Friday, October 11, 2024

Cerpen Yanto bule "O Sida Khitam Hamwa Wari Awai"


Rintik air dari atap seng gedung pertunjukan, jatuh cukup deras sementara di luar kamar terdengar orang orang masih tertawa keras sesekali celetukan dari para seniman terdengar seperti protes atas kebijakan pemerintah.


Entah apa yang di obrolkan sehingga para seniman masih saja asik dengan obrolan dan kopi di gelasnya, Tiba tiba kamarku di ketuk dari luar, Terdengar pak Yono pemilik kantin mengantarkan pesanan mie goreng yang ku pesan sore tadi .


" Pesanan mie gorengnya sudah jadi, ini ada teh hangat "

" Terima kasih pak"

Aku ulurkan tanganku dan menyodorkan uang untuk membayar pesanku.


Pintu mes kamar seniman di balai pertunjukan, memang di khususkan untuk para seniman yang biasa manggung atau tengah ada kegiatan seminar di sana.


Di kamar nomor 13 yang aku tempati ada dua tempat tidur bertingkat, dengan satu meja kecil di ujung dekat jendela kamarnya, paling tidak untuk ukuran kantong seniman masih sangat terjangkau,apalagi gedung pertunjukan juga berada di tengah kota sehingga setiap saat aku bisa keluar melihat keramaian kota.


Di malam yang sunyi,tak ada lagi suara kawan kawan seniman berceloteh yang biasa ku dengar, hanya deru angin malam seperti memeluk erat d Ngan dinginnya, perlahan aku rebahkan tubuhku yang lelah di kasur tipis dengan satu bantal.


Sementara itu Sahabatku Jen, belum juga tidur dan masih duduk mencangung di atas kasurnya, sembari membaca naskah teater yang bakal di tampilkan besok.


" Betapa terasa letihnya kita tadi tampil di panggung"

" Iya ,semua naskah sudah kita tampilkan dengan semua kemampuan kita,meskipun ada beberapa yang sedikit kurang sempurna"

" Untuk tampilan kedua besok sepertinya harus lebih maksimal lagi, sebab tampilan ini menjadi penutup kita di panggung"

" Aku ingin kita tampil sempurna,agar penonton yang sudah susah payah, membayar tiket bisa membawa kenangan saat menonton kita tampil"

" Betul sekali dengan naskah " tandrun loah dan tandrun kayet," setidaknya bisa membawa dan memposisikan daerah wisata kita"

" Tak salah lagi bang asro,memilih judul dan naskah yang di tulis untuk kita mainkan, Sebab sangat berat peran ini kita mainkan, apalagi lawan main kita si Ari baru selesai bersalin, tentu lebih susah kita untuk berinteraksi di panggung,"

" Tapi aku masih yakin dengan kemampuan Ari, meskipun baru selesai bersalin"


Kokok ayam mengagetkanku, lalu aku ajak Jen untuk segera tidur,agar besok pagi masih ada tenaga untuk gladi bersih menjelang tampil sore di teater arena gedung pertunjukan.


Pagi di ruang kantin, aku melihat Ari ibu muda dengan bayi mungilnya masuk ke kantin, sementara ada wanita separuh baya ikut datang membawa perlengkapan bayi,sungguh luar biasa semangat Ari untuk memerankan tokoh sentral dalam pementasan tandrun loah dan tandrun kayet,yang di mainkan nanti malam.


" Wah ternyata nenek ikut juga ya, tidur dimana semalam ri"

" Di penginapan biar tidak merepotkan keluarga le"

" Gimana persiapan tampil nanti malam,sudah oke semuanya ya"

" Sudah , semua kostum sudah kita siapkan ,make up juga sudah aman, tinggal nanti bang asro,pak kaolan yang mengurus musik pengiring dan dupa untuk propertinya"


Senja bergulir, penonton mulai datang ke gedung pertunjukan, kulihat panitia juga sudah mulai sibuk mengatur kursi yang mulai penuh terisi .


Lampu sorot, dan properti pendukung untuk tampil sudah mulai di nyalakan, aku ,Jen, dan Ari sudah bersiap naik ke panggung, semua kostum yang ku buat sendiri dari bahan plastik,sudah aku pakai, sementara Ari juga sudah memakai kostum yang ku buat sedemikian rupa, hanya Jen yang menggunakan baju seperti raja yang mengunakan lacak di kepalanya.


" Ooo Sida khitam hamwa wari awai"


Suara berat kang asro dan pak kaolan,menggema di dalam gedung, belum lagi aroma dupa yang di bakar menambah mistiknya suasana pementasan, musik yang di putar oleh bang Zul menambah suasana makin mencekam.


Alunan mantra yang di bacakan bang asro dan pak kaolan terus menerus di bacakan, mengiringi tampilanku yang memerankan tandrun loah keluar dari panggung, sorak Sorai penonton melihat aku keluar dengan kostum dan makeup menambah mentalku makin kuat.


Ari keluar dari samping panggung, dengan baju kebaya dari plastik menambah anggunnya tampilan Ari malam itu yang tampil menjadi ratu, sementara Jen begitu keluar dengan memerankan tandrun kayet keluar dengan mengacungkan keris.


Gemuruh penonton mengakhiri tampilan kami, tepuk tangan meriah tanda puas atas tampilan kami, kerja keras tim ternyata membuat banyak komentar dari banyak seniman di kota provinsi,dan membawa nama sanggarku makin di perhitungkan.


Bagiku bang asro, sang sutradara dan penulis naskah merupakan sosok yang sangat cakap dan cerdik memilih tema, pertempuran antara tandrun loah dan tandrun kayet, yang bermula dari pertemuan keduanya di ujung tanjung muaro masumai, dua anak raja ini sama sama memiliki kesaktian, padahal keduanya  adalah sama sama anak raja,yang terpisahkan oleh tugas dari sang raja semenjak mereka masih kecil.


Namun saat mereka di pertemukan di salah satu aliran sungai, saat akan melakukan perebutan untuk memperluas wilayah kerjaan tandrun kayet terhadap kerajaan kerajaan kecil , selama ini tandrun loah hanya mendengar jika ada raja lalim yang sering memaksakan diri untuk memperluas kerjaan meskipun dengan banjir darah, ternyata keduanya di pertemukan di ujung tanjung muaro masumai, keduanya bertemu di atas biduk amo, dan saling adu kesaktian,tetapi keduanya sama sama kuat dan kemudian menentukan lokasi pertempuran di tepi sungai Batang Merangin.


Dan saat keduanya bertempur,dan tandrun loah mulai mengeluarkan jurus pamungkas untuk mengalahkan tandrun kayet,dengan sebilah keris pemberian ayahnya yang juga seorang raja,bisa menembus kulit tandrun kayet,daerah menyembur dari luka yang di alami tandrun kayet, sembari menutup luka di tubuhnya tandrun kayet tersadar jika hanya senjata dari ayahnya, yang seorang raja yang bisa menembus kulitnya ,dan senjata itu hanya di miliki oleh adiknya yang terpisah semenjak kecil untuk mengembara.


Sambil memanggil nama adiknya, Tandrun kayet mulai terhuyung dan tersungkur di tepi sungai Batang Merangin, Tandrun loah sangat terkejut saat namanya di panggil dengan panggilan nama kecilnya, sontak berlari dan memeluk tandrun kayet, dan ternyata yang terbunuh oleh senjata sakti milik ayahnya adalah kakak kandungnya sendiri, nasi sudah menjadi bubur raja lalim yang tewas di tangannya ternyata kakak kandungnya sendiri.


Setelah mendapatkan kenyataan pahit, tandrun loah mengirim utusan agar ibundanya datang ke kerajaan nya, dan saat bertemu dan di ceritakan ibunda ratu hanya mampu menangis,dan mengetahui kenyataan anaknya yang selama ini di cari sudah menjadi raja tetapi memilki nasib tragis harus mati di tangan adiknya sendiri saat mempertahankan kerajaannya.


Dengan mengunakan biduk amo,sang Ratu lalu pulang ke kerajaan ,dengan hati penuh sedih.


Lamunanku pudar,saat tangan bang asro menepuk pundakku, dan mengajak pulang dengan berbisik ke telingaku,bahwa ayahku sore tadi saat aku tampil di panggil pulang keharibaan usai sholat Magrib.


" Ayo berkemas kita pulang, ayahmu sore tadi di panggil yang kuasa, Kuatkan hatimu untuk pulang memakamkan ayahmu"


Aku tergugu mendengar kabara ibu,tak terbayang ibuku yang sedih menangisi kepergian ayahku ,seperti ratu yang menangisi kepergian tandrun kayet di tangan adiknya .


Perlahan aku tutup kamar  nomor 23 di mes gedung pertunjukan,dengan semua kesedihan.


Sanggar imaji Pamenang 12 Oktober 2024