Thursday, January 30, 2025

SENJABUTA POLITIK TANPA KEPALA



SENJABUTA POLITIK TANPA KEPALA

karya: Harris Priadie Bah


locke memiliki hikmat pemikiran yang tersadarkan, untuk mencerahkan kehidupan hari ini dan masa depan; bahwa politik bisa menjadi senjata yang memakan tuannya sendiri, bila tak dijalankan dengan  tujuan asalinya


trias politica yang dibayangkannya kemudian, mengonsepsikan dengan beralasan, pembagian wilayah kewajiban tugas dan tanggung-jawab para aparatur dan pengelola negara


namun locke telah mati dan karya mulianya pun ikut-ikut di"almarhum"kan oleh libido berkuasa para libidor-libidor yang nyasar masuk ke dalam pemerintahan


politik tanpa urat malu - dengan dramatik - mereduksi tujuan mula-mula politik yang mulia, lewat pembagian pos-pos kepentingan kolega yang dibangunnya tanpa etika


politisi gadungan meneguhkannya dengan hikmat tanpa kebijaksanaan, lewat sikap dan tindakkannya yang tanpa kepala dan perasaan


apa yang mereka maksudkan dengan negara adalah perserikatan kaum kolega, yang berhak dan berkuasa atas tanah, hutan dan lautan, bahkan memutuskan soal bergizi atau tidaknya menu gratisan yang mereka sumpel ke mulut anak-anak bangsa yang kerempeng seleranya


sedangkan rakyat adalah warganegara jelata yang mereka atur sesukanya, dan dipaksa istiqomah pada apa pun yang di'inpres'kan dan atau di'perda'kan, walau itu melanggar hak azazi dan tak berkesesuaian dengan konstitusi


konstitusi adalah merk dagang semata, yang mereka tempel di depan gerbang jalan masuk menuju kota dan desa, sementara amaliah pasal-pasalnya runtuh dimakan administratur negara, yang ber-evolusi menjadi belalang pemangsa yang rakus sekali


sampai-sampai lautan dipagari seolah milik pribadi, tanah-tanah ulayat dikuasai untuk mendapatkan untung pribadi, bahkan stempel-stempel pun mereka geragoti (makan) dengan nikmat sekali


sesampai di sini, apa lagi yang dapat diperkatakan kembali, kecuali mengulang-ulang kebencian dan umpatan yang diulang-ulang di setiap orde berganti


umpatan kebencian untuk sesuatu yang dikerjakan, oleh mereka yang tengah berkuasa, dengan tanpa kewaspadaan yang terpelihara


dan menuliskan puisi lewat kata-kata biasa, tanpa metafora dan kemewahan diksi sebagaimana yang ada dalam puisi-puisi sejati, sesungguhnya hanya berguna untuk eksistensi kepenyairan penyairnya saja


selebihnya

tak lebih


31 Januari 2025




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com