Monday, September 29, 2025

Teater AiR Jambi Bawa Pulang Semangat Panggung dari Palembang


BICARA PANGGUNG
- Teater AiR Jambi berhasil menuntaskan penampilannya pada Festival Teater Sumatera III yang digelar di Taman Budaya Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, 24–25 September 2025. 


Membawa karya berjudul Manifesto Dapur Retak garapan sutradara Windy Kaunang, Teater AiR Jambi sukses mempresentasikan karyanya di hadapan penonton dengan harapan tafsir mengenai relasi dapur, pangan, dan ingatan dapat tersampaikan.


Pementasan ini melibatkan jajaran aktor muda yang menampilkan energi penuh di panggung, yakni Agung Syahputra, Devi Hanan, Aula Zaky, Diak Ulhak Al-Munawar, Dhea Larasati, dan Isra Rizka. Didukung oleh tim produksi yang solid, pertunjukan ini berdiri atas kerja kolektif: Gesang Tri Wahyudi sebagai pimpinan produksi, Wahyu Cristopan sebagai penata cahaya, Regi Winardo sebagai penata musik, Khairul Nikmah dan Rani Iswari sebagai penata rias, serta Ridho Amanta Rajak dan Aldi Muheldi di bidang dokumentasi. Sementara itu, jalannya produksi mendapat arahan dari dua penasihat, yakni Oky Akbar dan Titas Suwanda.


Perjalanan menuju Palembang sendiri menjadi cerita yang akan disimpan. Dengan menggunakan tiga mobil pribadi milik beberapa anggota Teater AiR, rombongan berangkat sejak subuh dengan penuh semangat. Suasana perjalanan dipenuhi guyon, tawa, dan canda ringan yang membuat suasana akrab. Meski beberapa kali harus memperbanyak waktu istirahat demi menjaga stamina, perjalanan itu tetap mengalir lancar, sekaligus menjadi pemanasan emosional sebelum tampil keesokan harinya.


Pertunjukan yang berlangsung pada Rabu, 24 September 2025 pukul 15.00 WIB ini menjadi salah satu suguhan yang menyoroti tema besar festival, “Pangan: Tanah, Air, dan Ingatan.” Pementasan mendapat apresiasi hangat dari penonton maupun peserta teater lain, menegaskan posisi Teater AiR Jambi sebagai kelompok teater yang konsisten menghadirkan karya dengan gagasan yang kuat sekaligus relevan dengan isu-isu kebudayaan.




Manifesto Dapur Retak dihadirkan bukan sekadar pertunjukan kontemporer, melainkan ruang refleksi. Windy Kaunang sebagai Sutradara menempatkan dapur bukan hanya sebagai metafora sederhana, tetapi sebagai arsip ingatan kolektif—tempat tradisi lahir dan keluarga pernah menyatu. Retaknya dapur menjadi simbol terputusnya manusia modern dari akar pangan, tradisi, dan kebersamaan.


Dalam pementasan, penonton diajak merasakan “retakan” itu melalui dramaturgi ruang, koreografi nonverbal, serta penempatan objek panggung yang sarat makna. Fragmen-fragmen sederhana—seperti gerakan simbolis yang merefleksikan aktivitas memasak, bunyi peralatan dapur, hingga interaksi antar-aktor—menjadi bahasa simbolis yang kuat. Sutradara Windy Kaunang menekankan bahwa pesan pertunjukan tidak selalu harus diucapkan, melainkan dapat hidup melalui tubuh aktor dan benda-benda yang hadir di panggung.


Bagi Teater AiR Jambi, keikutsertaan dalam Festival Teater Sumatera III bukan sekadar agenda “ikut meramaikan hajatan”, melainkan menjadi ajang untuk menunjukkan eksistensi dan memperlihatkan wujud garapan yang akan disampaikan kepada penonton. 




Keberhasilan Teater AiR Jambi menuntaskan pementasan Manifesto Dapur Retak di Festival Teater Sumatera III menjadi catatan penting bagi perjalanan teater di daerah. Karya ini tidak hanya menegaskan eksistensi kelompok teater dari Jambi di panggung regional, tetapi juga memperlihatkan bagaimana isu-isu keseharian bisa diolah menjadi gagasan artistik yang mendalam.


Ke depannya, Teater AiR berharap karya-karya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti Manifesto Dapur Retak, dapat dipentaskan ulang oleh berbagai kelompok maupun individu. Partisipasi ini juga diharapkan dapat memperluas jejaring dialog seni lintas daerah, sekaligus membuka ruang diskusi personal mengenai isu-isu yang diangkat serta bentuk artistik yang dihadirkan di atas panggung.




Di tengah geliat ruang-ruang seni Jambi yang kian gencar mengangkat kebudayaan lokal sebagai pondasi penciptaan karya, sekaligus bersinggungan dengan padatnya denyut kehidupan urban, kehadiran Teater AiR menjadi representasi bagaimana seni pertunjukan mampu menjembatani tradisi dan modernitas. 


Lebih dari sekadar hiburan, Manifesto Dapur Retak hadir sebagai undangan reflektif—mengajak kita kembali menengok ruang dapur, ruang sederhana yang diam-diam menyimpan akar, ingatan, dan kebersamaan. (*/Ditulis Oleh: Oky Akbar)






Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com