Tuesday, November 5, 2024

Berbakti Untuk Negeri Menembus Badai dan Gelombang, Itulah "Nityacas Samapta" Sang Perisai Indonesia


BICARA POLISI
- Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia adalah negeri yang terdiri dari 17.000 lebih pulau, dengan Luas wilayah perairan 3.257.483 kilometer persegi. Sedangkan udara mencapai 5.455.675 kilometer persegi, sama dengan luas negara kesatuan Republik Indonesia. 


Bukan perkara mudah untuk mengamankan sebegitu luasnya negara kesatuan Republik Indonesia, dengan Lebih dari dua pertiga wilayah Indonesia berupa lautan dan Indonesia terletak di persilangan antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, juga dua samudera yaitu: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.


Maka begitu banyak sejarah yang tercipta di perairan Indonesia, baik itu jejak perjuangan maupun kejahatan yang terjadi. Soal kejahatan, tentunya yang kenal oleh dunia dengan sebutan Bajak Laut.


Kalau kisah-kisah kejahatan di laut, bagi anak masa kini tidaklah asing dengan petualangan bajak laut dalam mencari harta karun. Kisah-kisah yang tersohor di sejarah perairan dunia hadir dalam bentuk anime dan film, seperti cerita One Piece dan Pirates of Carribean


Melalui film tersebut, pola-pola dramatis yang dihadirkan mampu menyentuh dan tentu tidak sedikit penonton mengidolakan mereka. Padahal itu hanyalahfiksi belaka, namun dari berbagai sumber sejarah faktanya bajak laut atau perompak di dunia nyata jauh lebih banyak yang melakukan kejahatan daripada melakukan kebaikan.


Didalam One Piece terdapat beberapa nama-nama bajak laut yang paling ditakuti karena mereka terkenal tak segan merampok dengan kejam. Lantas, siapa saja mereka? yaitu: Blackbeard, Black Sam Bellamy, Black Bart, dan Captain Kidd. Selain itu yang terdapat dalam kisah One Piece, ada juga Anne Bonny, Ching Shih, dan Sir Henry Morgan.


Bagaimana dengan Indonesia, adakah kisah-kisah petualangan Bajak Laut? Berbagai referensi yang didapat dari berselancar di dunia internet, rupanya Perompakan juga sudah lama berlangsung di perairan Asia Tenggara. 


Lapian, Adrian B. (2009). Dalam bukunya berjudul "Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX" menuliskan bahwa Berita tertua tentang bajak laut Asia tenggara berasal dari catatan Faxian (Fa-Hsien) dalam perjalannanya pulang dari India (413-414 Masehi) mengatakan bahwa "laut (Asia Tenggara) penuh dengan bajak laut". Jiadan (785-805) menyebutkan bahwa pangkalan bajak laut berada di sebelah barat-laut Kerajaan Sriwijaya. Diperkirakan lokasi tersebut berada di sebelah utara Selat Malaka yang merupakan alur masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya.


Selama abad ke-19 Selat Malaka telah lama menjadi jalur laut penting bagi kapal-kapal yang berlayar dari India dan dari Atas Angin ke Tiongkok. Nusantara dipenuhi oleh ribuan pulau, selat-selat sempit, dan muara sungai, yang semuanya menjadi tempat persembunyian sempurna untuk perompak. Fakta geografi ini, beserta dengan faktor-faktor lain, memudahkan perompakan: geografi Kepulauan Nusantara membuat patroli laut menjadi tugas yang sangat sulit.



Selain itu, sebagaimana ditulis mediaindonesia.com bertajuk "Sejarah Bajak Laut di Indonesia Zaman Dahulu" (Kamis,19/09/2024), Bajak laut di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Pada zaman dahulu, perairan Nusantara, terutama Selat Malaka, sering menjadi sasaran para bajak laut. Salah satu periode penting adalah pada awal abad ke-15, ketika bajak laut seperti Chen Zuyi dari Tiongkok menguasai Palembang dan Selat Malaka. 


Chen Zuyi dan kelompoknya, yang dikenal sebagai "Naga Hitam," sangat ditakuti di perairan tersebut. Mereka sering menyerang kapal dagang dan kota-kota pesisir. Namun, pada tahun 1407, Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok berhasil menumpas mereka dalam sebuah ekspedisi besar yang melibatkan ribuan tentara.


Lokasi geografis Selat Malaka menjadikannya rapuh terhadap praktik perompakan. Selat Malaka sejak lama merupakan sebuah jalur penting yang menghubungkan Tiongkok dan India, dan sering kali digunakan untuk tujuan perdagangan. 


Di era modern, Selat ini merupakan jalur antara Eropa, Terusan Suez, dan negara-negara penghasil minyak di Teluk Persia; serta pelabuhan-pelabuhan Asia Timur yang sibuk. Terdapat ribuan pulau kecil di selat sempit ini, selain itu selat ini juga menjadi muara banyak sungai. Dua hal ini menjadikan Selat Malaka tempat yang ideal bagi para perompak untuk bersembunyi dan menghindari penangkapan.


Sejarah Ditpolairud dan Makna Logo

Sejarah panjang perairan itu menjadi pemikiran para pendahulu Negara Kesatuan Republik Indonesia membuat perisai berlapis bagi keamanan perairan, salah satunya adalah Direktorat Polisi Perairan Korps Kepolisian Perairan dan Udara Badan Pemelihara Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau biasa disingkat Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri, dengan Motto “Nityacas Samapta” yang artinya selalu siap siaga dan waspada.


Dari catatan Sejarah Polair Baharkam di situs Wikipedia (Diakses Rabu, 30/10/2024 pukul 16.29 wib), Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No.4 / 2 / 3 / Um, tanggal 14 Maret 1951 tentang Penetapan Polisi Perairan sebagai Bagian dari Djawatan Kepolisian Negara terhitung mulai tanggal 1 Desember 1950. 


Dengan lahirnya Djawatan Polisi Perairan maka seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar di khatulistiwa, ditengah hamparan laut Indonesia yang sangat luas. Pada tahun 1953 s/d 1958 berdasarkan Surat Perintah KKN No. Pol.: 2 / XIV/ 53, tanggal 16 Januari 1953 dibentuk 2 (dua) Pangkalan Polisi Perairan masing-masing di Belawan dan Surabaya. 


Terdorong dari kesulitan-kesulitan yang sering timbul dikarenakan kondisi geografis wilayah Nusantara. Maka dibentuklah Polisi Udara dengan SK Perdana Menteri Nomor.: 510.PM/1956 tanggal 5 Desember 1956, maka resmilah tanggal 1 Desember 1956 nama bagian Polisi Perairan dan Polisi Udara yang dipimpin oleh Komisaris Besar Polisi RP. Sudarsono, dengan memiliki 35 kapal dari berbagai type dan sebuah pesawat jenis Cesna-180. 


Dengan Armada yang dimiliki inilah, Polisi Perairan dan Udara ikut serta dalam pemberantasan penyelundupan, bajak laut dan operasi-operasi militer seperti pemberantasan DI/TII di Aceh dan Pantai Karawang Jawa Barat. Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Pol Air dilebur ke dalam Subditpol Air dan Satuan Utama Pol Udara menjadi Subditpol Udara. Kedua subdirektorat ini beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. 


Dengan pertimbangan perkembangan situasi dan berdasarkan Skep Kapolri No. Pol.: Skep/ 9/V/ 2001, tanggal 25 Mei 2001 struktur Polairud dibawah Deops Kapolri dengan sebutan Dit Polairud Deops Polri. Pada saat bulan Oktober 2002 terjadi Validasi Organisasi dengan Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep /53/ X/ 2002, tanggal 17 Oktober 2002 dengan sebutan Direktorat Polisi Air Baharkam Polri. Hingga akhirnya berkiblat kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari keramatnya Polairud.


Lantas, tekad tersebut dikokohkan lewat Logo dengan sarat makna dan pesan, baik itu Internal maupun Eksternal. Makna dari lambang polairud Direktorat Kepolisian Perairan Gambar Tanda Kesatuan Direktorat Kepolisian Perairan Baharkam Polri yang baru adalah:




Latar belakang berbentuk perisai yang menyerupai segitiga dengan bagian sisi-sisi kakinya melengkung menggambarkan perisai sebagai sebuah alat untuk perlindungan diri pada peperangan jaman dahulu, mengandung makna personel Korpolairud sebagai pelindung masyarakat, bangsa dan negara;


Tulisan “KORPOLAIRUD” dengan warna huruf hitam dan dasar merah mengandung makna personel Korpolairud adalah penjaga keamanan yang memiliki keberanian untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum;


Gambar jangkar, melambangkan unsur perairan dan menggambarkan alat kapal yang digunakan waktu berlabuh agar tidak hanyut terbawa arus mengandung makna personel Korpolairud memegang teguh prinsip dan tidak mudah goyah serta selalu setia terhadap NKRI, UUD 1945, Tribrata dan Catur Prasetya;


Gambar rantai, menggambarkan alat yang digunakan untuk menyatukan benda atau menyambung benda, mengandung makna bahwa anggota Korpolairud memiliki jiwa korsa dan jalinan persaudaraan yang begitu kuat sehingga dapat berperan sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia;


Gambar burung, melambangkan unsur udara dan menggambarkan hewan yang memiliki kemampuan terbang dalam berbagai macam kondisi alam ke berbagai belahan bumi mengandung makna kegigihan, semangat juang dan kekuatan personel Korpolairud mencapai seluruh wilayah NKRI melalui laut dan udara guna menjaga keamanan dan ketertiban serta menegakkan hukum;


Gambar arah mata angin, merupakan petunjuk arah yang selalu digunakan oleh personel Korpolairud dalam melaksanakan tugas mengandung makna bahwa personel Korpolairud mematuhi arah kebijakan Pemerintah dan Pimpinan Polri;


Warna merah, menggambarkan keberanian mengandung makna personel Korpolairud memiliki keberanian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat;


Warna kuning, menggambarkan emas sebagai lambang kejayaan dan warna matra Kepolisian mengandung makna Korpolairud akan menjaga kejayaan matra Kepolisian dalam setiap pelaksanaan tugasnya;


Warna hitam, menggambarkan marwah penjaga keamanan mengandung makna bahwa Korpolairud adalah penjaga keamanan bagi masyarakat, bangsa dan negara;


Warna biru, menggambarkan angkasa dan lautan mengandung makna tempat atau wilayah penugasan Korpolairud yaitu di perairan dan udara;


Warna orange, menggambarkan petualangan alam bebas mengandung makna personel Korpolairud memiliki optimisme, percaya diri dan kemampuan bersosialisasi serta adaptasi yang baik dengan lingkungan;


Warna putih, menggambarkan kebenaran atau keadilan mengandung makna personel Korpolairud selalu mengutamakan keadilan dan kebenaran dalam menegakkan hukum guna menjamin kepastian hukum bagi masyarakat.




Bakti Polairud Polda Jambi Untuk Negeri

Masih kaitan dengan Selat Malaka, bahwa pada zaman dahulu, perairan Nusantara terutama Selat Malaka, sering menjadi sasaran Bajak laut. Jika merujuk wilayah yang cakupannya lebih kecil, kita dapat melihat provinsi Jambi. Kenapa provinsi Jambi? karena ada Sungai Batanghari yang bermuara ke Selat Malaka.


Jambi adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur, di bagian tengah Pulau Sumatera dengan ibu kota di Kota Jambi.


Provinsi dengan luas wilayah 50.160,05 kilometer persegi, dengan Luas perairan 425,50 kilometer persegi. Terdapat Sungai Batanghari, Batang Merangin, Batang Tembesi, Batang Tabir, Sungai Pengabuan, Batang Tebo, Sungai Air Hitam, Sungai Mesumai, Batang Bungo, Batang Pelepat, dan Sungai Berbak.


Sungai Batanghari adalah sungai terpanjang di Sumatera, dengan panjang mencapai 800 kilometer. Sungai ini bermuara di Selat Malaka atau Selat Berhala, dan membentang dari Provinsi Sumatera Barat hingga Provinsi Jambi,.


Sungai Batanghari memiliki nilai yang besar, bahkan Sungai Batanghari memiliki peran utama dalam kehidupan masyarakat sekitar Jambi dan Sumatera Barat. Sungai Batanghari menurut sejarah perkembangan kerajaan Melayu sebagai pusat jalur perdagangan penting.


Disinilah tugas berat sang perisai bernama Polairud menjaganya. Saat ini personel direktorat kepolisian perairan dan udara polda Jambi berjumlah 127 orang, yang telah memiliki kemampuan melaksanakan tugas sebagai anggota kepolisian perairan dan Udara.


Personel tangguh ini bermarkas di tepian sungai Batanghari Jambi, yaitu Markas Komando (Mako) Direktorat Kepolisian perairan dan udara (Ditpolairud) polda Jambi yang gagah, dan tercatat sebagai Mako Polairud polda termegah se-Indonesia.


Kemegahan yang terus dirawat dengan gigih dan penuh semangat oleh para personelnya, sehingga pada hari Bhayangkara ke-79 tahun 2024, polairud polda Jambi meraih penghargaan dari Kapolda Jambi Irjen Pol Dokterandes Rusdi Hartono, MSi, sebagai juara satu kategori Mako terbersih se-polda Jambi.


Selain Mako, Direktorat kepolisian peraiaran dan udara polda Jambi memiliki beberapa markas unit patroli yang tersebar di sepanjang sungai Batanghari Jambi. 


“Hingga kini kami Ditpolairud Polda Jambi telah memiliki sarana Kapal Patroli sebanyak 20 unit dan telah disebar beserta personel di wilayah sungai Batanghari Jambi, dari mulai perairan Kabupaten Batanghari hingga ke pintu-pintu masuk Ambang Luar sungai Batanghari, seperti Kuala Jambi dan Nipah Panjang,” Jelas Kombes Pol Agus Tri Waluyo, Direktur Polairud Polda Jambi.




Markas unit patroli Ditpolairud Polda Jambi: 

• Markas unit patroli Muara Bulian yang terletak di perairan kabupaten Batanghari.

• Markas unit patroli Suak Kandis yang terletak di perairan kabupaten Muaro Jambi.

• Markas unit patroli Nipah Panjang yang terletak di perairan kabupaten Tanjungjabung Timur. 

• Markas unit patroli Kampung Laut yang terletak di perairan ambang luar kabupaten Tanjungjabung Timur, dan

• Markas unit patroli Kuala Tungkal yang terletak di ambang luar perairan kabupaten Tanjungjabung Barat.


Markas unit patroli merupakan sarana singgah bagi kapal patroli yang sedang melaksanakan patroli perairan.


Kombes Pol Agus Tri Waluyo, tidak menampik bahwa tantangan tidak mudah kedepannya karena akan semakin kompleks di era modernisasi, terpenting menurutnya ialah tertanam Integritas dan Komitmen yang kuat.


“Kedepan tantangan tugas Polri akan semakin kompleks seiring dengan era modernisasi, Polri khususnya Polairud harus mampu menjawab berbagai tantangan yang ada dengan integritas dan komitmen yang kuat dan harus mampu menjadi contoh nyata maupun teladan bagi Masyarakat,” Bebernya.


Pada kesempatan ini, Kombes Pol Agus Tri Waluyo, tentunya mengingatkan personel Ditpolairud untuk terus meningkatkan kinerja dan tak luput dia mengajak Masyarakat untuk bersinergi bersama-sama menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif.


“Pesan saya untuk para personel Polairud Polda Jambi agar selalu meningkatkan kinerja dalam menjaga dan memelihara keamanan serta ketertiban masyarakat, khususnya masyarakat perairan Jambi. Serta untuk masyarakat atau warga Jambi, khususnya masyarakat perairan kami mengajak untuk bersama-sama menciptakan situasi kamtibmas yang aman dan kondusif di wilayah perairan,” Pesannya.




Peran penting Ditpolairud polda Jambi sebagai perisai perairan mendapat apresiasi dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DPD kabupaten Tanjungjabung Barat, dedikasi dan pengabdiannya sangat dirasakan.


"Pada momentum HUT Polairud ke-74 ini, kami ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas dedikasi dan pengabdian Polairud Polda Jambi, yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menjaga wilayah perairan. Serta bantuan-bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat khususnya penegakan hukum yang menjadi garda terdepan pertama, khususnya tindak pidana yang terjadi di wilayah perairan," Ungkap Suprayogi Syaiful (Selasa, 05/11/2024). 


Dia berharap Ditpolairud polda Jambi, terus menjadi mitra strategis yang tak henti memberikan edukasi kepada nelayan terkait perairan.


"Harapannya jelas, kami dari HNSI ingin Polairud menjadi mitra strategis kami sebagai nelayan, dalam memberikan edukasi pembinaan, perlindungan, pengayoman dan pelayanan, dan kesiagaan dalam memberikan bantuan SAR," Harap lelaki yang notabene saat ini juga sebagai wakil rakyat di parlemen Tanjungjabung Barat.


"Sekali lagi kami ucapkan selamat atas HUT Polairud yang ke-74 tahun, semoga tambah jaya dan terus memberikan kontribusi positif untuk masyarakat khususnya nelayan," Pungkas Suprayogi Syaiful.



Jejak Ditpolairud Polda Jambi

Direktorat kepolisian perairan dan udara polda Jambi terbentuk pada tahun 1998 hasil dari validasi satuan polisi perairan polda Sumatera Selatan, dengan pejabat sementara satuan unit pada saat itu dijabat oleh IPTU Buldin Syah Alam.


Hingga sekarang, sejak terbentuk tahun 1998 telah beberapa kali pergantian pucuk pimpinan Direktorat Polairud Polda Jambi.


Pada awal tahun 2000, kepala satuan polisi perairan polda Jambi dijabat oleh Mayor Polisi Triono Wibowo, bulan maret sampai Desember tahun 2000, Mayor Polisi Almansyah menjabat sebagai pelaksana harian kepala satuan polisi perairan polda Jambi.

• Tahun 2001-2002, Mayor Polisi Dokterandes Anang Syarif Hidayat

• Tahun 2002-2004, Kompol Agus Duta 

• Tahun 2004-2008, AKBP Hari Sanyoto

• Tahun 2008-2009, AKBP Yansen Angkau 

• Maret-Desember tahun 2009, AKBP Dokterandes Edi Iswanto

• Tahun 2009-2023, Kombes Pol Bambang Irianto 

• Tahun 2013-2015, Kombes Pol Yulius Bambang Karyanto

• Tahun 2015-2017, Kombes Pol Dokterandes Yosi Muhammartha

• Tahun 2017-2018, Kombes Pol Fauzi Bhakti Mochi


Selanjutnya, Kombes Pol Drs. Arif Budi Winova S.I.K, MSi, pada tahun 2018 hingga tahun 2020, Kombes Pol Parhorian Lumban Gaol, SH, S.I.K yang menjabat dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022, dan Pada tahun 2022 sampai dengan 2023 dijabat oleh Kombes Pol Michael Mumbunan, S.I.K


Dan pada awal tahun 2024 hingga sekarang, pengemban tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat perairan di wilayah hukum polda Jambi dikomandoi oleh Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Agus Tri Waluyo, S.I.K, MH.


“Harapan kami diusia Polairud yang akan menginjak ke-74 ini tentunya kami berharap kedepan Polairud Khususnya Ditpolairud Polda Jambi semakin dicintai oleh masyarakat perairan Jambi, untuk itu tentunya kami akan selalu berbenah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta dapat menjalankan program-program kerja yang telah dicanangkan  oleh pimpinan Polri tentunya,” Pesan Kombes Pol Agus Tri Waluyo, untuk Hari Ulang Tahun kepolisian perairan dan udara. 


Semoga terus Tangguh dan semakin perkasa Ditpolairud dalam bakti mu untuk negeri, menembus badai dan gelombang, yang selalu "Nityacas Samapta" sebagai sang perisai perairan indonesia.(*/NDO)




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram