Monday, September 8, 2025

Mengenal Black Mamba, Ular Tercepat Di Dunia dengan Racun Berbahaya


BICARA LINGKUNGAN
Bayangkan seekor ular meluncur di padang savana Afrika dengan kecepatan hampir menyamai sepeda motor yang melaju pelan. Itulah Black Mamba (Dendroaspis polylepis), ular yang bukan hanya dikenal karena kecepatannya yang luar biasa, tetapi juga racun neurotoksiknya yang sangat mematikan. Dengan kecepatan hingga 20 kilometer per jam dan bisa yang dapat membunuh manusia dalam waktu kurang dari satu jam, Black Mamba memegang gelar ganda; si ular tercepat sekaligus salah satu yang paling berbahaya di dunia.


Kecepatan ini bukan sekadar kisah yang dilebih-lebihkan atau cerita yang dibesar-besarkan. Guinness World Records bahkan menobatkannya sebagai ular darat tercepat di dunia, dengan catatan sprint antara 16 hingga 19 kilometer per jam. Angka ini sebanding dengan kecepatan sepeda yang digowes kencang di jalanan kota, tetapi bayangkan jika yang meluncur di depan Anda bukanlah sepeda, melainkan ular dengan panjang tubuh empat meter.

Ular black mamba, paling berbahaya di Afrika | Photo oleh Glen Carrie on Unsplash
Ular black mamba, paling berbahaya di Afrika | Photo oleh Glen Carrie on Unsplash

Kajian herpetologi dan riset biomekanik yang dipublikasikan di Journal of Experimental Biology menunjukkan bahwa rahasia kecepatan itu terletak pada pola gerak lateral undulation, yaitu ketika tubuh ular melengkung seperti gelombang huruf “S” dan setiap lengkungannya mendorong tanah, batu, atau rumput di sekitarnya untuk menghasilkan dorongan maju. Dengan tubuh ramping dan fleksibel, Black Mamba menjelma bagaikan panah hidup yang ditembakkan di padang rumput Afrika. Riset yang lain pun mengonfirmasi bahwa ular ini mampu mencapai rentang 16–20 kilometer per jam pada jarak pendek, angka yang dua hingga tiga kali lebih cepat daripada kebanyakan ular lain yang hanya mampu merayap lima hingga sepuluh kilometer per jam.

Menariknya, kecepatan ini bukan ditujukan untuk mengejar manusia. Black Mamba justru menggunakan kecepatannya untuk menghindari ancaman. Namun, apabila terpojok atau merasa tidak memiliki jalan keluar, sifat pemalu itu berubah seketika menjadi pertahanan mematikan. Ia mampu menyerang dengan gerakan kilat, melakukan beberapa gigitan beruntun, dan dalam setiap gigitan menyuntikkan racun dengan dosis yang sangat besar. Inilah kombinasi mengerikan antara kecepatan dan senjata biologis yang menjadikan Black Mamba berbahaya.


Racun Paling Mematikan di Dunia Ular

Jika kecepatan Black Mamba sudah cukup mengejutkan, racunnya menjadikannya benar-benar salah satu ular paling berbahaya di dunia. Sejumlah penelitian toksikologi, seperti yang diterbitkan di jurnal Toxicon  dan Journal of Proteome Research, menunjukkan bahwa bisa Black Mamba terdiri dari campuran molekul berbahaya, terutama neurotoksin yang menyerang sistem saraf dan kardiotoksin yang mengganggu kerja jantung. Efeknya berlangsung sangat cepat: dalam hitungan menit setelah gigitan, korban bisa mengalami pusing, rasa kantuk yang tak terkendali, hingga kesulitan bernapas. Jika tidak segera mendapat pertolongan medis dengan antivenom, kelumpuhan otot pernapasan bisa berujung pada kematian hanya dalam waktu 30 hingga 60 menit.

Daya rusak racunnya juga sangat besar. Dalam satu kali serangan, Black Mamba dapat menyuntikkan hingga 400 miligram racun—padahal hanya 10 hingga 15 miligram saja sudah cukup untuk membunuh manusia dewasa. Penelitian proteomik yang dilakukan oleh Laustsen dan timnya pada 2015 menegaskan bahwa “the black mamba venom contains some of the most rapidly acting toxins ever identified in snakes”, racun Black Mamba mengandung salah satu racun yang bekerja paling cepat yang pernah ditemukan pada ular. Itulah mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan spesies ini ke dalam daftar ular dengan kepentingan medis tinggi, dan menekankan bahwa “snakebite envenoming by species such as the black mamba represents a major public health threat in sub-Saharan Africa”, gigitan ular beracun seperti Black Mamba merupakan ancaman kesehatan masyarakat besar di Afrika sub-Sahara.


Black Mamba (Dendroaspis polylepis) memperlihatkan rongga mulutnya yang berwarna hitam legam—ciri khas yang menjadi asal-usul namanya—sebagai tanda peringatan ketika merasa terancam. Foto: Nick Evans, lisensi CC BY-SA 4.0
Black Mamba (Dendroaspis polylepis) memperlihatkan rongga mulutnya yang berwarna hitam legam—ciri khas yang menjadi asal-usul namanya—sebagai tanda peringatan ketika merasa terancam. Foto: Nick Evans, lisensi CC BY-SA 4.0

Meski namanya “black”, tubuh ular ini sebenarnya tidak berwarna hitam. Warna kulitnya cenderung abu-abu kecokelatan atau zaitun, dengan kilau samar mengikuti cahaya savana. Julukan “black” justru datang dari rongga mulutnya yang berwarna hitam legam. Saat merasa terancam, Black Mamba membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan warna pekat itu sebagai peringatan visual. Adegan ini bukan sekadar gertakan, melainkan pesan jelas: ada senjata biologis paling mematikan yang siap dilepaskan jika ancamannya tidak segera mundur.

Meski reputasinya mengerikan, Black Mamba memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem Afrika. Sebagai predator puncak, ia membantu mengendalikan populasi hewan pengerat dan burung kecil yang berpotensi merusak keseimbangan lingkungan. Sayangnya, reputasi buruknya sering membuat manusia memburunya begitu terlihat. Padahal, sebagian besar kasus gigitan justru terjadi akibat pertemuan tidak disengaja, bukan karena Black Mamba secara aktif memburu manusia.







Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com