Thursday, October 24, 2024

K U R S I K O S O N G

 


K U R S I   K O S O N G

Karya Hendry Nursal

 


Pemeran:

Iqbal: Mencari keuntungan pribadi

Zastia: Peduli terhadap Alam di desanya

Mawan: Komplotan Zastia

Ria: Komplotan Zastia

Reni: Komplotan Zastia

Maisa: Komplotan Zastia

Yana: Perempuan Misterius

Annisa: Pacar Zikri

Zikri: Pemuda dari Desa sebelah

Malik: Pengusaha dari Kota

Adi: Ajudan Malik

Aldy: Pembantu Aqil

Aqil: Bayangan misterius

Datuk Hasan: Tokoh adat


 

 

FADE IN

ADEGAN 1

KELUAR DIANTARA PEPOHONAN SUARA-SUARA BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING DORONG SATU SAMA LAINNYA.

 

MEREKA MEMBICARAKAN SUATU BENDA YANG DIPEREBUTKAN BERIRINGAN DENGAN SUARA GEMURUH BERTAUTAN JUGA KILAUAN PETIR DI LANGIT

 

Iqbal        :  Minggir aku lebih dulu menunggu, kalian semua minggir!

Zastia       :  (menarik tangan Iqbal) eeh, malu lah sedikit, coba mengalah dengan perempuan

Iqbal        :  Aku tidak peduli

Mawan     :  Aku yang lebih dulu

Iqbal        :  Awas, lepaskan

Zastia       :  Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu aku. Ria jangan biarkan Mawan lolos

Ria           :  (menghadang Mawan)

 

SUARA GEMURUH BERTAUTAN JUGA KILAUAN PETIR DI LANGIT PERLAHAN MEREDA, MEREKA MASIH TERUS BERUPAYA MELEPASKAN DIRI, ANNISA DAN ZIKRI DATANG DARI GUA KECIL DENGAN SANTAINYA MELEWATI KERIBUTAN

 

ANNISA BERSANTAI BERSAMA ZIKRI DUDUK DISEBUAH KURSI MENGHADAP KE DANAU

 

TERLIHAT DUA GUNDUKAN TANAH UKURAN SEDANG DISISI KIRI DAN KANAN KURSI. BAGIAN BELAKANG KURSI TERDAPAT GUA KECIL PENGHUBUNG DESA BERBEDA DENGAN PEPOHONAN

 

Iqbal        :  Lepas

Zastia       :  (melepaskan dan terkejut)

Ria           :  Kita gagal, ada yang telah mendudukinya

Iqbal        :  semua gara-gara kamu (sambil mengusap kepala seakan ada percikan air)

Zastia       :  Hei Annisa, Zikri apa kalian tidak lihat kami lebih dulu sampai disini

Annisa     :  Apa peduli kami

Zastia       :  Kalian tunggu giliran berikutnya

Zikri         :  Terpenting adalah yang lebih dulu duduk di kursi inikan? Lantas apa masalahnya?

Zastia       :  (semakin marah) Kalian warga kampung sebelah

Annisa     :  Danau ini milik kalian ya? Tidak bisa jawabkan?

 

MEREKA TIDAK BISA MENJAWAB, SAMBIL MENGGERUTU PERGI PERLAHAN, SEMENTARA IQBAL DAN MAWAN MASIH  MENUNGGU

 

Reni         :  Kita pulang saja

Zastia       :  Aku masih ingin menunggu, hingga dia pergi

Maisa       :  Benar kata Reni, kita pulang saja Zastia lihat langit sudah hampir petang, warna Jingga telah tampak menghiasi

Iqbal        :  Pulang saja kalian

Mawan     :  Iya, kalian perempuan, nanti keburu malam

Zastia       :  Memangnya kenapa kalau perempuan? Kalian pikir kami lemah! Kalian merendahkan kami?

Mawan     :  Kalau otak dipenuhi pikiran negatif ya begini, Tidak baik anak gadis ada dipinggiran Danau saat mau Maghrib, lebih bagus sudah berada di rumah

Zastia       :  Gaya bicara mu macam Ustad saja

Mawan     :  Bukan begitu, kamu kan sudah tau. Perempuan dilarang malam-malam berada di sekitaran Danau, apalagi peristiwa yang lalu tentunya bisa menjadi pelajaran

Zastia       :  (dengan sedikit kesal meninggalkan lokasi diikuti Reni, Ria dan Maisa)

 

IQBAL DAN WAWAN MASIH MENUNGGU MELIHAT KE ARAH ANNISA SEDANG DIGODAIN ZIKRI

 

Iqbal        :  Lihat mereka (merasakan ada percikan air, sesekali melihat keatas), itu Annisa betul-betul di mabuk asmara berbaju merah jambu

Mawan     :  Mereka tidak peduli tempat, sedihnya kita yang hanya ngontrak! Dunia serasa milik berdua (tertawa) apa mereka tidak tau pantangan disini?

Annisa     :  mereka masih dibelakang, malu Zikri

Zikri         :  (membesarkan suaranya) jangan pedulikan dua lelaki penuh likaliku yang tak laku-laku

Mawan     :  (saling pandang) ehh dia menyindir kita

Iqbal        :  Sudahlah, aku pulang saja

Mawan     :  Aku juga (berlalu pergi)

 

ZIKRI DUDUKNYA SEMAKIN MENDEKAT KE ANNISA HINGGA KE UJUNG KURSI, SEDANGKAN ZIKRI MERASA ADA YANG MENDORONG

 

Annisa     :  Kamu jangan bergeser terus, ini semakin sempit

Zikri         :  (kebingungan) aku tidak bergeser, ada yang mendorongku

Annisa     :  Kamu sengaja ya mau dekat-dekat terus, mau nempel terus (senyum-senyum) bikin aku salah tingkah saja

Zikri         :  Aku tidak bergeser (mengangkat tangan)

Annisa     :  (baru menyadari) lantas siapa yang mendorong mu (mulai merasakan takut) tidak ada orang lain disebelah mu

Zikri         :  Aku tidak tau

 

GEMURUH DAN KILATAN PETIR KEMBALI TERDENGAR, ADA BAYANGAN MENYERUPAI SESEORANG BERDIRI BESAR DIBELAKANG MEREKA

 

Bayangan :  (dengan suara bergema) Apa yang kalian pikirkan? Jangan kotori Danau ini dengan dosa, jangan hancurkan tempat ini dengan keserakahan, jangan penuhi hawa nafsu birahi kalian

Annisa     :  (menoleh kebelakang dengan rasa takut) kau, kau…..kau siapa?

Bayangan :  Tak perlu kau tanyakan, kau tidak berhak bertanya, itu adalah bagian ku

Zikri         :  maafkan kami, nenek datuk maafkan kami, kami tidak berpikir kotor

Bayangan :  hati dan pikiran mu bisa aku baca, kau ingin merayu gadis itu kan?

Zikri         :  Tidak, saya tidak akan melakukannya

Bayangan :  (tertawa) pernah kah aku menggangu manusia? Pernah kah aku melarang manusia ke Danau ini? Tapi kalian semakin dikuasai hawa nafsu, dipenuhi birahi saat datang kesini

Zikri         :  kami tidak berpikir untuk melakukan perbuatan dosa

Bayangan :  (tertawa) ketika langit semakin gelap, suasana sunyi dan dingin. Hanya kalian berdua, apa aku percaya? (tertawa lebih keras)

 

TAWA BESAR BERGEMA DARI SESOSOK BAYANGAN, GEMURUH TERUS BERSAUTAN DI LANGIT. ANNISA DAN ZIKRI MENJERIT SEPERTI KESAKITAN HINGGA KEDUANYA PINGSAN

 

 

ADEGAN 2

PAGI MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH, ANNISA DAN ZIKRI MASIH BELUM SADARKAN DIRI

 

SUARA-SUARA BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING DORONG SATU SAMA LAINNYA UNTUK LEBIH DULU BISA MENEMPATI KURSI

 

Iqbal        :  Minggir aku lebih dulu menunggu disini, kalian semua minggir!

Zaskia      :  (menarik tangan Iqbal) eeh, malu lah sedikit, coba mengalah dengan perempuan

Iqbal        :  Aku tidak peduli

Mawan     :  Aku yang lebih dulu

Iqbal        :  Lepaskan, kau bisa merobek kertas milik ku

Zaskia      :  Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu aku. Ria jangan biarkan Mawan lolos

Ria           :  (menghadang Mawan)

Maisa       :  (terkejut) itu apa, itu apa?

Zaskia      :  bantu aku, Maisa pegangin dia

Maisa       :  Diam! (membentak) itu apa?

Reni         :  mereka siapa? (mendekati)

Mawan     :  (membalikkan tubuh Annisa dan Zikri) Annisa dan Zikri

Zaskia      :  Mati?

Iqbal        :  sembarangan bicara kamu (memegang urat nadi) mereka masih hidup

Ria           :  hei bangun, Annisa bangun

Iqbal        :  Zikri, zikri…

Mawan     :  sepertinya mereka pingsan, tapi kenapa tidak bisa dibangunkan

Iqbal        :  mereka masih dengan pakaian yang sama, artinya semalaman masih disini? (bingung)

Reni         :  apa yang terjadi dengan mereka?

Mawan     :  atau mungkin mereka telah berbuat salah disini? Mesum (menutup mulut) Ups…

Reni         :  Kita harus segera laporkan kepada kepala Desa

Zastia       :  iya, Iqbal pergilah ke rumah kepala Desa

Iqbal        :  kenapa harus aku? (sambil mengusap kepalanya, dan sesekali mengibaskan tangan terasa ada percikan air)

Maisa       :  pergilah Iqbal, kamu juga Mawan

Iqbal        :  Aku tidak mau (bergegas menduduki kursi)

Zastia       :  (geram) Kamu ya!!!

Iqbal        :  apa, apa? Aku tidak mau beranjak

 

ANNISA TERSADAR, BERTERIAK KETAKUTAN MELIHAT KE ARAH IQBAL YANG SEDANG DUDUK DI KURSI

 

Iqbal        :  (bingung)

Annisa     :  Kamu pergi, pergi jangan dekati aku. Aku tidak melakukan kesalahan, aku hanya ingin bersantai

Iqbal        :  salah saya apa?

Ria           :  Iqbal?

Iqbal        :  Tidak, aku tidak berbuat apa-apa padanya

Ria           :  dia ketakutan pada mu

Zastia       :  mengaku saja kamu?

Reni         :  kasihan Annisa

Maisa       :  ternyata diam-diam kamu, bermain dibelakang Zikri

Iqbal        :  jaga mulut kalian, aku terakhir dengan Mawan meninggalkan mereka berdua dan aku langsung pulang

Annisa     :  (ketakutan) jangan dekati aku (langsung berlari pergi)

Mawan     :  (dikejutkan, Zikri sadar) Kamu sudah sadar

Zikri         :  (masih kelimpungan dan bingung)

Mawan     :  apa yang terjadi dengan kalian

Zikri         :  (tanpa menjawab dan tiba-tiba ketakutan langsung pergi)

Zastia       :  ini anak kenapa ya?

Iqbal        :  Kerasukan setan

Mawan     :  jangan bicara sesuka muncung mu

Iqbal        :  udah-udah, kalian mengapa masih disini, mau menonton aku yang sedang menunggu keindahan Danau ketika tersiram warna jingga jelang petang?

Mawan     :  kamu curang

Iqbal        :  Apanya yang curang? Aku cerdas dalam membaca peluang

Zastia       :  Kita pergi saja

Iqbal        :  iya, pulang saja sana (memperlihatkan gerakan mengusir)

 

SETELAH SEMUANYA HILANG DIPANDANGAN MATA, IQBAL MENGELUARKAN KERTAS SEMACAM DENAH LOKASI. DIA SEPERTI MENGUKUR JARAK DAN MENENTUKAN TITIK-TITIK

 

Iqbal        :  disini, disini, ya disini juga (sambil berpikir) oh tidak, disini yang lebih tinggi dan ada area untuk kursi kosong lebih banyak (kembali berpikir sambil merasakan adanya percikan air) ditimbun saja biar lebih luas. (menerima telpon) hallo, iya pak, baik, saya sedang berada di lokasi pak. Benar pak, di Danau Sipin. Tenang saja pak, saya sendirian. Teman-teman saya tidak ada di dekat saya. Baik pak, saya akan jaga rahasia

 

KATA-KATA ITU DISAMBUT DENGAN SUARA GEMURUH BESAR, KILATAN YANG BANYAK, DENTUMAN PETIR MENGEJUTKAN IQBAL

 

Iqbal        :  (melihat ke langit) Akan turun hujan? (suara petir lebih besar) aku pulang saja walaupun belum petang (saat berdiri terlihat bayangan besar diatas gua) hei kamu siapa? Mawan? Zastia? Zikri?

Bayangan :  (tertawa)

Iqbal        :  (mulai ketakutan) kamu siapa, jangan main-main tidak lucu!

Bayangan :  (hanya tertawa)

Iqbal        :  (diam, langsung pergi dengan ketakutan dan menjatuhkan peta di kursi)

Bayangan :  Manusia, tidak pernah ada puasnya. Manusia, semua mau di telan. Manusia, terus saja tidak menyadari semua hanya sebatas kerongkongan. Manusia, tidak jauh-jauh dari perut dan selangkangan. Manusia, (tertawa)

 

ADEGAN 3

LANGIT BERANGSUR MALAM, DAN KEMBALI PAGI MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN HEMBUSAN ANGIN LEMBUT

 

SUARA-SUARA BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING DORONG SATU SAMA LAINNYA UNTUK LEBIH DULU BISA MENEMPATI KURSI

Mawan     :  Minggir, kalian semua minggir!

Zastia       :  (menarik tangan Mawan) coba mengalah dengan perempuan

Mawan     :  Aku tidak peduli

Zastia       :  Aku yang lebih dulu

Mawan     :  Awas, lepaskan

Zastia       :  Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu aku

Ria           :  (melihat disekelilingnya) Iqbal kemana?

Zastia       :  Malah nanya Iqbal, apa peduli ku? Pasti udah pulang tadi malam, kau pikir dia tidur di kursi itu

 

RENI, RIA, MAISA MELIHAT SEKELILING, SEDANGKAN MAWAN DAN ZASTIA MASIH BELUM BERHENTI BERUPAYA MENCAPAI KURSI

 

Ria           :  Iqbal tidak terlihat seperti biasanya

Reni         :  mungkin hari ini tidak, sebab kemarin udah kesini

Maisa       :  sepertinya gitu

Ria           :  tapi?

Reni         :  (melihat kertas diatas kursi dan membukanya) peta?

 

MAWAN DAN ZASTIA TIDAK JUGA BERHENTI, RIA DAN MAISA MEMERIKSA SETIAP SUDUT

 

Reni         :  Kalian berhentilah, lihat ini apa?

Mawan     :  memangnya apa?

Ria           :  coba aku lihat

Maisa       :  peta, benar ini adalah peta (melihat-lihat area dan membandingkan dengan peta) iya peta lokasi Danau ini

Zastia       :  aku baru ingat, kertas yang dibawa Iqbal kemarin sama dengan ini, lantas mengapa tergeletak di kursi

Mawan     :  tentunya menjadi tanda tanya besar. Kita ke rumah Iqbal mumpung hari masih siang, apa maksud dari peta yang dia bawa

Zastia       :  pergilah aku mau duduk

Mawan     :  Reni, Ria dan Maisa kalian mau ikut dengan ku? (tiga perempuan kompak menganggukkan kepala) Zastia kamu yakin akan tetap disini sendirian

Zastia       :  sudah susah-susah bisa duduk disini

Mawan     :  terserah kamu (berlalu pergi)

 

TIDAK LAMA BERSELANG DATANG SEORANG PEREMPUAN BERHIJAB DAN MENGGUNAKAN CADAR

 

Zastia       :  Bodoh, Iqbal bodoh. Bisa-bisanya peta tertinggal. Katanya cuma dia dan aku yang tau rencana besar itu, sekarang bisa menyebar, bisa terbongkar, bisa gagal semuanya.

Yana        :  Boleh saya duduk disini

Zastia       :  (terkejut) kamu siapa?

Yana        :  saya Yana kebetulan berkunjung dan tinggal beberapa hari di rumah paman, saya baru datang dari Ibukota

Zastia       :  Oh silahkan

Yana        :  Terima kasih

Zastia       :  kalau berasal dari Ibukota, darimana kamu tau tempat ini?

Yana        :  Saya lahir di Desa ini, orang tua berasal dari sini. Memasuki umur remaja, bapak seorang pegawai pemerintahan di mutasi ke Ibukota. Sudah lebih 20 tahun belum menengok paman yang masih ada disini, karena begitu rindu suasana tanah kelahiran terutama Danau ini, saya mengambil cuti kerja untuk berkunjung.

 

MENYAKSIKAN DARI KEJAUHAN, MAWAN, RIA, RENI DAN MAISA MELIHAT ZASTIA BERBICARA SENDIRI KEMUDIAN BERLALU PERGI

 

Zastia       :  Berarti aku belum lahir ketika kamu masih disini (tersenyum) Apakah ada yang berubah?

Yana        :  Tidak ada yang berubah, masih sejuk dan nyaman. Menenangkan berada disini, melihat aktivitas warga Desa sebelah bersampan, memancing hingga menjala ikan berbalut suasana petang menjelang terbenamnya matahari bertabur warna jingga yang menawan. Hampir setiap sore aku duduk di kursi ini, mengisi kekosongannya

Zastia       :  aku penasaran ingin bertanya, 5 tahun belakangan ada cerita yang berkembang di desa kita. Bahwa tidak boleh sendirian berada disini jika udah malam terutama perempuan, termasuk yang berpasangan. Terus kursi dari dulu memang satu ya,? aku juga mendengar tidak boleh duduk di gundukan tanah itu (menunjuk gundukan tanah)

Yana        :  Terus kalau melanggar, apa akibatnya

Zastia       :  Kalau sendirian, bisa hilang dan tidak bakal ditemukan lagi. Kalau berpasangan mereka akan kerasukan, sementara kalau gundukan tanah itu, jika didudukin bisa marah penghuninya, katanya rumah Jin.

Yana        :  memangnya sudah terjadi?

Zastia       :  baru dua hari yang lalu, teman ku dari desa sebelah. Dia berduaan disini, tapi keesokan harinya kami datang, mereka masih disini dalam keadaan pingsan. Saat sadar mereka ketakutan seperti melihat mahkluk gaib, lalu teman ku Iqbal sendirian disini sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Apa mungkin ada mahkluk gaib yang mengganggu?

Yana        :  Saya tidak pernah melihat yang aneh-aneh, saya bahkan pernah sendirian sampai melewati Maghrib, tidak terjadi apa-apa

Zastia       :  terus teman-teman ku seperti ketakutan melihat sesuatu yang seram, kenapa ya?

Yana        :  (tersenyum) Iqbal apakah sudah dipastikan ke rumahnya? Mungkin saja dia tidur, dan belum keluar rumah

Zastia       :  Sudah diperiksa ke rumahnya namun tidak ada, tapi dia meninggalkan sesuatu, yang biasa dia bawa

Yana        :  apa itu?

Zastia       :  pet…..ups

Yana        :  (tersenyum) kalau ada yang berniat buruk dan hanya berpikir keuntungan pribadi dari Danau ini, risiko buruk menanti. Kalau teman mu yang berduaan, bukan suami istri lantas mau mesum ya salah, mau dimanapun tempat tetap dosa jika belum menjadi suami istri. Belum diperbuat, baru sebatas niat saja sudah dosa

Zastia       :  (memikirkan sesuatu)

Yana        :  Kenapa melamun?

Zastia       :  tidak apa-apa

Yana        :  Dari kecil, Danau ini kami kenal dengan sebutan Danau Sipin. Saya tidak tau asalnya dan siapa yang pertama memberikan nama (melihat sekeliling) sudah mulai akan maghrib, saya duluan ya…sampai jumpa lagi besok

Zastia       :  baik, sampai jumpa lagi (melihat Yana pergi) jika yang dia katakan benar, artinya Iqbal? Apa salahnya aku menjadikan Danau Sipin lebih bagus, daripada dibiarkan saja dan wajar mendapat keuntungan atas rencana ku

 

IQBAL DATANG MENGHAMPIRI ZASTIA

 

Iqbal        :  Zastia

Zastia       :  Hei kamu kemana? Kamu bodoh ya, sampai meninggalkan peta disini

Iqbal        :  Biar aku jelaskan

Zastia       :  kamu benar-benar teledor, sekarang peta itu ada di tangan mawan, yang lainnya juga melihat peta dan sekarang mereka mendatangi rumah mu. Kita harus bagaimana? Jika semua warga desa tau, tamatlah riwayat kita!!

Iqbal        :  aku tidak sengaja menjatuhkannya, gara-gara melihat sesuatu yang aneh

Zastia       :  aneh apanya? Dimana?

Iqbal        : Disini, kemarin malam ada sesuatu yang gaib dan menyeramkan (sambil melihat sekelilingnya)

Zastia       :  mana, tidak ada? Aku dari tadi disini, tidak melihat hal yang aneh. Otak kamu yang sudah mulai error

Iqbal        :  (terus ketakutan)

Zastia       :  (meninggalkan Iqbal)

Iqbal        :  (kembali melihat bayangan hitam) itu, itu Zastia, bayangan itu (mencari Zastia yang telah pergi)

Bayangan :  (tertawa)

Iqbal        :  jangan ganggu aku, aku salah apa dengan kamu?

Bayangan :  Manusia, tidak pernah ada puasnya. Manusia, semua mau di telan. Manusia, terus saja tidak menyadari semua hanya sebatas kerongkongan. Manusia, tidak jauh-jauh dari perut dan selangkangan. Manusia, (tertawa)

 

IQBAL BERUPAYA MELANGKAH PERGI, NAMUN KAKINYA SEPERTI TERPAKU. LALU SEAKAN DIDORONG KE KURSI UNTUK DUDUK. IGBAL BERUSAHA MERONTA-RONTA MELEPASKAN HINGGA AKHIRNYA PINGSAN

 

ADEGAN 4

IQBAL TETAP BERADA DISANA HINGGA PAGI, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN HEMBUSAN ANGIN LEMBUT

 

SAMBIL BERJALAN MAWAN, RENI, RIA DAN MAISA SEPAKAT TIDAK SALING MENGHALANGI

 

Mawan     :  Kita tidak harus saling menghalangi

Maisa       :  aku sepakat

Ria           :  iya, setiap hari begitu terus

Reni         :  Kita hompimpa saja, bagaimana? yang kalah, sampai jumpa besok

Mawan     :  boleh, tumben Zastia tidak ada hari ini

Maisa       :  aku juga tidak tau

Mawan     :  sudah biarlah, hayo Hompimpa alaium gambreng

 

HOMPIMPA DIMENANGI MAISA, NAMUN DIA TIDAK INGIN SENDIRIAN

 

Maisa       :  Horeeeee….Aku menang, jadi aku yang berhak. Tapi aku tidak mau sendirian, Reni dan Ria ikut aku ya

Mawan     :  Jadi aku lawan kalian bertiga tadi

Ria           :  (tertawa)

Reni         :  Sampai jumpa besok

Mawan     :  (dengan sedikit kesal akan pergi) Itu siapa yang duduk?

Maisa       :  Lah, ada yang sudah duluan rupanya

Mawan     :  Siapa dia?

Ria           :  Seperti Iqbal, kamu lihat kesana Mawan, kami tunggu disini

Mawan     :  (mendekati kursi) benar, ini Iqbal

Ria           :  Iqbal, hei…..kami kemarin ke rumah mu tidak ada

Iqbal        :  (tersadarkan) Dimana aku?

Ria           :  Mendadak Amnesia, bos?

Iqbal        :  (linglung melihat sekelilingnya)

Mawan     :  (kepada Ria) Jangan bercanda

Ria           :  entahlah

Mawan     :  kamu kenapa

Iqbal        :  (tanpa menjawab langsung pergi)

Mawan     :  (bengong melihat Iqbal pergi) banyak yang aneh akhir-akhir ini, Annisa dan Zikri pingsan disini sampai pagi, Zastia bicara sendiri dan hari ini tidak kelihatan, lalu Iqbal seperti orang lupa ingatan

 

SEORANG LELAKI KAYA DATANG BERSAMA SATU AJUDAN  SAMBIL MENUNJUK-NUNJUK AREA SEKITAR DANAU

 

Malik       :  Disini ya lokasinya

Adi           :  iya pak, ini Danaunya sebagaimana informasi dan foto-foto yang kita terima bulan lalu

Malik       :  siapa kemarin namanya?

Adi           :  namanya Iqbal, pak

Mawan     :  (kepada Maisa) siapa lagi?

Adi           :  (menghampiri Mawan) permisi pak, apakah mengenal Iqbal? Atau bisakah kami mengetahui dimana rumahnya?

Mawan     :  Dia baru saja dari sini pak

Adi           :  Apakah jauh dari sini ke rumahnya?

Mawan     :  Begini saja, biar saya jemput pak. Bapak tunggu saja disini

Adi           :  Baik, sampaikan saja pesan, Pak Malik dan Pak Adi ingin berjumpa dengannya

Mawan     :  Baik (kepada Reni, Ria dan Maisa) kalian tunggu disini sebentar ya

 

RIA, RENI DAN MAISA BERBICARA KECIL SERTA MENDENGAR PEMBICARAAN MALIK DAN ADI YANG MEMBAHAS RENCANA PENGEMBANGAN DENGAN BERBAGAI BANGUNAN

 

Malik       :  (melihat ke arah Danau) Danau yang menawan

Adi           :  iya pak, kita bisa bangun taman mewah disebelah sana, hotel besar disini dengan sedikit ketengah pak. Kita lakukan penimbunan sedikit agar tamu kita merasa seperti diatas air, lalu vila-vila sekeliling Danau.

Malik       :  Kamu benar dan cerdas

Adi           :  selain itu, semua kita rubah. Kolam renang besar disana, permainan air yang lengkap. Tentunya membuat tamu kita berlama-lama, dan keuntungan semakin besar pak

Malik       :  bagaimana dengan warga sekitar?

Adi           :  tetap harus menginap di hotel dan villa kita, baru bisa menikmati eksotisnya Danau, Maka kita harus berikan tembok besar yang mengelilingi Danau

Malik       :  itu bisa menimbulkan protes, dan terganggunya jalan usaha kita

Adi           :  Tenang pak, pemuda-pemuda berpengaruh kita jadikan tenaga keamanan, yang lainnya kita jadikan karyawan. Untuk perangkat Desa kita berikan sedikit penghasilan tambahan. Kemudian, Desa ini kita berikan secara rutin bantuan ke sekolah juga beasiswa, tak ketinggalan tempat ibadah. (sambil tertawa) Saya jamin protes tidak ada

Malik       :  Yakin kamu?

Adi           :  Mereka semua akan patuh pada kita, kalau uang berbicara tidak ada yang tidak mungkin.

Malik       :  apakah kamu sudah mengantisipasi kemungkinan dampak lingkungan

Adi           :  tentunya sudah, tidak ada dampak pak

Malik       :  (mengangguk senang)

Adi           :  Semua bisa kita atur, dengan ini (gerakan isyarat uang)

 

TIBA-TIBA ZASTIA DATANG, LANGSUNG MENUJU KURSI DAN DUDUK

 

Maisa       :  (melihat Zastia dan menghampiri) Eh, kamu baru datang langsung duduk saja! Kami yang duluan

Zastia       :  kalian tidak duduk, sekarang saya yang duduk, itu artinya saya yang berhak.

Reni         :  Kita bisa sama-sama

Zastia       :  tidak perlu, saya sedang menunggu seorang teman

 

MAWAN DATANG MENGHAMPIRI MALIK DAN ADI TANPA IQBAL

 

Mawan     :  maaf pak Malik dan pak Adi, saya sudah cari Iqbal namun entah kemana, di rumahnya juga tidak ada

Malik       :  Padahal dia sudah janji kepada saya, di telpon bernada tidak aktif

Mawan     :  atau begini saja, nanti kalau berjumpa, saya sampaikan pesan dari pak Malik dan pak Adi

Malik       :  baiklah, sampaikan saja untuk segera menelpon saya

Mawan     :  baik pak

Zastia       :  (melihat ke arah Malik dan Adi) siapa dia?

Reni         :  kami juga tidak kenal, katanya mencari Iqbal

Mawan     :  (kepada Zastia) darimana saja kamu?

Zastia       :  di rumah, baru keluar karena ada janji sama teman dan beruntung sekali duluan duduk di kursi ini

Mawan     :  (penuh tanya, saling pandang dengan Reni, Ria dan Maisa)

Maisa       :  aku yang seharusnya duduk

Zastia       :  sekarang lihat sendiri

Mawan     :  aku pulang ya, lanjut ke Desa sebelah mau menanyakan kondisi Annisa dan Zikri

Maisa       :  aku juga ikut

Reni         :  aku ikut

Ria           :  jangan tinggalin aku

 

MEREKA PERGI MENINGGALKAN ZASTIA, LALU DATANGLAH YANA

 

Yana        :  hai Zastia

Zastia       :  hai, bagaimana kabar mu?

Yana        :  baik, kamu udah disini duluan

Zastia       :  iya, supaya jangan ada yang duluan. Maka aku cepat-cepat kesini, biar dapat mengobrol lagi dengan kamu

Yana        :  (tersenyum)

Zastia       :  aku masih penasaran, dengan peristiwa aneh akhir-akhir ini

Yana        :  aku juga tidak paham, apa yang terjadi sebenarnya,? kesalahan apa yang diperbuat warga Desa, atau mungkin ada seseorang yang sedang berpikir untuk keuntungan pribadi serta menguasai, lantas merubah Danau Sipin, membuat banyak bangunan besar, dan mengganggu fungsinya sebagai area serapan

Zastia       :  apakah kesalahan? Mungkin dengan dikembangkan maka semakin banyak orang datang, pada akhirnya memberikan kesejahteraan bagi warga desa kita

 

DIAM-DIAM MAWAN, RIA, RENI, MAISA KEMBALI MENUJU DANAU DAN MENGINTIP ZASTIA BERBICARA SENDIRI. MEREKA AKAN MENGEJUTKAN ZASTIA UNTUK MENANYAKAN DIA BERBICARA DENGAN SIAPA

 

Yana        :  Dulu, di masa saya Remaja, saya mendengar satu cerita. Cerita yang entah asalnya darimana, entah siapa yang memulai, entah ada buktinya atau tidak, bahwa di Danau Sipin terkubur tangan sebelah kanan seseorang yang sedang memegang senjata.

Zastia       :  Seseorang?

Yana        :  Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal juga sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai keislaman dalam memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam, nah Tangannya sebelah kanan terkubur di dasar Danau Sipin bersama Keris Siginjai.

Zastia       :  lalu kalau Danau Sipin kita lakukan penimbunan?

Yana        :  Konon, tangan itu akan menyatu dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali

Zastia       :  kalau dia Bangkit?

Yana        :  (tersenyum)

Zastia       :  mengapa aku dan teman-teman tidak pernah mendengar cerita ini

Yana        :  mungkin dianggap sudah tidak menarik, atau lebih kagum dengan masa kini dengan cerita-cerita fiksi moderen, atau mungkin yang pernah mendengarnya tidak lagi menceritakan hal yang sama dengan keturunannya

Mawan     :  (tiba-tiba) Zastia!!

Zastia       :  (menoleh) ke arah Mawan

Yana        :  (langsung pergi)

Mawan     :  (mendekat) kamu berbicara dengan siapa?

Zastia       :  dengan Yana (melihat ke arah Yana dan bingung karena tidak ada lagi disebelahnya) kemana dia?

Mawan     :  tidak ada siapa-siapa disebelah mu

Maisa       :  iya kamu bicara sendiri

Zastia       :  Ada Yana

Reni         :  Kami sudah mengintip mu dari tadi

Ria           :  Kami mendengarkan langsung dan tidak ada siapapun disebelah mu

Zastia       :  (bingung) jadi tadi siapa?

Mawan     :  Kita pulang aja kalau gitu, lama-lama semakin horor rasanya. Oh ya lupa aku tetap menuju Desa sebelah, mau melihat kondisi Zikri dan Annisa. Kalian pulang langsung ke rumah, ini sebentar lagi mau gelap.

Zastia       :  aku disini saja dulu

Maisa       :  Zastia, pulanglah

Zastia       :  kalian duluan, aku menyusul

Maisa       :  baiklah, ayo Reni dan Ria

 

TAK LAMA BERSELANG, IQBAL DATANG

Iqbal        :  Kamu disini, tidak takut kamu karena sudah mulai gelap

Zastia       :  kamu kemana saja, tadi ada yang mencari

Iqbal        :  (dengan sedikit ketakutan) aku tidak mau lagi menemui mereka, aku takut karena gara-gara rencana mereka aku diganggu penunggu tempat ini

Zastia       :  sudah tenang, jangan ketakutan gitu

Iqbal        :  kamu tidak melihat, wajar kamu bisa berkata tenang

Zastia       :  aku mau cerita, dua hari ini aku berjumpa dengan seorang teman. Katanya dia lahir di Desa ini, namun merantau ke Ibukota. Lantas dia datang karena mengunjungi pamannya dan rindu dengan suasana Danau

Iqbal        :  siapa namanya?

Zastia       :  Yana, dia menyebut dirinya bernama Yana

Iqbal        :  (terkejut luar biasa) Yana? Tidak mungkin

Zastia       :  kenapa?

Iqbal        :  Yana sudah meninggal 20 tahun yang lalu, wajar kamu tidak mengenalnya karena kau masih bayi. Aku tau nama itu karena ibu ku pernah bercerita tentang Yana

Zastia       :  (terkejut) siapa Yana itu?

Iqbal        :  Dia warga biasa seperti kita, dia suka sekali datang ke Danau ini. Sampai suatu ketika tersiar kabar, Danau akan ditimbun karena adanya Investor besar berkeinginan membangun Hotel, Resort, Vila mewah. Yana terus menangis, terus menentang sampai akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa mengapung di Danau. Setelah peristiwa itu, orang tuanya berpindah ke daerah lain dan Investor membatalkan niatnya

Zastia       :  jadi yang bicara pada ku?

Iqbal        :  Mungkin dia tau adanya rencana Pak Malik dan Pak Adi, lantas Rohnya datang kesini

Zastia       :  Ahh dasar kamu saja yang penakut! kamu yang menawarkan pada mereka. Nanti aku mau coba berbicara dengan tetua adat terkait peristiwa aneh yang kita alami, aku perlu menjumpai Datuk Hasan

Iqbal        :  (ketakutan)

Zastia       :  ada apa kamu?

Iqbal        :  (melihat lagi bayangan hitam dan besar) itu datang lagi, yang kemarin aku lihat

Zastia       :  mana, aku tidak melihat apapun

Iqbal        :  itu Zastia (terus melihat bayangan)

Zastia       :  aneh, aku tidak melihat apa-apa (berlalu pergi meninggalkan Iqbal, sembari memberikan jempol ke arah bayangan hitam)

Iqbal        :  kau lihat itu Zastia (melihat Zastia sudah tidak ada lagi)

Bayangan :  (tertawa)

Iqbal        :  jangan ganggu aku lagi, jangan ganggu aku (berusaha mau berdiri tidak bisa dan kembali pingsan)

Bayangan :  (tertawa)

 

ADEGAN 5

PAGI MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN HEMBUSAN ANGIN LEMBUT. TIDAK SEPERTI BIASANYA PAGI INI TIDAK ADA PEREBUTAN UNTUK MENDUDUKI KURSI KOSONG

 

Adi           :  Mengapa Iqbal tidak juga menelpon kita, pak

Malik       :  Saya juga bingung

Adi           :  itu seperti Iqbal, pak

Malik       :  coba kamu lihat

Adi           :  (mendekati Iqbal) Iya pak, benar ini Iqbal

Malik       :  (mendekati Iqbal) dia tidur

Adi           :  Iqbal, hei….

Iqbal        :  (terbangun) Pak Malik, Pak Adi

Malik       :  kemana saja kamu, bagaimana dengan rencana kita?

Iqbal        :  kita batalkan saja pak, saya mohon batalkan saja

Malik       :  kenapa? Jangan main-main kamu, saya sudah berkomunikasi dengan beberapa Investor

Iqbal        :  batalkan saja pak, saya tidak sanggup harus dihantui penghuni Danau ini pak

Adi           :  penghuni? Hantu? maksud kamu itu apa

Iqbal        :  Iya pak

Adi           :  ini sudah zaman modern bung!

Iqbal        :  (kembali ketakutan) itu pak

Adi           :  mana? (terlihat bayangan besar) Pak Malik, apa itu?

Malik       :  (tertawa)

Adi           :  Kenapa bapak tertawa?

Malik       :  (mengamati) keluar kalian, atau saya lempar batu kalian! Keluar kata ku

Aqil          :  iya ya…jangan lempar kami, iya kami turun (mendekati Malik bersama Aldy)

Iqbal        :  Aqil, Aldy, jadi selama ini kalian yang menakuti aku?

Aqil          :  (tersenyum) aku hanya menuruti keinginan Zastia

Iqbal        :  Apa?

Aldy         :  iya maaf, kami hanya mengikuti keinginan Zastia, untuk menakut-nakuti siapapun yang berniat untuk menimbun Danau

Malik       :  apa maksud kalian?

Aldy         :  Bahwa di Danau Sipin terkubur tangan sebelah kanan seseorang.

Malik       :  Seseorang?

Aqil          :  Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal juga sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai keislaman dalam memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam, nah Tangannya sebelah kanan terkubur di dasar Danau bersama Keris Siginjai. Kalau ditimbun Danau ini, maka…

Malik       :  kalau ditimbun, kenapa?

Aqil          :  Konon, tangan itu akan menyatu dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali

Iqbal        :  tidak masuk akal, tokoh legenda ribuan tahun yang lalu

Aldy         :  kalau benaran terjadi bagaimana?

Adi           :  Mitos!!

 

DATUK HASAN DATANG BERSAMA ROMBONGAN TEMAN-TEMAN IQBAL, BESERTA ANNISA DAN ZIKRI

 

Datuk       :  iya kamu benar, itu hanya mitos (sambil melihat ke arah Danau)

Iqbal        :  Datuk Hasan

Datuk       :  kalian boleh mengatakan mitos, kalian boleh menyebutnya hanya legenda, kalian boleh menyatakan hanyalah cerita lama dan kosong belaka. Tapi ingat, jangan remehkan pesan tersirat yang ada didalamnya yang jelas-jelas untuk kebaikan kita bersama

Malik       :  Maaf Datuk, saya tidak bermaksud meremehkan itu semua

Datuk       :  kamu tidak salah, karena kamu tidak tau. Saya sudah mendengar semuanya dari Zastia apa yang terjadi akhir-akhir ini. Semua berasal dari kita, kita yang menjadi penyebab, sehingga Alam seakan tidak sudi menerima

Iqbal        :  Tapi Datuk, peristiwa aneh belakangan ini karena perbuatan Zastia. Dia yang merencanakan agar kami ditakut-takuti, Aqil dan Aldy telah mengakuinya.

Zikri         :  semua hanya rekayasa, kalian jahat

Annisa     :  teganya kalian, kami tidak melakukan perbuatan apapun, kami tidak mesum disini

Zastia       :  betul, aku yang meminta mereka dan benar itu semua aku otaknya, namun kami punya semangat yang sama untuk menjaga Danau. Aku bersama Reni, Ria, Mawan, Maisa, Aldi dan Aqil menyusun rencana ini.

Datuk       :  (tersenyum) Zastia melakukan itu karena kamu, kamu berbicara pada Zastia, akan menawarkan Danau kepada orang lain agar membawa investor, betul kan? (kepada Zikri dan Annisa) nah, kalian berdua apa tidak menyadari kesalahan? Berduaan saja bukan suami istri, tanpa ada orang lain.

Zikri         :  (terdiam)

Annisa     :  (menunduk malu)

Iqbal        :  Iya betul, pak Malik dan Pak Adi tertarik untuk mengembangkan Danau menjadi lebih bagus. Nanti akan berimbas pada kesejahteraan kita, pada kemakmuran kita

Datuk       :  Sudah kah engkau bermusyawarah pada seluruh warga Desa?

Iqbal        :  Rasanya tidak masalah dan saya yakin, warga akan setuju karena untuk kesejahteraan bersama

Datuk       :  engkau hanya berpikir keuntungan mu dengan beralibi untuk kepentingan bersama. Apakah kau tau, Danau ini secara menyeluruh? Keuntungan dengan adanya Danau ini bagi kita? Tradisi yang kita jaga dari keberadaan Danau ini

Iqbal        :  Jika ada investor dan dikembangkan, Danau ini akan memberikan keuntungan jauh lebih besar

Datuk       :  (menarik nafas panjang) Diberi nama Danau Sipin, menyerupai tapal kuda. Perairan danau akan menyatu dengan perairan sungai Batanghari ketika terjadi pasang atau peningkatan air. Pertanyaannya? Jika Danau ini kita persempit atau tertutup aksesnya tanpa memperhatikan efek jangka panjang, apalagi kalau benar-benar dilakukan penimbunan? Kamu bisa bayangkan ketika Sungai Batanghari sedang pasang besar. Lalu ini berada di area rendah, tentunya air hujan akan menuju kesini sebagai kawasan serapan. Bisakah kamu bayangkan musibah yang akan terjadi?

Adi           :  Datuk, apakah tidak bisa kita mengembangkan kawasan ini?

Datuk       :  Bisa saja, tapi jangan kalian kuasa hanya untuk keuntungan pribadi, jangan jadikan warga Desa tamu, kami menjaganya sejak lama. serta menurut hemat saya, yang terpenting jangan mengganggu bentuknya dan merubah Danau, biarkan saja tetap alamiah

Adi           :  Pak Malik, kita harus merubah konsep dan bentuk pengembangan, kita harus perhitungkan lebih mendalam dengan memperhatikan semua sisi

Malik       :  Saya setuju, kami akan banyak berdiskusi dengan Datuk dan saran dari Datuk serta warga Desa terkait Danau ini, agar tetap menjadi milik warga, kita sama-sama terus menjaganya

Datuk       :  (tersenyum dan menganggukkan kepala)

Zastia       :  Lalu saya ingin bertanya pada Datuk, apa benar tentang cerita yang saya dengar bahwa di Danau terkubur tangan sebelah kanan seseorang? Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal juga sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai keislaman dalam memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam, nah Tangannya sebelah kanan terkubur di dasar Danau bersama Keris Siginjai. Kalau ditimbun Danau ini? Konon, tangan itu akan menyatu dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali.

Datuk       :  Cerita itu telah berkembang sangat lama, saya pun tidak tau berasal dari siapa? Tetapi sebagai pengingat agar kita terus menjaga Danau, terus menjaga Alam, dan memelihara lingkungan. Tidak ada salahnya cerita itu, walaupun dianggap hanya mitos

Zastia       :  artinya itu hanya cerita bohong saja Datuk dan jikapun benar, apakah benar kalau ditimbun, Konon, tangan itu akan menyatu dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali.

Datuk       :  Apa pesan tersirat di cerita itu? Tangannya terdapat senjata, senjata bisa menyebabkan pertumpahan Darah dan artinya dapat menimbulkan bencana.

Zastia       :  maksudnya dia akan membunuh kita semua?

Datuk       :  (tersenyum) Bukan dia, tapi jika Danau ini ditimbun? Area serapan menjadi hilang, bisa terjadi musibah banjir besar. Tidak hanya kerugian secara materi bisa juga menyebabkan korban jiwa. Kita tidak akan sanggup melawan kemarahan Alam, kemarahan itu kitalah penyebabnya. Apakah kalian semua sudah paham?

Zastia       :  baik Datuk

Datuk       :  dari siapa kamu mendapat cerita tadi?

Zastia       :  dari Yana

Datuk       :  Yana? Tidak mungkin. Yana sudah meninggal 20 tahun yang lalu, Dia warga biasa seperti kita, dia suka sekali datang ke Danau ini. Sampai suatu ketika tersiar kabar, Danau akan dilakukan penimbunan karena adanya Investor besar berkeinginan membangun Hotel, Resort, Vila mewah. Yana terus menangis, terus menentang sampai akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa mengapung di Danau ini. Setelah peristiwa itu, orang tuanya berpindah ke daerah lain dan Investor membatalkan niatnya

Zastia       :  saya dua kali berjumpa disini dan berbicara

Datuk       :  (diam) jika bayangan besar sebuah rekayasa kalian, lantas adakah peristiwa lainnya?

Zikri         :  ada datuk, saya dan Annisa pingsan disini hingga pagi

Iqbal        :  saya sempat merasakan kaki seperti terikat dan pingsan hingga pagi, lalu saya juga sering merasakan percikan air di kepala

Datuk       :  percikan air suatu pertanda dan petunjuk, kita harus membersihkan hati dan pikiran, ambil air dibelakang sana yang telah saya siapkan berasal dari Danau ini

 

SEMUA MEMPERSIAPKAN AIR YANG BERADA DI DALAM BASKOM BERUKURAN SEDANG BERISI BERBAGAI BUNGA DAN BERAROMA JERUK, SERTA HAL-HAL PENDUKUNG

 

Malik       :  apa pentingnya Datuk

Datuk       :  Tradisi ini telah ada turun temurun di Desa kita, bermakna penyucian diri secara lahir dan batin agar tidak ternoda berbagai bentuk perilaku tidak baik. Tradisi ini memiliki nilai etis dan pandangan hidup bijak. Mandi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang memiliki peran besar memandu kehidupan masyarakat agar hidup bersih dari sifat jahat, tetap hidup rukun dan damai.

 

                    Mandi ini bisa menjadi media sosialisasi bagi generasi muda agar tidak mudah tergoda oleh tata nilai baru yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa. Pewarisan nilai adat istiadat memerlukan ketekunan yang mendalam dan usaha keras berkelanjutan agar generasi muda dapat menangkap makna praktek-praktek kebudayaan, menangkap kearifan masa lalu dalam menghadapi berbagai perbedaan penafsiran terhadap budaya, sejalan dengan perkembangan kehidupan saat ini.

 

                    Terakhir, Tradisi tersebut juga penting membangun karakter masyarakat, khususnya generasi muda agar tidak mudah terpengaruh budaya global yang berpotensi merusak mentalitas dan karakter mereka. Pak Malik dan Pak Adi, kalian juga harus ikut

Malik       :  baik Datuk

Adi           :  baik

 

DATUK HASAN MEMERCIKKAN AIR KEPADA SELURUH YANG ADA DI SAAT ITU, HINGGA MEMEGANG BASKOM SATU PERSATU DAN SALING PERCIK ANTAR MEREKA

 

Malik       :  Datuk, saya dan Adi permisi

Adi           :  Iya Datuk kami akan kembali ke kota dan membicarakannya dengan semua yang berminat untuk investasi

Datuk       :  jangan lupa pesan saya

Malik       :  baik Datuk, terima kasih untuk wawasan yang telah diberikan kepada kami. Semuanya kami permisi (pergi meninggalkan Datuk Hasan)

Zastia       :  (sambil melihat Malik dan Adi Pergi) Datuk, saya masih bertanya-tanya tentang Yana

Datuk       :  Kenapa dengan dia?

Zastia       :  kata Datuk dia telah tiada, lantas siapa yang berbicara pada ku

Iqbal        :  Iya Datuk

Datuk       :  (berjalan, melihat ke arah Danau) Disitu terdapat begitu banyak beban, (menunjuk) disana terdapat masalah, itu sedang menyimpan rahasia besar, coba lihat kesana ada hutang melilit, ada pertengkaran disebelah sini

Zastia       :  (bingung) Datuk sedang membicarakan siapa,?

Datuk       :  Danau ini bukan hanya sekedar genangan, bukan sekedar hamparan air. Danau ini adalah hati kalian, ketika kalian penuhi dengan keserakahan, ketamakan, hawa nafsu maka hal-hal baik akan menjauh. Ketika kalian isi dengan kemarahan, maka berjuta ilmu tidak akan pernah kalian dapatkan. Ketika kalian sirami dengan kesombongan, maka pembawa kebenaran melupakan mu selamanya. Engkau bakal menjadi manusia hampa, kosong seperti kursi itu, meratapi perjalanan hidup, berharap waktu berulang tanpa kesendirian (meninggalkan Zastia dan kawan-kawan, lalu kembali menoleh kebelakang) kabar itu datang di penghujung petang

Mawan     :  (bengong melihat Datuk) aku mau pulang

Zikri         :  aku mohon maaf dengan kalian semua

Iqbal        :  terutama aku, maafkan aku

Zastia       :  terima kasih jika kalian memahami, walaupun aku telah membuat kebohongan adanya mahkluk gaib disini

Mawan     :  sampai bertemu kembali (kepergian Mawan diikuti dengan yang lainnya) dan kau Zastia?

Zastia       :  aku masih ingin disini

 

ZASTIA TETAP BERTAHAN SEMBARI DUDUK DI KURSI SENDIRIAN, BELUM SEMPAT HILANG TEMANNYA,  YANA DATANG DARI DANAU

 

Zastia       :  Hai Yana, kamu kemana saja?

Yana        :  saya dari rumah, terima kasih telah turut menjaga Danau Sipin

Zastia       :  Oh, bukan apa-apa, saya belum berbuat banyak

Yana        :  Kabar itu datang di penghujung Petang

Zastia       :  (terdiam bingung)

 

MAWAN DAN IQBAL MENDENGAR ZASTIA MENYEBUT NAMA YANA MENOLEHKAN KEPALANYA KEBELAKANG DIIKUTI YANG LAIN

 

Mawan     :  Kau berbicara dengan siapa?

Zastia       :  kalau boleh tau, siapa nama orang tua mu?

Yana        :  Datuk Hasan (sambil berdiri dan berjalan pergi)

Zastia       :  (kaget) anak Datuk Hasan? (menoleh ke arah Mawan dan teman-temannya)

Mawan     :  Kau berbicara dengan siapa?

Zastia       :  (terbata-bata) Yan, yana (tidak lagi terlihat Yana)

 

SEMUA KEBINGUNGAN MELIHAT SEKELILING DAN MERASAKAN TAKUT KARENA YANA YANG DISEBUTKAN ZASTIA TIDAK ADA

 

SUASANA BERUBAH, LANGIT SEMAKIN MENDUNG DENGAN TIUPAN ANGIN, GUNTUR DAN KILATAN PETIR BERTAUTAN

FADE OUT

                                                                                                                                                     T A M A T




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram