Jambi Cultural Festival 2025: Magnet Budaya, Laboratorium Seni Rantau dan Warisan Generasi Mendatang
BICARA PANGGUNG - Jambi Cultural Festival 2025 sukses digelar Asosiasi koreografer Jambi, pada 3,4 dan 5 Oktober 2025 di Gedung Teater Arena Taman Budaya Jambi.
Dengan tema 'Suku Pedalaman Harmoni Alam' Jambi Cultural Festival (JCF) 2025, mampu hadirkan karya seni berkualitas yang tidak hanya memukau, tetapi juga menginspirasi dan memajukan identitas budaya lokal.
Kegiatan yang didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi ini diikuti oleh 4 Koreografer berbakat di pulau Sumatera, yaitu provinsi Aceh, Sumatera Barat, Jambi dan Lampung.
Asosiasi koreografer Jambi, yang dimotori oleh yaitu IcaLago selaku Manager Produksi, telah melebarkan jangkauan dalam pelaksanaan Jambi Cultural Festival (JCF) 2025 berasal dari 4 provinsi di pulau Sumatera, karena sebelumnya JCF 2024 hanya bagi koreografer di Jambi.
Dari malam pembuka hingga akhir, lebih dari 1.000 pengunjung JCF 2025 memenuhi Gedung Teater Arena. Di Galery Lobby Taman Budaya Jambi, tersaji pameran lukisan dan foto-foto berkenaan lingkungan baik itu hutan, Suku Anak Dalam dari Komunitas Konservasi Indonesia WARSI KKI Warsi dan Irma Tambunan, wartawan senior di Jambi yang selama ini konsen bicara lingkungan, budaya, masyarakat adat serta suku anak dalam.
Pengunjung terlihat sangat antusias menikmati karya-karya luar biasa dan sangat menggugah kecintaan akan lingkungan.
"Sebagai Direktur Festival Jambi Cultural Festival tahun 2025, saya dengan bangga mempersembahkan sebuah kegiatan yang tidak hanya merayakan kekayaan budaya dan alam Indonesia, tetapi juga mengajak kita semua untuk merenungkan hubungan kita dengan lingkungan," Tutur Mugi Ari Saputra.
"Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Taman Budaya Jambi, dan untuk semua pihak yang mendukung, untuk semua yang terlibat hingga terlaksananya Jambi Cultural Festival 2025," Tutupnya, saat sambutan pembukaan (Jum'at, 03/10/2025).
Apresiasi positif itu juga datang dari peserta JCF 2025, yaitu Tiara asal Jambi, Bade asal Aceh, Jali asal Mentawai-Sumatera Barat, dan Susantri asal Lampung.
Bahwa koreografer senang dan Bahagia atas pelayanan yang diberikan, merasa dihargai dengan apresiasi penonton yang antusias. Disamping itu mereka juga belajar cara membuat kegiatan profesional dan terpenting bekerja dari hati.
Sementara itu, IcaLago selaku Manager Produksi, (Minggu, 05/10/2025) menuturkan pada penyelenggaraan kedua di tahun 2025 ini, JCF tidak hanya sekadar ingin menjadi sebuah perhelatan, tetapi lebih pada upaya memantaskan diri sebagai ruang bersama.
Adapun hasil utama yang ingin dicapai JCF dari penjelasan IcaLago, adalah:
Pemantikan Api Identitas: Kami ingin setiap gelaran seni yang ditampilkan tidak hanya menjadi pertunjukan, melainkan pemantik api yang memperkuat identitas budaya Jambi dan Sumatera di kancah nasional. Tujuannya, agar masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi merasa "pulang" dan bangga akan akar budayanya.
Jalinan Kolaborasi yang Lebih Kokoh: Sebagai festival tahun kedua, kami berfokus pada penguatan jaringan dan kolaborasi yang lebih organik antar seniman, komunitas, dan pelaku industri kreatif. Hasil yang terukur adalah terciptanya proyek-proyek seni bersama yang berkelanjutan, bukan hanya untuk momen festival.
Dari Panggung ke Pasar: Kami bercita-cita agar JCF 2025 dapat menjadi jembatan yang menghubungkan kekayaan estetika tradisi dengan peluang ekonomi kreatif. Kesuksesan tidak hanya diukur dari decak kagum penonton, tetapi juga dari meningkatnya nilai komersial dan apresiasi terhadap karya-karya seni yang ditampilkan.
Dari hasil tersebut, di masa mendatang JCF diharapkan adalah besar dan penuh sinar yaitu Menjadi Magnet Budaya, Laboratorium Seni Rantau dan Warisan Generasi Mendatang
"Menjadi Magnet Budaya: Kami memimpikan JCF tumbuh menjadi magnet budaya utama di Indonesia, sebuah titik pertemuan wajib bagi siapa saja yang ingin merasakan denyut nadi seni dan tradisi Nusantara, dengan Jambi sebagai jantungnya. Lalu Laboratorium Seni Rantau: Jambi, yang secara historis adalah tanah rantau, kami harap dapat menjadi laboratorium seni kontemporer yang berakar pada kearifan lokal. Ke depan, JCF harus menjadi wadah bagi eksperimen-eksperimen berani yang melahirkan bahasa estetika baru tanpa kehilangan jati diri," Beber IcaLago.
Terpenting kata IcaLago, Warisan untuk Generasi Mendatang. Harapan terdalam adalah JCF dapat diwariskan kepada generasi mendatang bukan hanya sebagai sebuah event, tetapi sebagai sebuah gerakan budaya. Sebuah gerakan yang memastikan bahwa warisan leluhur tidak punah, tetapi justru menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering untuk membangun masa depan.
Tim kerja JCF 2025, IcaLago selaku Manager produksi, Mugi Ari Saputra selaku Direktur Festival, Sedangkan Mentor karya: Wulanjani dan Raflesia, pengawas: Herman, sekretaris: Zihan, Bendahara: Monic, dan Konsultan: Dr. Sri Purnama Syam, S. St., M. Sn (Kepala Taman Budaya Jambi).
Latar belakang JCF 2025 ialah Provinsi Jambi, dengan kekayaan alam dan budayanya yang melimpah, tidak luput dari tantangan ini. Hutan tropis dan sungai-sungai yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat kini menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali.
Pada Kesempatan ini, tak luput IcaLago Bersama Tim JCF 2025 menyampaikan apresiasinya Kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan seni ini.
"Rasa Terima Kasih yang Mendalam Setiap dukungan yang Bapak, Ibu, Saudara, terkhusus taman budaya Jambi dan rekan-rekan berikan bukan hanya sekadar bantuan materi atau non-materi. Ia adalah napas yang menghembuskan kehidupan ke dalam setiap ide, serta pondasi yang menopang panggung ini berdiri dengan megah. Para Penjaga Api Budaya: Kami memandang Anda semua bukan sekadar donatur atau mitra, tetapi sebagai "Penjaga Api" budaya Jambi. Semangat, kepercayaan, dan kontribusi Andalah yang menjaga agar api kreativitas dan pelestarian ini tetap menyala-nyala, menerangi langkah kami," Ungkap IcaLago.
"Mari Terus Berjalan Bersama, Perjalanan Jambi Cultural Fest masih panjang. Kami mengajak seluruh pihak yang telah mendukung untuk terus berjalan bersama, merajut mimpi yang lebih besar, dan menulis babak-babak baru dalam catatan kebudayaan negeri ini. Keberhasilan JCF adalah keberhasilan kita bersama, sebuah warisan kolektif yang akan dikenang sepanjang masa," Harapnya menambahkan. (*/HN)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom