,” tegasnya.







Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com