K U R S I K O S O N G
K
U R S I K O S O N G
Karya
Hendry Nursal
Pemeran:
Iqbal:
Mencari keuntungan pribadi
Zastia:
Peduli terhadap Alam di desanya
Mawan:
Komplotan Zastia
Ria:
Komplotan Zastia
Reni:
Komplotan Zastia
Maisa:
Komplotan Zastia
Yana:
Perempuan Misterius
Annisa:
Pacar Zikri
Zikri:
Pemuda dari Desa sebelah
Malik:
Pengusaha dari Kota
Adi:
Ajudan Malik
Aldy:
Pembantu Aqil
Aqil:
Bayangan misterius
Datuk
Hasan: Tokoh adat
FADE
IN
ADEGAN
1
KELUAR
DIANTARA PEPOHONAN SUARA-SUARA BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING
DORONG SATU SAMA LAINNYA.
MEREKA
MEMBICARAKAN SUATU BENDA YANG DIPEREBUTKAN BERIRINGAN DENGAN SUARA GEMURUH
BERTAUTAN JUGA KILAUAN PETIR DI LANGIT
Iqbal : Minggir aku lebih dulu menunggu, kalian semua
minggir!
Zastia : (menarik tangan Iqbal) eeh, malu lah sedikit,
coba mengalah dengan perempuan
Iqbal : Aku tidak peduli
Mawan : Aku yang lebih dulu
Iqbal : Awas, lepaskan
Zastia : Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu
aku. Ria jangan biarkan Mawan lolos
Ria : (menghadang Mawan)
SUARA
GEMURUH BERTAUTAN JUGA KILAUAN PETIR DI LANGIT PERLAHAN MEREDA, MEREKA MASIH
TERUS BERUPAYA MELEPASKAN DIRI, ANNISA DAN ZIKRI DATANG DARI GUA KECIL DENGAN
SANTAINYA MELEWATI KERIBUTAN
ANNISA
BERSANTAI BERSAMA ZIKRI DUDUK DISEBUAH KURSI MENGHADAP KE DANAU
TERLIHAT
DUA GUNDUKAN TANAH UKURAN SEDANG DISISI KIRI DAN KANAN KURSI. BAGIAN BELAKANG
KURSI TERDAPAT GUA KECIL PENGHUBUNG DESA BERBEDA DENGAN PEPOHONAN
Iqbal : Lepas
Zastia : (melepaskan dan terkejut)
Ria : Kita gagal, ada yang telah mendudukinya
Iqbal : semua gara-gara kamu (sambil mengusap kepala
seakan ada percikan air)
Zastia : Hei Annisa, Zikri apa kalian tidak lihat kami
lebih dulu sampai disini
Annisa : Apa peduli kami
Zastia : Kalian tunggu giliran berikutnya
Zikri : Terpenting adalah yang lebih dulu duduk di
kursi inikan? Lantas apa masalahnya?
Zastia : (semakin marah) Kalian warga kampung sebelah
Annisa : Danau ini milik kalian ya? Tidak bisa jawabkan?
MEREKA
TIDAK BISA MENJAWAB, SAMBIL MENGGERUTU PERGI PERLAHAN, SEMENTARA IQBAL DAN
MAWAN MASIH MENUNGGU
Reni : Kita pulang saja
Zastia : Aku masih ingin menunggu, hingga dia pergi
Maisa : Benar kata Reni, kita pulang saja Zastia lihat
langit sudah hampir petang, warna Jingga telah tampak menghiasi
Iqbal : Pulang saja kalian
Mawan : Iya, kalian perempuan, nanti keburu malam
Zastia : Memangnya kenapa kalau perempuan? Kalian pikir
kami lemah! Kalian merendahkan kami?
Mawan : Kalau otak dipenuhi pikiran negatif ya begini, Tidak baik anak
gadis ada dipinggiran Danau saat mau Maghrib, lebih bagus sudah berada di rumah
Zastia : Gaya bicara mu macam Ustad saja
Mawan : Bukan begitu, kamu kan sudah tau. Perempuan dilarang malam-malam
berada di sekitaran Danau, apalagi peristiwa yang lalu tentunya bisa menjadi
pelajaran
Zastia : (dengan sedikit kesal meninggalkan lokasi
diikuti Reni, Ria dan Maisa)
IQBAL
DAN WAWAN MASIH MENUNGGU MELIHAT KE ARAH ANNISA SEDANG DIGODAIN ZIKRI
Iqbal : Lihat mereka (merasakan ada percikan air,
sesekali melihat keatas), itu Annisa betul-betul di mabuk asmara berbaju merah
jambu
Mawan : Mereka tidak peduli tempat, sedihnya kita yang hanya ngontrak!
Dunia serasa milik berdua (tertawa) apa mereka tidak tau pantangan disini?
Annisa : mereka masih dibelakang, malu Zikri
Zikri : (membesarkan suaranya) jangan pedulikan dua
lelaki penuh likaliku yang tak laku-laku
Mawan : (saling pandang) ehh dia menyindir kita
Iqbal : Sudahlah, aku pulang saja
Mawan : Aku juga (berlalu pergi)
ZIKRI
DUDUKNYA SEMAKIN MENDEKAT KE ANNISA HINGGA KE UJUNG KURSI, SEDANGKAN ZIKRI
MERASA ADA YANG MENDORONG
Annisa : Kamu jangan bergeser terus, ini semakin sempit
Zikri : (kebingungan) aku tidak bergeser, ada yang
mendorongku
Annisa : Kamu sengaja ya mau dekat-dekat terus, mau nempel terus
(senyum-senyum) bikin aku salah tingkah saja
Zikri : Aku tidak bergeser (mengangkat tangan)
Annisa : (baru menyadari) lantas siapa yang mendorong mu (mulai merasakan
takut) tidak ada orang lain disebelah mu
Zikri : Aku tidak tau
GEMURUH
DAN KILATAN PETIR KEMBALI TERDENGAR, ADA BAYANGAN MENYERUPAI SESEORANG BERDIRI
BESAR DIBELAKANG MEREKA
Bayangan : (dengan suara bergema) Apa yang kalian pikirkan? Jangan kotori
Danau ini dengan dosa, jangan hancurkan tempat ini dengan keserakahan, jangan
penuhi hawa nafsu birahi kalian
Annisa : (menoleh kebelakang dengan rasa takut) kau, kau…..kau siapa?
Bayangan : Tak perlu kau tanyakan, kau tidak berhak bertanya, itu adalah
bagian ku
Zikri : maafkan kami, nenek datuk maafkan kami,
kami tidak berpikir kotor
Bayangan : hati dan pikiran mu bisa aku baca, kau ingin merayu gadis itu kan?
Zikri : Tidak, saya tidak akan melakukannya
Bayangan : (tertawa) pernah kah aku menggangu manusia? Pernah kah aku melarang
manusia ke Danau ini? Tapi kalian semakin dikuasai hawa nafsu, dipenuhi birahi
saat datang kesini
Zikri : kami tidak berpikir untuk melakukan perbuatan
dosa
Bayangan : (tertawa) ketika langit semakin gelap, suasana sunyi dan dingin.
Hanya kalian berdua, apa aku percaya? (tertawa lebih keras)
TAWA
BESAR BERGEMA DARI SESOSOK BAYANGAN, GEMURUH TERUS BERSAUTAN DI LANGIT. ANNISA
DAN ZIKRI MENJERIT SEPERTI KESAKITAN HINGGA KEDUANYA PINGSAN
ADEGAN
2
PAGI
MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH, ANNISA DAN ZIKRI MASIH BELUM SADARKAN DIRI
SUARA-SUARA
BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING DORONG SATU SAMA LAINNYA UNTUK LEBIH
DULU BISA MENEMPATI KURSI
Iqbal : Minggir aku lebih dulu menunggu disini, kalian
semua minggir!
Zaskia : (menarik tangan Iqbal) eeh, malu lah sedikit,
coba mengalah dengan perempuan
Iqbal : Aku tidak peduli
Mawan : Aku yang lebih dulu
Iqbal : Lepaskan, kau bisa merobek kertas milik ku
Zaskia : Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu
aku. Ria jangan biarkan Mawan lolos
Ria : (menghadang Mawan)
Maisa : (terkejut) itu apa, itu apa?
Zaskia : bantu aku, Maisa pegangin dia
Maisa : Diam! (membentak) itu apa?
Reni : mereka siapa? (mendekati)
Mawan : (membalikkan tubuh Annisa dan Zikri) Annisa dan Zikri
Zaskia : Mati?
Iqbal : sembarangan bicara kamu (memegang urat nadi)
mereka masih hidup
Ria : hei bangun, Annisa bangun
Iqbal : Zikri, zikri…
Mawan : sepertinya mereka pingsan, tapi kenapa tidak bisa dibangunkan
Iqbal : mereka masih dengan pakaian yang sama, artinya
semalaman masih disini? (bingung)
Reni : apa yang terjadi dengan mereka?
Mawan : atau mungkin mereka telah berbuat salah disini? Mesum (menutup
mulut) Ups…
Reni : Kita harus segera laporkan kepada kepala Desa
Zastia : iya, Iqbal pergilah ke rumah kepala Desa
Iqbal : kenapa harus aku? (sambil mengusap kepalanya,
dan sesekali mengibaskan tangan terasa ada percikan air)
Maisa : pergilah Iqbal, kamu juga Mawan
Iqbal : Aku tidak mau (bergegas menduduki kursi)
Zastia : (geram) Kamu ya!!!
Iqbal : apa, apa? Aku tidak mau beranjak
ANNISA
TERSADAR, BERTERIAK KETAKUTAN MELIHAT KE ARAH IQBAL YANG SEDANG DUDUK DI KURSI
Iqbal : (bingung)
Annisa : Kamu pergi, pergi jangan dekati aku. Aku tidak melakukan kesalahan,
aku hanya ingin bersantai
Iqbal : salah saya apa?
Ria : Iqbal?
Iqbal : Tidak, aku tidak berbuat apa-apa padanya
Ria : dia ketakutan pada mu
Zastia : mengaku saja kamu?
Reni : kasihan Annisa
Maisa : ternyata diam-diam kamu, bermain dibelakang
Zikri
Iqbal : jaga mulut kalian, aku terakhir dengan Mawan
meninggalkan mereka berdua dan aku langsung pulang
Annisa : (ketakutan) jangan dekati aku (langsung berlari pergi)
Mawan : (dikejutkan, Zikri sadar) Kamu sudah sadar
Zikri : (masih kelimpungan dan bingung)
Mawan : apa yang terjadi dengan kalian
Zikri : (tanpa menjawab dan tiba-tiba ketakutan
langsung pergi)
Zastia : ini anak kenapa ya?
Iqbal : Kerasukan setan
Mawan : jangan bicara sesuka muncung mu
Iqbal : udah-udah, kalian mengapa masih disini, mau
menonton aku yang sedang menunggu keindahan Danau ketika tersiram warna jingga
jelang petang?
Mawan : kamu curang
Iqbal : Apanya yang curang? Aku cerdas dalam membaca
peluang
Zastia : Kita pergi saja
Iqbal : iya, pulang saja sana (memperlihatkan gerakan
mengusir)
SETELAH
SEMUANYA HILANG DIPANDANGAN MATA, IQBAL MENGELUARKAN KERTAS SEMACAM DENAH
LOKASI. DIA SEPERTI MENGUKUR JARAK DAN MENENTUKAN TITIK-TITIK
Iqbal : disini, disini, ya disini juga (sambil
berpikir) oh tidak, disini yang lebih tinggi dan ada area untuk kursi kosong
lebih banyak (kembali berpikir sambil merasakan adanya percikan air) ditimbun
saja biar lebih luas. (menerima telpon) hallo, iya pak, baik, saya sedang
berada di lokasi pak. Benar pak, di Danau Sipin. Tenang saja pak, saya
sendirian. Teman-teman saya tidak ada di dekat saya. Baik pak, saya akan jaga
rahasia
KATA-KATA
ITU DISAMBUT DENGAN SUARA GEMURUH BESAR, KILATAN YANG BANYAK, DENTUMAN PETIR
MENGEJUTKAN IQBAL
Iqbal : (melihat ke langit) Akan turun hujan? (suara
petir lebih besar) aku pulang saja walaupun belum petang (saat berdiri terlihat
bayangan besar diatas gua) hei kamu siapa? Mawan? Zastia? Zikri?
Bayangan : (tertawa)
Iqbal : (mulai ketakutan) kamu siapa, jangan main-main
tidak lucu!
Bayangan : (hanya tertawa)
Iqbal : (diam, langsung pergi dengan ketakutan dan
menjatuhkan peta di kursi)
Bayangan : Manusia, tidak pernah ada puasnya. Manusia, semua mau di telan.
Manusia, terus saja tidak menyadari semua hanya sebatas kerongkongan. Manusia,
tidak jauh-jauh dari perut dan selangkangan. Manusia, (tertawa)
ADEGAN
3
LANGIT
BERANGSUR MALAM, DAN KEMBALI PAGI MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN
HEMBUSAN ANGIN LEMBUT
SUARA-SUARA
BERTERIAK, BERLARIAN, SALING TARIK, SALING DORONG SATU SAMA LAINNYA UNTUK LEBIH
DULU BISA MENEMPATI KURSI
Mawan : Minggir, kalian semua minggir!
Zastia : (menarik tangan Mawan) coba mengalah dengan
perempuan
Mawan : Aku tidak peduli
Zastia : Aku yang lebih dulu
Mawan : Awas, lepaskan
Zastia : Tidak! Reni, Maisa, jangan diam saja bantu aku
Ria : (melihat disekelilingnya) Iqbal kemana?
Zastia : Malah nanya Iqbal, apa peduli ku? Pasti udah
pulang tadi malam, kau pikir dia tidur di kursi itu
RENI,
RIA, MAISA MELIHAT SEKELILING, SEDANGKAN MAWAN DAN ZASTIA MASIH BELUM BERHENTI
BERUPAYA MENCAPAI KURSI
Ria : Iqbal tidak terlihat seperti biasanya
Reni : mungkin hari ini tidak, sebab kemarin udah
kesini
Maisa : sepertinya gitu
Ria : tapi?
Reni : (melihat kertas diatas kursi dan membukanya)
peta?
MAWAN
DAN ZASTIA TIDAK JUGA BERHENTI, RIA DAN MAISA MEMERIKSA SETIAP SUDUT
Reni : Kalian berhentilah, lihat ini apa?
Mawan : memangnya apa?
Ria : coba aku lihat
Maisa : peta, benar ini adalah peta (melihat-lihat
area dan membandingkan dengan peta) iya peta lokasi Danau ini
Zastia : aku baru ingat, kertas yang dibawa Iqbal
kemarin sama dengan ini, lantas mengapa tergeletak di kursi
Mawan : tentunya menjadi tanda tanya besar. Kita ke rumah Iqbal mumpung
hari masih siang, apa maksud dari peta yang dia bawa
Zastia : pergilah aku mau duduk
Mawan : Reni, Ria dan Maisa kalian mau ikut dengan ku? (tiga perempuan
kompak menganggukkan kepala) Zastia kamu yakin akan tetap disini sendirian
Zastia : sudah susah-susah bisa duduk disini
Mawan : terserah kamu (berlalu pergi)
TIDAK
LAMA BERSELANG DATANG SEORANG PEREMPUAN BERHIJAB DAN MENGGUNAKAN CADAR
Zastia : Bodoh, Iqbal bodoh. Bisa-bisanya peta
tertinggal. Katanya cuma dia dan aku yang tau rencana besar itu, sekarang bisa
menyebar, bisa terbongkar, bisa gagal semuanya.
Yana : Boleh saya duduk disini
Zastia : (terkejut) kamu siapa?
Yana : saya Yana kebetulan berkunjung dan tinggal
beberapa hari di rumah paman, saya baru datang dari Ibukota
Zastia : Oh silahkan
Yana : Terima kasih
Zastia : kalau berasal dari Ibukota, darimana kamu tau
tempat ini?
Yana : Saya lahir di Desa ini, orang tua berasal dari
sini. Memasuki umur remaja, bapak seorang pegawai pemerintahan di mutasi ke
Ibukota. Sudah lebih 20 tahun belum menengok paman yang masih ada disini,
karena begitu rindu suasana tanah kelahiran terutama Danau ini, saya mengambil
cuti kerja untuk berkunjung.
MENYAKSIKAN
DARI KEJAUHAN, MAWAN, RIA, RENI DAN MAISA MELIHAT ZASTIA BERBICARA SENDIRI
KEMUDIAN BERLALU PERGI
Zastia : Berarti aku belum lahir ketika kamu masih
disini (tersenyum) Apakah ada yang berubah?
Yana : Tidak ada yang berubah, masih sejuk dan
nyaman. Menenangkan berada disini, melihat aktivitas warga Desa sebelah
bersampan, memancing hingga menjala ikan berbalut suasana petang menjelang
terbenamnya matahari bertabur warna jingga yang menawan. Hampir setiap sore aku
duduk di kursi ini, mengisi kekosongannya
Zastia : aku penasaran ingin bertanya, 5 tahun
belakangan ada cerita yang berkembang di desa kita. Bahwa tidak boleh sendirian
berada disini jika udah malam terutama perempuan, termasuk yang berpasangan.
Terus kursi dari dulu memang satu ya,? aku juga mendengar tidak boleh duduk di
gundukan tanah itu (menunjuk gundukan tanah)
Yana : Terus kalau melanggar, apa akibatnya
Zastia : Kalau sendirian, bisa hilang dan tidak bakal
ditemukan lagi. Kalau berpasangan mereka akan kerasukan, sementara kalau
gundukan tanah itu, jika didudukin bisa marah penghuninya, katanya rumah Jin.
Yana : memangnya sudah terjadi?
Zastia : baru dua hari yang lalu, teman ku dari desa
sebelah. Dia berduaan disini, tapi keesokan harinya kami datang, mereka masih
disini dalam keadaan pingsan. Saat sadar mereka ketakutan seperti melihat
mahkluk gaib, lalu teman ku Iqbal sendirian disini sampai sekarang belum
diketahui keberadaannya. Apa mungkin ada mahkluk gaib yang mengganggu?
Yana : Saya tidak pernah melihat yang aneh-aneh, saya
bahkan pernah sendirian sampai melewati Maghrib, tidak terjadi apa-apa
Zastia : terus teman-teman ku seperti ketakutan melihat
sesuatu yang seram, kenapa ya?
Yana : (tersenyum) Iqbal apakah sudah dipastikan ke
rumahnya? Mungkin saja dia tidur, dan belum keluar rumah
Zastia : Sudah diperiksa ke rumahnya namun tidak ada,
tapi dia meninggalkan sesuatu, yang biasa dia bawa
Yana : apa itu?
Zastia : pet…..ups
Yana : (tersenyum) kalau ada yang berniat buruk dan
hanya berpikir keuntungan pribadi dari Danau ini, risiko buruk menanti. Kalau
teman mu yang berduaan, bukan suami istri lantas mau mesum ya salah, mau
dimanapun tempat tetap dosa jika belum menjadi suami istri. Belum diperbuat,
baru sebatas niat saja sudah dosa
Zastia : (memikirkan sesuatu)
Yana : Kenapa melamun?
Zastia : tidak apa-apa
Yana : Dari kecil, Danau ini kami kenal dengan
sebutan Danau Sipin. Saya tidak tau asalnya dan siapa yang pertama memberikan
nama (melihat sekeliling) sudah mulai akan maghrib, saya duluan ya…sampai jumpa
lagi besok
Zastia : baik, sampai jumpa lagi (melihat Yana pergi)
jika yang dia katakan benar, artinya Iqbal? Apa salahnya aku menjadikan Danau
Sipin lebih bagus, daripada dibiarkan saja dan wajar mendapat keuntungan atas
rencana ku
IQBAL
DATANG MENGHAMPIRI ZASTIA
Iqbal : Zastia
Zastia : Hei kamu kemana? Kamu bodoh ya, sampai
meninggalkan peta disini
Iqbal : Biar aku jelaskan
Zastia : kamu benar-benar teledor, sekarang peta itu
ada di tangan mawan, yang lainnya juga melihat peta dan sekarang mereka
mendatangi rumah mu. Kita harus bagaimana? Jika semua warga desa tau, tamatlah
riwayat kita!!
Iqbal : aku tidak sengaja menjatuhkannya, gara-gara
melihat sesuatu yang aneh
Zastia : aneh apanya? Dimana?
Iqbal : Disini, kemarin
malam ada sesuatu yang gaib dan menyeramkan (sambil melihat sekelilingnya)
Zastia : mana, tidak ada? Aku dari tadi disini, tidak
melihat hal yang aneh. Otak kamu yang sudah mulai error
Iqbal : (terus ketakutan)
Zastia : (meninggalkan Iqbal)
Iqbal : (kembali melihat bayangan hitam) itu, itu
Zastia, bayangan itu (mencari Zastia yang telah pergi)
Bayangan : (tertawa)
Iqbal : jangan ganggu aku, aku salah apa dengan kamu?
Bayangan : Manusia, tidak pernah ada puasnya. Manusia, semua mau di telan.
Manusia, terus saja tidak menyadari semua hanya sebatas kerongkongan. Manusia,
tidak jauh-jauh dari perut dan selangkangan. Manusia, (tertawa)
IQBAL BERUPAYA MELANGKAH PERGI, NAMUN KAKINYA
SEPERTI TERPAKU. LALU SEAKAN DIDORONG KE KURSI UNTUK DUDUK. IGBAL BERUSAHA
MERONTA-RONTA MELEPASKAN HINGGA AKHIRNYA PINGSAN
ADEGAN
4
IQBAL
TETAP BERADA DISANA HINGGA PAGI, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN HEMBUSAN ANGIN
LEMBUT
SAMBIL
BERJALAN MAWAN, RENI, RIA DAN MAISA SEPAKAT TIDAK SALING MENGHALANGI
Mawan : Kita tidak harus saling menghalangi
Maisa : aku sepakat
Ria : iya, setiap hari begitu terus
Reni : Kita hompimpa saja, bagaimana? yang
kalah, sampai jumpa besok
Mawan : boleh, tumben Zastia tidak ada hari ini
Maisa : aku juga tidak tau
Mawan : sudah biarlah, hayo Hompimpa alaium gambreng
HOMPIMPA
DIMENANGI MAISA, NAMUN DIA TIDAK INGIN SENDIRIAN
Maisa : Horeeeee….Aku menang, jadi aku yang berhak.
Tapi aku tidak mau sendirian, Reni dan Ria ikut aku ya
Mawan : Jadi aku lawan kalian bertiga tadi
Ria : (tertawa)
Reni : Sampai jumpa besok
Mawan : (dengan sedikit kesal akan pergi) Itu siapa yang duduk?
Maisa : Lah, ada yang sudah duluan rupanya
Mawan : Siapa dia?
Ria : Seperti Iqbal, kamu lihat kesana Mawan, kami
tunggu disini
Mawan : (mendekati kursi) benar, ini Iqbal
Ria : Iqbal, hei…..kami kemarin ke rumah mu tidak
ada
Iqbal : (tersadarkan) Dimana aku?
Ria : Mendadak Amnesia, bos?
Iqbal : (linglung melihat sekelilingnya)
Mawan : (kepada Ria) Jangan bercanda
Ria : entahlah
Mawan : kamu kenapa
Iqbal : (tanpa menjawab langsung pergi)
Mawan : (bengong melihat Iqbal pergi) banyak yang aneh akhir-akhir ini,
Annisa dan Zikri pingsan disini sampai pagi, Zastia bicara sendiri dan hari ini
tidak kelihatan, lalu Iqbal seperti orang lupa ingatan
SEORANG
LELAKI KAYA DATANG BERSAMA SATU AJUDAN
SAMBIL MENUNJUK-NUNJUK AREA SEKITAR DANAU
Malik : Disini ya lokasinya
Adi : iya pak, ini Danaunya sebagaimana informasi
dan foto-foto yang kita terima bulan lalu
Malik : siapa kemarin namanya?
Adi : namanya Iqbal, pak
Mawan : (kepada Maisa) siapa lagi?
Adi : (menghampiri Mawan) permisi pak, apakah
mengenal Iqbal? Atau bisakah kami mengetahui dimana rumahnya?
Mawan : Dia baru saja dari sini pak
Adi : Apakah jauh dari sini ke rumahnya?
Mawan : Begini saja, biar saya jemput pak. Bapak tunggu saja disini
Adi : Baik, sampaikan saja pesan, Pak Malik dan Pak
Adi ingin berjumpa dengannya
Mawan : Baik (kepada Reni, Ria dan Maisa) kalian tunggu disini sebentar ya
RIA,
RENI DAN MAISA BERBICARA KECIL SERTA MENDENGAR PEMBICARAAN MALIK DAN ADI YANG
MEMBAHAS RENCANA PENGEMBANGAN DENGAN BERBAGAI BANGUNAN
Malik : (melihat ke arah Danau) Danau yang menawan
Adi : iya pak, kita bisa bangun taman mewah
disebelah sana, hotel besar disini dengan sedikit ketengah pak. Kita lakukan
penimbunan sedikit agar tamu kita merasa seperti diatas air, lalu vila-vila
sekeliling Danau.
Malik : Kamu benar dan cerdas
Adi : selain itu, semua kita rubah. Kolam renang
besar disana, permainan air yang lengkap. Tentunya membuat tamu kita
berlama-lama, dan keuntungan semakin besar pak
Malik : bagaimana dengan warga sekitar?
Adi : tetap harus menginap di hotel dan villa kita,
baru bisa menikmati eksotisnya Danau, Maka kita harus berikan tembok besar yang
mengelilingi Danau
Malik : itu bisa menimbulkan protes, dan terganggunya
jalan usaha kita
Adi : Tenang pak, pemuda-pemuda berpengaruh kita
jadikan tenaga keamanan, yang lainnya kita jadikan karyawan. Untuk perangkat
Desa kita berikan sedikit penghasilan tambahan. Kemudian, Desa ini kita berikan
secara rutin bantuan ke sekolah juga beasiswa, tak ketinggalan tempat ibadah.
(sambil tertawa) Saya jamin protes tidak ada
Malik : Yakin kamu?
Adi : Mereka semua akan patuh pada kita, kalau uang
berbicara tidak ada yang tidak mungkin.
Malik : apakah kamu sudah mengantisipasi kemungkinan
dampak lingkungan
Adi : tentunya sudah, tidak ada dampak pak
Malik : (mengangguk senang)
Adi : Semua bisa kita atur, dengan ini (gerakan
isyarat uang)
TIBA-TIBA
ZASTIA DATANG, LANGSUNG MENUJU KURSI DAN DUDUK
Maisa : (melihat Zastia dan menghampiri) Eh, kamu baru
datang langsung duduk saja! Kami yang duluan
Zastia : kalian tidak duduk, sekarang saya yang duduk,
itu artinya saya yang berhak.
Reni : Kita bisa sama-sama
Zastia : tidak perlu, saya sedang menunggu seorang
teman
MAWAN
DATANG MENGHAMPIRI MALIK DAN ADI TANPA IQBAL
Mawan : maaf pak Malik dan pak Adi, saya sudah cari Iqbal namun entah
kemana, di rumahnya juga tidak ada
Malik : Padahal dia sudah janji kepada saya, di telpon
bernada tidak aktif
Mawan : atau begini saja, nanti kalau berjumpa, saya sampaikan pesan dari
pak Malik dan pak Adi
Malik : baiklah, sampaikan saja untuk segera menelpon
saya
Mawan : baik pak
Zastia : (melihat ke arah Malik dan Adi) siapa dia?
Reni : kami juga tidak kenal, katanya mencari Iqbal
Mawan : (kepada Zastia) darimana saja kamu?
Zastia : di rumah, baru keluar karena ada janji sama
teman dan beruntung sekali duluan duduk di kursi ini
Mawan : (penuh tanya, saling pandang dengan Reni, Ria dan Maisa)
Maisa : aku yang seharusnya duduk
Zastia : sekarang lihat sendiri
Mawan : aku pulang ya, lanjut ke Desa sebelah mau menanyakan kondisi Annisa
dan Zikri
Maisa : aku juga ikut
Reni : aku ikut
Ria : jangan tinggalin aku
MEREKA
PERGI MENINGGALKAN ZASTIA, LALU DATANGLAH YANA
Yana : hai Zastia
Zastia : hai, bagaimana kabar mu?
Yana : baik, kamu udah disini duluan
Zastia : iya, supaya jangan ada yang duluan. Maka aku
cepat-cepat kesini, biar dapat mengobrol lagi dengan kamu
Yana : (tersenyum)
Zastia : aku masih penasaran, dengan peristiwa aneh
akhir-akhir ini
Yana : aku juga tidak paham, apa yang terjadi
sebenarnya,? kesalahan apa yang diperbuat warga Desa, atau mungkin ada
seseorang yang sedang berpikir untuk keuntungan pribadi serta menguasai, lantas
merubah Danau Sipin, membuat banyak bangunan besar, dan mengganggu fungsinya
sebagai area serapan
Zastia : apakah kesalahan? Mungkin dengan dikembangkan
maka semakin banyak orang datang, pada akhirnya memberikan kesejahteraan bagi
warga desa kita
DIAM-DIAM
MAWAN, RIA, RENI, MAISA KEMBALI MENUJU DANAU DAN MENGINTIP ZASTIA BERBICARA
SENDIRI. MEREKA AKAN MENGEJUTKAN ZASTIA UNTUK MENANYAKAN DIA BERBICARA DENGAN
SIAPA
Yana : Dulu, di masa saya Remaja, saya mendengar satu
cerita. Cerita yang entah asalnya darimana, entah siapa yang memulai, entah ada
buktinya atau tidak, bahwa di Danau Sipin terkubur tangan sebelah kanan
seseorang yang sedang memegang senjata.
Zastia : Seseorang?
Yana : Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal
juga sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai
keislaman dalam memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam,
nah Tangannya sebelah kanan terkubur di dasar Danau Sipin bersama Keris
Siginjai.
Zastia : lalu kalau Danau Sipin kita lakukan
penimbunan?
Yana : Konon, tangan itu akan menyatu dengan
tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali
Zastia : kalau dia Bangkit?
Yana : (tersenyum)
Zastia : mengapa aku dan teman-teman tidak pernah
mendengar cerita ini
Yana : mungkin dianggap sudah tidak menarik, atau
lebih kagum dengan masa kini dengan cerita-cerita fiksi moderen, atau mungkin
yang pernah mendengarnya tidak lagi menceritakan hal yang sama dengan
keturunannya
Mawan : (tiba-tiba) Zastia!!
Zastia : (menoleh) ke arah Mawan
Yana : (langsung pergi)
Mawan : (mendekat) kamu berbicara dengan siapa?
Zastia : dengan Yana (melihat ke arah Yana dan bingung
karena tidak ada lagi disebelahnya) kemana dia?
Mawan : tidak ada siapa-siapa disebelah mu
Maisa : iya kamu bicara sendiri
Zastia : Ada Yana
Reni : Kami sudah mengintip mu dari tadi
Ria : Kami mendengarkan langsung dan tidak ada
siapapun disebelah mu
Zastia : (bingung) jadi tadi siapa?
Mawan : Kita pulang aja kalau gitu, lama-lama semakin
horor rasanya. Oh ya lupa aku tetap menuju Desa sebelah, mau melihat kondisi
Zikri dan Annisa. Kalian pulang langsung ke rumah, ini sebentar lagi mau gelap.
Zastia : aku disini saja dulu
Maisa : Zastia, pulanglah
Zastia : kalian duluan, aku menyusul
Maisa : baiklah, ayo Reni dan Ria
TAK LAMA
BERSELANG, IQBAL DATANG
Iqbal : Kamu disini, tidak takut kamu karena sudah
mulai gelap
Zastia : kamu kemana saja, tadi ada yang mencari
Iqbal : (dengan sedikit ketakutan) aku tidak mau lagi
menemui mereka, aku takut karena gara-gara rencana mereka aku diganggu penunggu
tempat ini
Zastia : sudah tenang, jangan ketakutan gitu
Iqbal : kamu tidak melihat, wajar kamu bisa berkata tenang
Zastia : aku mau cerita, dua hari ini aku berjumpa
dengan seorang teman. Katanya dia lahir di Desa ini, namun merantau ke Ibukota.
Lantas dia datang karena mengunjungi pamannya dan rindu dengan suasana Danau
Iqbal : siapa namanya?
Zastia : Yana, dia menyebut dirinya bernama Yana
Iqbal : (terkejut luar biasa) Yana? Tidak mungkin
Zastia : kenapa?
Iqbal : Yana sudah meninggal 20 tahun yang lalu, wajar
kamu tidak mengenalnya karena kau masih bayi. Aku tau nama itu karena ibu ku
pernah bercerita tentang Yana
Zastia : (terkejut) siapa Yana itu?
Iqbal : Dia warga biasa seperti kita, dia suka sekali
datang ke Danau ini. Sampai suatu ketika tersiar kabar, Danau akan ditimbun
karena adanya Investor besar berkeinginan membangun Hotel, Resort, Vila mewah.
Yana terus menangis, terus menentang sampai akhirnya ditemukan dalam keadaan
tidak bernyawa mengapung di Danau. Setelah peristiwa itu, orang tuanya
berpindah ke daerah lain dan Investor membatalkan niatnya
Zastia : jadi yang bicara pada ku?
Iqbal : Mungkin dia tau adanya rencana Pak Malik dan
Pak Adi, lantas Rohnya datang kesini
Zastia : Ahh dasar kamu saja yang penakut! kamu yang
menawarkan pada mereka. Nanti aku mau coba berbicara dengan tetua adat terkait
peristiwa aneh yang kita alami, aku perlu menjumpai Datuk Hasan
Iqbal : (ketakutan)
Zastia : ada apa kamu?
Iqbal : (melihat lagi bayangan hitam dan besar) itu
datang lagi, yang kemarin aku lihat
Zastia : mana, aku tidak melihat apapun
Iqbal : itu Zastia (terus melihat bayangan)
Zastia : aneh, aku tidak melihat apa-apa (berlalu pergi
meninggalkan Iqbal, sembari memberikan jempol ke arah bayangan hitam)
Iqbal : kau lihat itu Zastia (melihat Zastia sudah
tidak ada lagi)
Bayangan : (tertawa)
Iqbal : jangan ganggu aku lagi, jangan ganggu aku
(berusaha mau berdiri tidak bisa dan kembali pingsan)
Bayangan : (tertawa)
ADEGAN
5
PAGI
MENJELANG, LANGIT TERLIHAT CERAH DENGAN HEMBUSAN ANGIN LEMBUT. TIDAK SEPERTI
BIASANYA PAGI INI TIDAK ADA PEREBUTAN UNTUK MENDUDUKI KURSI KOSONG
Adi : Mengapa Iqbal tidak juga menelpon kita, pak
Malik : Saya juga bingung
Adi : itu seperti Iqbal, pak
Malik : coba kamu lihat
Adi : (mendekati Iqbal) Iya pak, benar ini Iqbal
Malik : (mendekati Iqbal) dia tidur
Adi : Iqbal, hei….
Iqbal : (terbangun) Pak Malik, Pak Adi
Malik : kemana saja kamu, bagaimana dengan rencana
kita?
Iqbal : kita batalkan saja pak, saya mohon batalkan
saja
Malik : kenapa? Jangan main-main kamu, saya sudah
berkomunikasi dengan beberapa Investor
Iqbal : batalkan saja pak, saya tidak sanggup harus
dihantui penghuni Danau ini pak
Adi : penghuni? Hantu? maksud kamu itu apa
Iqbal : Iya pak
Adi : ini sudah zaman modern bung!
Iqbal : (kembali ketakutan) itu pak
Adi : mana? (terlihat bayangan besar) Pak Malik, apa
itu?
Malik : (tertawa)
Adi : Kenapa bapak tertawa?
Malik : (mengamati) keluar kalian, atau saya lempar
batu kalian! Keluar kata ku
Aqil : iya ya…jangan lempar kami, iya kami turun
(mendekati Malik bersama Aldy)
Iqbal : Aqil, Aldy, jadi selama ini kalian yang
menakuti aku?
Aqil : (tersenyum) aku hanya menuruti keinginan
Zastia
Iqbal : Apa?
Aldy : iya maaf, kami hanya mengikuti keinginan
Zastia, untuk menakut-nakuti siapapun yang berniat untuk menimbun Danau
Malik : apa maksud kalian?
Aldy : Bahwa di Danau Sipin terkubur tangan sebelah
kanan seseorang.
Malik : Seseorang?
Aqil : Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal
juga sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai
keislaman dalam memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam,
nah Tangannya sebelah kanan terkubur di dasar Danau bersama Keris Siginjai.
Kalau ditimbun Danau ini, maka…
Malik : kalau ditimbun, kenapa?
Aqil : Konon, tangan itu akan menyatu dengan
tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali
Iqbal : tidak masuk akal, tokoh legenda ribuan tahun
yang lalu
Aldy : kalau benaran terjadi bagaimana?
Adi : Mitos!!
DATUK HASAN DATANG BERSAMA ROMBONGAN TEMAN-TEMAN IQBAL, BESERTA ANNISA
DAN ZIKRI
Datuk : iya kamu benar, itu hanya mitos (sambil
melihat ke arah Danau)
Iqbal : Datuk Hasan
Datuk : kalian boleh mengatakan mitos, kalian boleh
menyebutnya hanya legenda, kalian boleh menyatakan hanyalah cerita lama dan
kosong belaka. Tapi ingat, jangan remehkan pesan tersirat yang ada didalamnya
yang jelas-jelas untuk kebaikan kita bersama
Malik : Maaf Datuk, saya tidak bermaksud meremehkan
itu semua
Datuk : kamu tidak salah, karena kamu tidak tau. Saya
sudah mendengar semuanya dari Zastia apa yang terjadi akhir-akhir ini. Semua
berasal dari kita, kita yang menjadi penyebab, sehingga Alam seakan tidak sudi
menerima
Iqbal : Tapi Datuk, peristiwa aneh belakangan ini
karena perbuatan Zastia. Dia yang merencanakan agar kami ditakut-takuti, Aqil
dan Aldy telah mengakuinya.
Zikri : semua hanya rekayasa, kalian jahat
Annisa : teganya kalian, kami tidak melakukan perbuatan
apapun, kami tidak mesum disini
Zastia : betul, aku yang meminta mereka dan benar itu
semua aku otaknya, namun kami punya semangat yang sama untuk menjaga Danau. Aku
bersama Reni, Ria, Mawan, Maisa, Aldi dan Aqil menyusun rencana ini.
Datuk : (tersenyum) Zastia melakukan itu karena kamu,
kamu berbicara pada Zastia, akan menawarkan Danau kepada orang lain agar
membawa investor, betul kan? (kepada Zikri dan Annisa) nah, kalian berdua apa
tidak menyadari kesalahan? Berduaan saja bukan suami istri, tanpa ada orang
lain.
Zikri : (terdiam)
Annisa : (menunduk malu)
Iqbal : Iya betul, pak Malik dan Pak Adi tertarik
untuk mengembangkan Danau menjadi lebih bagus. Nanti akan berimbas pada
kesejahteraan kita, pada kemakmuran kita
Datuk : Sudah kah engkau bermusyawarah pada seluruh
warga Desa?
Iqbal : Rasanya tidak masalah dan saya yakin, warga
akan setuju karena untuk kesejahteraan bersama
Datuk : engkau hanya berpikir keuntungan mu dengan
beralibi untuk kepentingan bersama. Apakah kau tau, Danau ini secara
menyeluruh? Keuntungan dengan adanya Danau ini bagi kita? Tradisi yang kita
jaga dari keberadaan Danau ini
Iqbal : Jika ada investor dan dikembangkan, Danau ini
akan memberikan keuntungan jauh lebih besar
Datuk : (menarik nafas panjang) Diberi nama Danau
Sipin, menyerupai tapal kuda. Perairan danau akan menyatu dengan perairan
sungai Batanghari ketika terjadi pasang atau peningkatan air. Pertanyaannya?
Jika Danau ini kita persempit atau tertutup aksesnya tanpa memperhatikan efek
jangka panjang, apalagi kalau benar-benar dilakukan penimbunan? Kamu bisa
bayangkan ketika Sungai Batanghari sedang pasang besar. Lalu ini berada di area
rendah, tentunya air hujan akan menuju kesini sebagai kawasan serapan. Bisakah
kamu bayangkan musibah yang akan terjadi?
Adi : Datuk, apakah tidak bisa kita mengembangkan
kawasan ini?
Datuk : Bisa saja, tapi jangan kalian kuasa hanya
untuk keuntungan pribadi, jangan jadikan warga Desa tamu, kami menjaganya sejak
lama. serta menurut hemat saya, yang terpenting jangan mengganggu bentuknya dan
merubah Danau, biarkan saja tetap alamiah
Adi : Pak Malik, kita harus merubah konsep dan
bentuk pengembangan, kita harus perhitungkan lebih mendalam dengan
memperhatikan semua sisi
Malik : Saya setuju, kami akan banyak berdiskusi
dengan Datuk dan saran dari Datuk serta warga Desa terkait Danau ini, agar
tetap menjadi milik warga, kita sama-sama terus menjaganya
Datuk : (tersenyum dan menganggukkan kepala)
Zastia : Lalu saya ingin bertanya pada Datuk, apa benar
tentang cerita yang saya dengar bahwa di Danau terkubur tangan sebelah kanan
seseorang? Dia dikenal sakti dan pemberani. Selain itu dikenal juga sebagai
tokoh yang menyebarkan agama Islam dan meletakkan nilai-nilai keislaman dalam
memerintah kerajaan. Dia tersohor dengan nama Orang Kayo Hitam, nah Tangannya
sebelah kanan terkubur di dasar Danau bersama Keris Siginjai. Kalau ditimbun
Danau ini? Konon, tangan itu akan menyatu dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit
kembali.
Datuk : Cerita itu telah berkembang sangat lama, saya
pun tidak tau berasal dari siapa? Tetapi sebagai pengingat agar kita terus
menjaga Danau, terus menjaga Alam, dan memelihara lingkungan. Tidak ada
salahnya cerita itu, walaupun dianggap hanya mitos
Zastia : artinya itu hanya cerita bohong saja Datuk dan
jikapun benar, apakah benar kalau ditimbun, Konon, tangan itu akan menyatu
dengan tubuhnya, dan dia akan bangkit kembali.
Datuk : Apa pesan tersirat di cerita itu? Tangannya
terdapat senjata, senjata bisa menyebabkan pertumpahan Darah dan artinya dapat
menimbulkan bencana.
Zastia : maksudnya dia akan membunuh kita semua?
Datuk : (tersenyum) Bukan dia, tapi jika Danau ini
ditimbun? Area serapan menjadi hilang, bisa terjadi musibah banjir besar. Tidak
hanya kerugian secara materi bisa juga menyebabkan korban jiwa. Kita tidak akan
sanggup melawan kemarahan Alam, kemarahan itu kitalah penyebabnya. Apakah
kalian semua sudah paham?
Zastia : baik Datuk
Datuk : dari siapa kamu mendapat cerita tadi?
Zastia : dari Yana
Datuk : Yana? Tidak mungkin. Yana sudah meninggal 20
tahun yang lalu, Dia warga biasa seperti kita, dia suka sekali datang ke Danau
ini. Sampai suatu ketika tersiar kabar, Danau akan dilakukan penimbunan karena
adanya Investor besar berkeinginan membangun Hotel, Resort, Vila mewah. Yana
terus menangis, terus menentang sampai akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak
bernyawa mengapung di Danau ini. Setelah peristiwa itu, orang tuanya berpindah
ke daerah lain dan Investor membatalkan niatnya
Zastia : saya dua kali berjumpa disini dan berbicara
Datuk : (diam) jika bayangan besar sebuah rekayasa
kalian, lantas adakah peristiwa lainnya?
Zikri : ada datuk, saya dan Annisa pingsan disini
hingga pagi
Iqbal : saya sempat merasakan kaki seperti terikat dan
pingsan hingga pagi, lalu saya juga sering merasakan percikan air di kepala
Datuk : percikan air suatu pertanda dan petunjuk, kita
harus membersihkan hati dan pikiran, ambil air dibelakang sana yang telah saya
siapkan berasal dari Danau ini
SEMUA MEMPERSIAPKAN AIR YANG BERADA DI DALAM BASKOM BERUKURAN SEDANG
BERISI BERBAGAI BUNGA DAN BERAROMA JERUK, SERTA HAL-HAL PENDUKUNG
Malik : apa pentingnya Datuk
Datuk : Tradisi ini telah ada turun temurun di Desa
kita, bermakna penyucian diri secara lahir dan batin agar tidak ternoda
berbagai bentuk perilaku tidak baik. Tradisi ini memiliki nilai etis dan
pandangan hidup bijak. Mandi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang
memiliki peran besar memandu kehidupan masyarakat agar hidup bersih dari sifat
jahat, tetap hidup rukun dan damai.
Mandi
ini bisa menjadi media sosialisasi bagi generasi muda agar tidak mudah tergoda
oleh tata nilai baru yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa.
Pewarisan nilai adat istiadat memerlukan ketekunan yang mendalam dan usaha
keras berkelanjutan agar generasi muda dapat menangkap makna praktek-praktek
kebudayaan, menangkap kearifan masa lalu dalam menghadapi berbagai perbedaan
penafsiran terhadap budaya, sejalan dengan perkembangan kehidupan saat ini.
Terakhir,
Tradisi tersebut juga penting membangun karakter masyarakat, khususnya generasi
muda agar tidak mudah terpengaruh budaya global yang berpotensi merusak
mentalitas dan karakter mereka. Pak Malik dan Pak Adi, kalian juga harus ikut
Malik : baik Datuk
Adi : baik
DATUK HASAN MEMERCIKKAN AIR KEPADA SELURUH YANG ADA DI SAAT ITU, HINGGA
MEMEGANG BASKOM SATU PERSATU DAN SALING PERCIK ANTAR MEREKA
Malik : Datuk, saya dan Adi permisi
Adi : Iya Datuk kami akan kembali ke kota dan
membicarakannya dengan semua yang berminat untuk investasi
Datuk : jangan lupa pesan saya
Malik : baik Datuk, terima kasih untuk wawasan yang
telah diberikan kepada kami. Semuanya kami permisi (pergi meninggalkan Datuk
Hasan)
Zastia : (sambil melihat Malik dan Adi Pergi) Datuk,
saya masih bertanya-tanya tentang Yana
Datuk : Kenapa dengan dia?
Zastia : kata Datuk dia telah tiada, lantas siapa yang
berbicara pada ku
Iqbal : Iya Datuk
Datuk : (berjalan, melihat ke arah Danau) Disitu
terdapat begitu banyak beban, (menunjuk) disana terdapat masalah, itu sedang
menyimpan rahasia besar, coba lihat kesana ada hutang melilit, ada pertengkaran
disebelah sini
Zastia : (bingung) Datuk sedang membicarakan siapa,?
Datuk : Danau ini bukan hanya sekedar genangan, bukan
sekedar hamparan air. Danau ini adalah hati kalian, ketika kalian penuhi dengan
keserakahan, ketamakan, hawa nafsu maka hal-hal baik akan menjauh. Ketika
kalian isi dengan kemarahan, maka berjuta ilmu tidak akan pernah kalian
dapatkan. Ketika kalian sirami dengan kesombongan, maka pembawa kebenaran
melupakan mu selamanya. Engkau bakal menjadi manusia hampa, kosong seperti
kursi itu, meratapi perjalanan hidup, berharap waktu berulang tanpa kesendirian
(meninggalkan Zastia dan kawan-kawan, lalu kembali menoleh kebelakang) kabar
itu datang di penghujung petang
Mawan : (bengong melihat Datuk) aku mau pulang
Zikri : aku mohon maaf dengan kalian semua
Iqbal : terutama aku, maafkan aku
Zastia : terima kasih jika kalian memahami, walaupun
aku telah membuat kebohongan adanya mahkluk gaib disini
Mawan : sampai bertemu kembali (kepergian Mawan
diikuti dengan yang lainnya) dan kau Zastia?
Zastia : aku masih ingin disini
ZASTIA TETAP BERTAHAN SEMBARI DUDUK DI KURSI SENDIRIAN, BELUM SEMPAT
HILANG TEMANNYA, YANA DATANG DARI DANAU
Zastia : Hai Yana, kamu kemana saja?
Yana : saya dari rumah, terima kasih telah turut
menjaga Danau Sipin
Zastia : Oh, bukan apa-apa, saya belum berbuat banyak
Yana : Kabar itu datang di penghujung Petang
Zastia : (terdiam bingung)
MAWAN DAN IQBAL MENDENGAR ZASTIA MENYEBUT NAMA YANA MENOLEHKAN KEPALANYA
KEBELAKANG DIIKUTI YANG LAIN
Mawan : Kau berbicara dengan siapa?
Zastia : kalau boleh tau, siapa nama orang tua mu?
Yana : Datuk Hasan (sambil berdiri dan berjalan
pergi)
Zastia : (kaget) anak Datuk Hasan? (menoleh ke arah
Mawan dan teman-temannya)
Mawan : Kau berbicara dengan siapa?
Zastia : (terbata-bata) Yan, yana (tidak lagi terlihat
Yana)
SEMUA KEBINGUNGAN MELIHAT SEKELILING DAN MERASAKAN TAKUT KARENA YANA
YANG DISEBUTKAN ZASTIA TIDAK ADA
SUASANA BERUBAH, LANGIT SEMAKIN MENDUNG DENGAN TIUPAN ANGIN, GUNTUR DAN
KILATAN PETIR BERTAUTAN
FADE OUT
T A M A T
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom