Kenapa Disebut Lebaran Haji di Indonesia? Ini Asal-usul dan Hikmahnya
BICARA NASIONAL - Lebaran Haji, sebutan yang akrab di telinga masyarakat Indonesia untuk hari raya Iduladha, menjadi momen spesial yang identik dengan penyembelihan hewan kurban dan pelaksanaan ibadah haji di Makkah.
Namun, dari mana asal-usul istilah “Lebaran Haji” berasal dan apa saja hikmah yang terkandung dalam perayaan ini?
Asal-usul Istilah Lebaran Haji
Istilah “Lebaran” berasal dari budaya Jawa yang memiliki makna “seusai” atau “selesai”, merujuk pada penyelesaian suatu periode ibadah atau perayaan. Dalam Iduladha, istilah ini digunakan untuk menandai berakhirnya rangkaian puncak ibadah haji, khususnya wukuf di Arafah yang berlangsung pada tanggal 9 Zulhijah.
Sementara itu, kata “haji” merujuk pada rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji yang wajib dilakukan sekali seumur hidup bagi umat Islam yang mampu, baik secara fisik maupun finansial.
Secara harfiah, Lebaran Haji menjadi istilah lokal di Indonesia untuk menyebut hari raya Iduladha, yang bertepatan dengan puncak musim haji. Meskipun istilah ini tidak ditemukan dalam literatur Islam klasik atau bahasa Arab, penggunaannya telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia.
Istilah tersebut mencerminkan penyederhanaan bahasa yang selaras dengan budaya lokal, menjadikannya mudah dipahami dan diterima oleh berbagai kalangan.
Hikmah Lebaran Haji bagi Umat Islam
Lebaran Haji bukan sekadar perayaan ritual penyembelihan hewan kurban, tetapi juga sarat dengan hikmah yang dapat memperkaya kehidupan spiritual dan sosial umat Islam. Berikut ini beberapa hikmah utama dari perayaan Lebaran Haji.
1. Ketaatan kepada Allah Swt
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS menjadi inti dari Lebaran Haji. Ketaatan keduanya terhadap perintah Allah, meskipun mengharuskan pengorbanan besar, menjadi teladan utama bagi umat Islam. Kisah ini mengajarkan pentingnya menjalankan perintah Allah dengan penuh keimanan dan kepatuhan.
2. Semangat pengorbanan
Ibadah kurban mengajarkan umat Islam untuk rela mengorbankan sebagian harta yang dimilikinya demi menunaikan perintah agama. Daging kurban yang dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat sekitar mencerminkan nilai pengorbanan yang tulus demi kebaikan bersama.
3. Kepedulian sosial
Tradisi berbagi daging kurban memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat. Pembagian daging kepada mereka yang membutuhkan membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan membangun hubungan harmonis antarindividu dalam komunitas.
4. Makna ikhlas dan sabar
Lebaran Haji mengingatkan umat Islam akan pentingnya keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Nabi Ibrahim AS menunjukkan keikhlasan luar biasa saat diperintahkan untuk mengorbankan anak yang sangat dicintainya, sementara Nabi Ismail AS menunjukkan kesabaran dan kepasrahan sebagai bentuk keimanan.
5. Persatuan umat Islam
Lebaran Haji menjadi momen simbolis yang mempersatukan umat Islam di seluruh dunia. Saat jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, umat lainnya di berbagai belahan dunia merayakan Iduladha dengan salat dan kurban. Perayaan ini mencerminkan kesatuan umat dalam menjalankan ajaran agama.
Memahami asal-usul istilah Lebaran Haji dan hikmah di baliknya membantu umat Islam untuk lebih menghayati makna sejati dari hari raya Iduladha. Perayaan ini bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang memperkuat keimanan, keikhlasan, dan kepedulian sosial.
Dengan meresapi nilai-nilai tersebut, umat Islam dapat menjadikan Lebaran Haji sebagai momen untuk menjadi pribadi yang lebih taat, peduli, dan ikhlas dalam menjalani kehidupan beragama.
Sumber: beritasatu.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom