Friday, November 21, 2025

Masa Gema; Membaca Kita dari Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025


Oleh Ady Santoso


Penyelenggaraan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi tahun 2025 telah berakhir dan menghadirkan pengalaman artistik yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pemilihan format teater tunggal atau monolog sebagai bentuk penyajian pertunjukan teater telah membuka kesempatan bagi para peserta untuk menguji kemampuan individual mereka dalam membangun karakter, menghidupkan cerita, dan menghadirkan dunia dramatik melalui kekuatan tubuh, suara, dan imajinasi.

 

Monolog, sejak awal memang genre teater yang meminta dan menuntut lebih banyak dari kemampuan aktor. Ia menuntut tidak hanya kecakapan, tetapi juga keberanian untuk berdiri sendirian, memikul keseluruhan dunia dramatik di atas bahu individu. Ia memaksa aktor untuk mengenali dirinya sebagai pusat gravitasi, sebagai sumber tunggal energi panggung.

 

Sehingga ketika format ini dtetapkan kemudian diberikan kepada para remaja, yang sebagian besar mungkin para pesertanya baru mengenal disiplin teater secara lebih serius, maka format bentuk festival teater tahun ini sesungguhnya sedang membuka ujian yang tidak main-main. Itulah yang kemudian secara artistik, format monolog membuka peluang besar untuk menyelami kedalaman karakter dan kemampuan akting individual.

 

Dari situlah monolog yang baik semestinya menghadirkan dinamika internal, bukan sekadar menumpuk narasi, atau melontarkan teks teks naskah kepada penonton semata, dimana aktor bukan hanya “menceritakan” namun juga menghadirkan perubahan ritme, emosi, dan gestur tubuh secara efisien. Karena secara artistik, format monolog membuka peluang besar untuk menyelami kedalaman karakter dan kemampuan akting individual. Aktor berdiri sendirian di panggung, tanpa lawan main yang bisa menjadi tumpuan energi.

 

Namun format penyajian teater yang berbeda tahun ini menjadi nilai pengalaman artistik yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Festival tahun ini ini layak dibaca lebih jauh: apakah ia menjadi ruang yang mendampingi remaja menghadapi ujian itu, atau justru membiarkan mereka memasuki panggung tanpa bekal yang memadai? Membaca gema dari Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi tahun 2025 menjadi awal pembuka refleksi yang coba saya tuangkan, berdasarkan apa yang saya rasakan terhadap atmosfer pelaksaan festival tahun ini.

 

Gema Para Remaja

Tahun ini, panggung Teater Arena Taman Budaya Jambi dipenuhi oleh energi-energi muda yang ingin menyampaikan sesuatu. Banyak aktor\aktris remaja yang datang dan berupaya membawa kegelisahan dari apa yang coba mereka tawarkan dari ketentuan-ketentuan petunjuk teknis perlombaan. Mereka juga datang dengan kisah-kisah lokal yang mereka coba hidupkan ulang, luka yang diwariskan keluarga, keresahan sosial yang mereka serap dari sekitar, hingga mencoba menbangun atas masa depan

 

Melihat para remaja itu berdiri di panggung, menghafal luka, membangun dunia dari kata-kata, dan saya menyadari bahwa mereka tidaklah kekurangan keberanian., namun yang mereka butuhkan adalah keberlanjutan pemberdayaan kesenian. Mereka membutuhkan festival yang bukan hanya memberi panggung, tetapi juga memberi arah, memberi bekal, dan memberikan apresiasi selebar-lebarnya dari upaya yang telah mereka coba tawarkan.

 

Gelaran festival tahun ini telah menampilkan 65 peserta, yang terbagi menjadi dua kategori, yakni kategori pelajar dan kategori umum/mahasiswa. Dimana dari ketagori pelajar sebanyak dari 25 sekolah baik tingkat Sekolah Menengah Atas se-derajat (SMA, SMK, MA) dan Sekolah Menengah Pertama se-derajat (SMP, MTS) terdaftar sebagai peserta festival teater monolog tahun ini. Sedangkan untuk kategori umum terdapat 24 peserta, yang terdiri dari sanggar seni teater umum, dan sanggar seni yang terdapat di perguruan tinggi.

 

Para peserta tersebut nampak telah berupaya untuk menyajikan suguhan terbaiknya, dimana hal tersebut nampak terlihat dalam aspek artistik, bahwa banyak peserta berani mengeksplorasi naskah-naskah yang telah ditetapkan untuk didekatkan dengan kehidupan mereka. Beberapa penampilan menunjukkan penguasaan vokal yang baik serta kemampuan menghadirkan atmosfer hanya dengan perubahan intensitas dan ritme suara. Namun demikian, masih terlihat kecenderungan peserta untuk bergantung pada narasi yang terlalu banyak menceritakan ketimbang memperlihatkan kedalaman.

 

Struktur dramaturgi monolog, seharusnya bergerak mengikuti dinamika konflik, pengembangan karakter, hingga puncak dramatik. Dan hal tersebjt masih minim sepenuhnya dikuasai secara merata dari para peserta. Hal ini menandakan bahwa pendampingan dramaturgis sangat dibutuhkan sebelum festival berlangsung. Dan di dalam ketidakmerataan itulah, kita menemukan kesempatan untuk memperbaiki gema ekosistem teater remaja di Provinsi Jambi.

 

Kita Membaca Masa

Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025 telah memberikan banyak hal, gemanya telah mencatat yang tak terucap. Namun bukan berarti tidak meninggalkan catatan, justru tinggalan catatan itulah yang menjadi upaya untuk perbaikan kedepan. Karena di setiap festival seni, selalu ada dua panggung yang bekerja bersamaan, panggung yang dilihat publik, dan panggung yang hanya bisa ditangkap oleh mata yang bersedia menunggu.

 

Panggung yang pertama menampilkan aktor, setting, lampu, dan tepuk tangan. Sementara panggung yang kedua memperlihatkan kerja dalam kesiapan organisasi, seperti lubang-lubang teknis, ritme komunikasi, serta segala hal yang tertinggal di balik tirai festival seni. Kedua panggung tersebut begitu nampak dalam penyelenggaran festival tahun ini, yang tampak, dan yang tak terucap, yang gemerlap, dan yang terabaikan.

 

Memang tak bisa dipungkiri, bahwa kehadiran Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi tahun 2025 telah memberikan ruang kreatif yang penting bagi para remaja untuk mengekspresikan diri melalui seni monolog. Namun, pelaksanaan tahun ini juga menegaskan bahwa peningkatan kualitas tidak hanya bergantung pada peserta, tetapi juga pada sistem pendampingan, dukungan teknis, manajemen organisasi, serta keberlanjutan program.

 

Dengan perbaikan pada aspek-aspek tersebutlah, kita hendaknya mulai mempersiapkan dengan strategi dini untuk pelaksaan tahun depan, mulai dari adanya pelatihan pra-festival, penataan teknis, penyempurnaan mekanisme penjurian, hingga penguatan kerja sama eksternal. Sehingga festival ini berpotensi berkembang menjadi ruang inkubasi talenta muda yang lebih kokoh dan berpengaruh, yang diharapkan bukan hanya di berprestasi di tingkat Provinsi Jambi, tetapi dapat berlanjut di tingkat nasional.

 

Kemudian kitalah yang harus membaca, bahwa dari festival tahun ini, telah tercatat dapat menghadirkan ribuan penonton yang setiap pertunjukannya selalu ramai dihadiri para apresiator. Namun kita juga harus melihat, bahwa secara kualitas hubungan antara festival dan publik masih lemah. Kita perlu untuk membuka pintu untuk menjalin kerjasama dengan pihak terkait seperti pihak Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi ataupun tingkat Kabupaten\Kota.

 

Selain hal memperkuat kerjasama, kiranya kita perlu untuk menghadirkan program pendukung festival seperti diskusi karya, edukasi penonton, atau sesi pertemuan dengan para aktor, sehingga membuat festival terasa bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan peristiwa pembangunan kesenian yang berkelanjutan. Hal ini penting, karena melihat potensi itu ada, sangat besar, dan mendesak untuk segera dirumuskan dan dimanfaatkan pada masa depan.

 

Pada akhirnya,kita membaca masa, adalah upaya untuk mengemakan budaya teater di Provinsi Jambi. Sehingga melalui festival ini, yang tumbuh inilah ekosistem budaya teater, yang dengan keseriusan yang konsisten, maka festival ini bisa menjadi salah satu motor kebudayaan paling penting di Provinsi Jambi. Pada akhirnya adalah mereka (baca; masa) menunggu kita, dan kita menunggu keseriusan kita sendiri.




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com