Ahmad Husairi Sabet The Winner pada Ajang Lomba Cipta Puisi Nasional 2025
BICARA LITERASI – Nama Ahmad Husairi mencuat di kancah sastra nasional setelah berhasil menyabet gelar The Winner dalam Lomba Cipta Puisi Nasional 2025 yang diselenggarakan oleh Pusat Lingkungan Sekolah, Lembaga Penelitian dan SDGs, dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Ajang bergengsi yang terbuka untuk umum di seluruh Indonesia ini diikuti oleh 206 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, namun karya Husairi yang berjudul “Bumi yang Kita Pinjam” berhasil mencuri perhatian dewan juri dan audiens dengan pesan ekologis yang begitu kuat dan menyentuh nurani.
Puisi “Bumi yang Kita Pinjam” menggambarkan kepedulian mendalam terhadap krisis lingkungan yang kian nyata. Melalui diksi yang lembut namun tajam, Ahmad Husairi menuturkan tentang relasi manusia dengan bumi sebagai bentuk amanah, bukan kepemilikan.
Ia menegaskan bahwa setiap langkah manusia di bumi harus diiringi rasa tanggung jawab terhadap alam semesta. Pesan moral dan spiritual dalam puisinya dianggap sangat relevan dengan misi pembangunan berkelanjutan yang diusung oleh program Sustainable Development Goals (SDGs).
Kemenangan Husairi mendapat apresiasi luar biasa dari Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Prof. Dr. Kasful Anwar, M.Pd., yang menilai bahwa karya tersebut adalah bentuk refleksi spiritual yang dibungkus dengan keindahan sastra.
“Puisi Ahmad bukan sekadar rangkaian kata, tetapi panggilan hati agar kita kembali menghargai bumi sebagai amanah Ilahi. Di tengah modernitas yang sering melupakan makna lingkungan, karya ini menjadi oase moral,” tutur Prof. Kasful dalam sambutannya saat acara penganugerahan di Aula Rektorat UIN Jambi.
Apresiasi juga datang dari Dr. Fridiyanto, Kepala LPPM UIN Jambi. Menurutnya, keberhasilan Ahmad Husairi merupakan bukti nyata bahwa sastra masih memiliki daya hidup dan kekuatan besar dalam menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan.
“Karya Ahmad membuktikan bahwa puisi tidak mati di era digital. Justru dari kata-kata sederhana, lahirlah kesadaran baru tentang pentingnya menjaga bumi,” ujar Fridiyanto dengan penuh kebanggaan.
Husairi juga menambahkan bahwa proses menulis puisi tersebut bukan semata-mata untuk lomba, melainkan bentuk perenungan spiritual.
“Saya menulis di malam hari, dalam keheningan, sambil memikirkan apa yang telah manusia lakukan pada bumi. Puisi ini bukan sekadar karya, tapi doa agar kita bisa lebih arif terhadap alam,” ucapnya penuh haru, disambut tepuk tangan peserta lain yang turut mengagumi dedikasinya terhadap isu lingkungan.
Sebagai bentuk apresiasi lebih lanjut, pihak panitia mengumumkan bahwa seluruh karya terbaik, termasuk puisi milik Ahmad Husairi dan para pemenang lainnya, akan diterbitkan dalam sebuah buku antologi puisi nasional. Buku ini diharapkan menjadi wadah ekspresi sastra sekaligus pengingat kolektif bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan bumi. Penerbitan antologi tersebut akan melibatkan kurator sastra dan akademisi UIN Jambi untuk memastikan kualitas literer dan pesan moral setiap karya tetap terjaga.
Kemenangan Ahmad Husairi dalam ajang nasional ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk lebih mencintai sastra dan lingkungan. Melalui “Bumi yang Kita Pinjam”, Husairi telah membuktikan bahwa puisi masih memiliki daya ubah yang besar menyatukan kesadaran ekologis, moral, dan spiritual dalam harmoni kata yang hidup. UIN Jambi pun berkomitmen untuk terus mendukung karya-karya kreatif yang membawa pesan kemanusiaan dan keberlanjutan bagi bumi yang kita cintai bersama.(*/)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
