Tuesday, September 16, 2025

Revitalisasi Taman Remaja: Butuh Taman Bernyawa, Bukan Ruang Hijau Kosmetik


Oleh: Ir Martayadi Tajuddin, MM (*)


GAGASAN Wali Kota Jambi, Dr. dr. H. Maulana, MKM untuk merevitalisasi Taman Remaja Kotabaru patut diapresiasi sebagai langkah strategis memperkuat identitas ruang kota. Taman seluas lebih dari 2 HA ini, yang telah lama tidak optimal fungsinya, memiliki potensi besar sebagai simpul sosial dan kultural masyarakat urban Jambi.

Namun, niat baik perlu ditopang oleh proses yang matang. Revitalisasi bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan rekonstruksi nilai, fungsi, dan arah ruang publik kota. Oleh karena itu, gagasan ini perlu dikawal dengan pendekatan ilmiah, partisipatif, dan adaptif terhadap dinamika sosial ke depan.


Taman Kota: Ruang Sosial, Bukan Sekadar Estetika

Ruang publik seperti taman tidak seharusnya hanya dipahami sebagai elemen pelengkap kota. Dalam pemikiran Henri Lefebvre (1991), ruang publik adalah arena produksi sosialtempat masyarakat berinteraksi, membentuk identitas, dan menegosiasikan eksistensinya di ruang bersama.

Dengan demikian, taman kota mesti dirancang sebagai ruang hidup, bukan sekadar ruang kosong yang indah. Ia harus fungsional, inklusif, dan mampu merespons kebutuhan masyarakat lintas usia, latar belakang, dan minat.


Fasilitas Olahraga Urban: Mendorong Gaya Hidup Aktif

Kota modern dituntut menyediakan ruang yang selaras dengan pola hidup masyarakat yang semakin aktif, dinamis dan beragam. Revitalisasi Taman Remaja menjadi kesempatan strategis untuk menghadirkan fasilitas olahraga berbasis rekreasi yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga membangun komunitas.

Beberapa fasilitas yang sangat relevan dengan life style masayarkat urban antara lain:

• Skate park dan arena sepeda BMX, sebagai ruang ekspresi budaya urban yang sering terabaikan,

Dinding panjat tebing, sarana yang melatih fisik sekaligus mental generasi muda,

• Zona calisthenics dan street workout, olahraga murah dan inklusif yang berkembang pesat secara global.

Dengan menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, taman tidak hanya menjadi ruang rekreasi, tetapi juga pusat pertumbuhan gaya hidup aktif, dinamis yang sehat dan kolektif.


Taman Pintar: Ruang Hijau sebagai Medium Edukasi

Konsep smart park atau taman pintar mengintegrasikan fungsi ekologis dan edukatif ke dalam satu ruang terbuka. Di sinilah taman menjadi instrumen pembelajaran informal yang efektif, terutama di tengah masyarakat urban yang mobilitasnya tinggi.


Taman Remaja dapat dilengkapi dengan:

• Zona literasi terbuka seperti taman baca atau perpustakaan mikro,

Papan informasi digital interaktif, yang menyampaikan pengetahuan tentang flora, fauna, ekologi, sejarah lokal, dan isu lingkungan,

Fasilitas digital publik, seperti Wi-Fi dan charging point bertenaga surya,

• Sensor lingkungan untuk mengukur kualitas udara dan suhu yang bisa diakses warga secara real time.

Melalui pendekatan ini, taman tidak hanya menjadi ruang relaksasi, tetapi juga tempat menumbuhkan kesadaran kritis dan literasi ekologis.


Integrasi UMKM: Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan

Taman kota juga dapat berperan sebagai ruang ekonomi, khususnya bagi pelaku usaha mikro dan komunitas kreatif. Namun perlu ditegaskan, integrasi ini harus tertata rapi dan tidak mengorbankan nilai estetika maupun ekologi taman. Pemerintah dapat menghadirkan:

Kios UMKM modular yang estetis dan ramah lingkungan,

• Ruang promosi produk lokal, dari kuliner khas hingga kerajinan tangan,

Panggung pertunjukan komunitas, yang dapat menghidupkan suasana taman secara berkala.

Dengan pendekatan desain yang baik, taman dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi rakyat yang tumbuh seiring interaksi sosial dan budaya masyarakat. Seperti dikemukakan oleh Jane Jacobs (1961), keragaman aktivitas dalam ruang publik menciptakan kota yang aman dan dinamis.


Desain Partisipatif dan Terbuka: Mencegah Kegagalan Masa Lalu

Kita tak boleh mengulangi kegagalan perancangan ruang publik yang sebelumnya terjadi di Kota Jambi, seperti pada proyek RTH Putri Pinang Masak. Proyek revitalisasi ini harus dilandasi proses perencanaan yang terbuka dan akuntabel.


Langkah-langkah ideal yang dapat diambil antara lain:

Menyelenggarakan sayembara desain terbuka dengan melibatkan arsitek profesional, akademisi, dan masyarakat,

Menggandeng perguruan tinggi yang memiliki kompetensi di bidang perencanaan, lanskap, dan desain kota,

Melakukan riset sosial dan ekologi sebagai landasan utama pengambilan keputusan desain.


Ruang publik yang dirancang dengan pendekatan ilmiah dan partisipatif akan memiliki nilai keberlanjutan yang tinggi karena terhubung langsung dengan kebutuhan warganya.


Adaptif dan Futuristik: Menjawab Tantangan Perubahan Sosial

Revitalisasi taman harus memproyeksikan masa depan, bukan hanya memperbaiki masa lalu. Taman Remaja dapat diposisikan sebagai ruang adaptif yang tangguh menghadapi perubahan sosial, lingkungan, dan budaya yang cepat.


Beberapa inovasi yang dapat dikembangkan:

• Zona inklusif bagi penyandang disabilitas dan lansia, untuk memastikan taman benar-benar milik semua warga,

• Ruang seni interaktif, seperti mural legal, instalasi publik, atau ruang pamer komunitas kreatif,

• Desain berbasis perubahan iklim, seperti pengelolaan air hujan dan pemilihan tanaman endemik yang tangguh.

Dengan pendekatan yang menyeluruh ini, taman dapat menjawab berbagai kebutuhan warga, dari yang rekreatif hingga reflektif.


Merancang Kota Lewat Taman yang Hidup

Revitalisasi Taman Remaja adalah peluang untuk membuktikan bahwa Kota Jambi mampu tumbuh menjadi kota yang tidak hanya berkembang secara fisik, tetapi juga matang secara sosial dan kultural. Apresiasi yang tinggi patut diberikan kepada Wali Kota Jambi atas inisiatif progresif ini.

Namun, keberhasilan revitalisasi taman ini hanya akan tercapai jika dibangun melalui kolaborasi lintas sektor, desain berbasis data, dan keterlibatan aktif masyarakat. Taman yang baik bukan sekadar ruang hijau, tetapi ruang hiduptempat warga bertemu, bertukar, dan bertumbuh bersama. Karena kota yang sehat bukan hanya yang besar, melainkan yang mampu merawat ruang hidup warganya dengan adil dan bijak. MT)


*)Penulis adalah Pengamat Kebijakan Publik, Pembangunan Infrastruktur, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, selain itu adalah tenaga Pengajar pada Prodi Arsitektur Universitas Adiwangsa Jambi.


Daftar Pustaka

1. Gehl, J. (2011). Cities for People. Island Press.

2. Jacobs, J. (1961). The Death and Life of Great American Cities. Random House.

3. Lefebvre, H. (1991). The Production of Space. Blackwell.

4. Project for Public Spaces. (n.d.). What Makes a Successful Place? Retrieved from https://www.pps.org

5. Whyte, W. H. (1980). The Social Life of Small Urban Spaces. The Conservation Foundation.

6. Carmona, M. (2010). Public Places, Urban Spaces: The Dimensions of Urban Design. Routledge.

7. Montgomery, C. (2013). Happy City: Transforming Our Lives Through Urban Design. Farrar, Straus and Giroux.

8. UN-Habitat. (2015). Global Public Space Toolkit: From Global Principles to Local Policies and Practice. Nairobi: UN-Habitat.

9. Indonesian Ministry of Public Works and Housing (2022). Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Jakarta: PUPR Press.




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com