Monday, February 24, 2025

Dua Warna Drama Karya SMANDA; Upaya Daya Talenta Para Siswa



Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri 2 Jambi pergelaran di Taman Budaya Jambi pada 14 dan 15 februari 2025.

Ada dua karya yang dihadirkan yaitu Pergelaran “Menunggu Godot” dan Monolog “Topeng Mayat”. Karya yang dipentaskan dan terselenggara berkat dukungan dari UPTD Taman Budaya Jambi.

Berikut ulasan dari seorang dosen, pengamat dan pemerhati seni teater di Jambi, Ady Santoso


DAYA DRAMA SMANDA

Setelah sepekan berlalu, sejak pertunjukan drama yang disajikan oleh para siswa dari Sekolah Menang Atas Negeri (SMAN) 2 Kota Jambi dipergelarkan di Taman Budaya Jambi (TBJ) pada Jum’at dan Sabtu, 14 - 15 Februari 2025 masih terasa hingga kini daya semangatnya yang coba diupayakan dari grup Teater SMANDA. Dalam pertunjukan itu, dua karya drama telah disuguhkan oleh para siswanya yang tergabung di esktrakurikuler Teater SMANDA, dua karya yang kesemuanya para pemainnya/pelakonnya adalah perempuan. Hal yang kemudian menurut pandangan saya patut untuk diberikan apresiasi. Apresiasi yang tentu juga diberikan kepada Teater SMANDA, karena masih dalam masa awal tahun, triwulan pertama ini (bulan Februari), kelompok teater yang basisnya adalah teater pelajar (ekstrakurikuler) telah mampu menyuguhkan/menampilkan pertunjukan teater yang digelar secara mandiri, yang khusus memang melangsungkan pertunjukan teater tidak berkaitan dengan event kegiatan festival perlombaan teater remaja/pelajar.


Nomor pertama dari pementasan yang disajikan berlakon “Topeng Mayat” karya Khaira Agwalya Puspa, dan nomor kedua dari pementasan yang disajikan berlakon “Menunggu Godot” karya Samuel Beckett. Kedua pertunjukan drama tersebut disutradarai oleh EM Yogiswara, seorang dramawan/sastrawan kondang Jambi yang telah malang melintang di dunia drama dan sastra. Salah satu nomor pertunjukan yang disajikan sore itu, pernah ditampilkan pada perhelatan Festival Teater Remaja TBJ tahun 2024 pada kategori Pelajar, yakni “Menunggu Godot” yang dipentaskan pada Rabu, 13 November 2024. Sementara pertunjukan “Topeng Mayat”, naskah lakonnya pernah diikutkan pada Lomba Naskah Monolog TBJ tahun 2024 yang diselenggarakan pada bulan Juni. Kedua pertunjukan tersebut memiliki nilai keterkaitan pada peristiwa seni sebelumnya yang telah diselenggarakan oleh TBJ. Pada pertunjukan “Menunggu Godot” sudah pernah dipentaskan sebelumnya dalam Festival Teater Remaja, dan pada pertunjukan “Topeng Mayat” naskah lakonnya pernah diikutsertakan pada lomba naskah monolog.


Sore itu, Sabtu (15/02/2025) gedung Teater Arena TBJ penuh sesak dari para penonton/apresiator yang hampir keseluruhannya adalah para siswa/i dari SMAN 2 Kota Jambi. Para penonton padat memenuhi seluruh arena tempat duduk, bahkan sampai ada yang duduk disekitaran dekat panggung arena pertunjukan. Bila diperkirakan jumlah penonton yang memenuhi gedung Teater Arena pada sore itu kurang lebih 350-an. Salah satu kekuatan dari teater pelajar adalah potensial penonton yang banyak, yang mana penonton mereka adalah teman-teman satu sekolah. Potensial penonton dari grup teater pelajar sejatinya telah terpetakan, yang tak lain adalah teman-teman mereka para siswa/i dari sekolah asal teater pelajar tersebut. Sore itu sebelum pertunjukan pertama dimulai, pembawa acara mencoba mengarahkan para penonton untuk saling bergeser memenuhi tempat duduk di gedung Teater Arena TBJ. Pembawa acara tampak aktif mengarahkan penonton, yang mana hampir dari seluruhnya adalah temen-temen satu sekolah mereka. Keseruan sore itu segera dimulai, ketika pembawa acara membacakan sinopsis pertunjukan, dan selanjutnya pertunjukan nomor pertama lakon “Topeng Mayat” kemudian disuguhkan.


UPAYA DUA KARYA

Hampir dari masing-masing pertunjukan berdurasi kurang lebih 30 menit. Lakon “Topeng Mayat” yang disajikan pada pertunjukan pertama, menghadirkan tatanan ruang seperti sel tahanan. Tokoh utama mengenakan pakaian kaos yang bertuliskan “Tahanan”, penanda yang semakin menguatkan bahwa tatanan set pertunjukan yang disuguhkan berada dalam sel tahanan. Kemudian di dalam set tahanan tersebut terdapat sebuah undakan yang seolah menjadi seperti tempat tidur, diatasnya terdapat beberapa kain-kain yang menumpuk. Pada bagian bawah sel tahanan terdapat dua buah topeng raksasa, yang tergeletak di lantai sel tahanan. Pertunjukan ini mencoba menghadirkan ruang peristiwa alienasi pada pembagian pembagian peristiwa adegan. Ruang pembagian peristiwa alienasi yang saya pinjam dari Verfremdungseffekt atau efek alienasi yang dicetuskan oleh Bertolt Brecht. Brecht berpendapat bahwa pertunjukan drama bahwa penonton semestinya berjarak secara emosional dari karakter yang ditontonnya, memahami dilema yang dialami karakter secara intelektual yang ditontonnya.


Ruang peristiwa dalam pentas drama ini, yang saya maksud dengan penghadiran keberjarakan dari peristiwa satu ke peristiwa yang satunya lagi dalam satu ruang pertunjukan yang sama, dimana pentas memanfaatkan teknik tata cahaya sebagai ruang alienasinya. Pada beberapa peristiwa, lampu berfokus di area peristiwa set sel tahanan yang kemudian dilanjutkan dengan pengadeganan kembali dimainkan, lalu setelah mau pergantian peristiwa lainnya, lampu di area set sel tahanan meredup dan gelap. Gelapnya lampu di area set sel tahanan, kemudian berganti kepada tata cahaya yang menerangi bagian depan panggung pertunjukan, dimana para pelakon lain dalam pertunjukan ini telah siap memainkan peristiwa lainnya. Transisi pergantian penempatan tata cahaya inilah yang kemudian ditampilkan sedemikian rupa sehingga penonton memiliki keberjarakan dari keseluruhan peristiwa pengadeganan. Penonton teralienasi pada satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di dalam satu pertunjukan yang sama.




Pertunjukan “Topeng Mayat” ini mengetengahkan isu perihal tipu menipu dalam dunia politik, yang mana terdapat seseorang tokoh menjadi tahanan yang dalam kehidupannya dipenuhi akan segala bentuk penipuan, terutama penipuan dari seorang pemimpin kepada rakyatnya. Seseorang tersebut kemudian melakukan pembalasan dendam atas apa yang pernah ia alami. Balas dendam yang telah seseorang itu rencanakan kepada para petinggi politik. Diakhir pertunjukan, seseorang tersebut kemudian keluar dari area set sel tahanan. Ia mengenakan seluruh kain disekujur tubuhnya, lalu juga tak lupa ia mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya. Setelah keluar dari set sel tahanan, seseorang itu kemudian menggunakan topeng - topeng mayat sebagai sarana balas dendamnya kepada para petinggi politik yang bejat. Topeng topeng mayat itu ia kenakan di masing masing wajah dari para pemimpin. 


Dipakaikannya topeng-topeng mayat itu di wajah pemimpin menjadi penanda seolah-olah telah matinya para pemimpin bejat tersebut. Pemakaian topeng topeng kepada seluruh pelakon menjadi akhir dari pertunjukan “Topeng Mayat” ini.


Pertunjukan drama kedua yang dipergelarkan adalah lakon ‘Menunggu Godot” karya Samuel Beckett. Pertunjukan yang kembali saya saksikan ini, hampir sama dalam hal penghadiran setnya manakala pertunjukan ini disajikan pada perhelatan Festival Teater Remaja, pada November tahun lalu di TBJ. Memang pertunjukan yang kembali disajikan ini masih hampir sama dengan pertunjukan sebelumnya. Pemain utamanya, mulai dari tokoh Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, dan Boy ditampilkan dengan pembawaan akting dan karakter yang sama. Pertunjukan dimulai dengan musik yang mengiringi adegan pembukaan, dimana Estragon duduk di sebuah gundukan dekat dengan sebuah tampilan menyerupai batang pohon yang dimana Estragon sedang mencoba melepaskan sepatu bootnya. Tak berapa lama masuk Vladimir yang seperti sedang mencari kesana kamari. Ia berlari melihat keberbagai penjuru arah, dari sisi kanan panggung ke arah kiri panggung, kemudian ke belakang panggung dan kembali ke depan panggung. Vladimir akhirnya menemukan hal yang ia cari-cari, yakni Estragon. Estragon yang sedari tadi hanya duduk dan sibuk untuk melepaskan sepatu botnya.


Pemeran tokoh baik Vladimir dan Estragon mencoba mendekatkan gaya akting karikatural, mereka mencoba menghadirkan laku peran dalam pola-pola gerak gestur yang tidak biasa dengan mencoba untuk menciptakan kesan humor dari laku peran gestur mereka. Pendekatan gaya akting karikatural ini menjadi hal yang cukup menarik dari lakon “Menunggu Godot”. Lakon yang sejarah lahirnya hadir dari refleksi kehidupan masyarakat akibat dampak perang dunia 2 menjadi hal yang lumrah bilamana didekatkan dengan penggunaan gaya akting karikatural. Lakon “Menunggu Godot” adalah lakon karya Samuel Beckett yang ditulis tak lama setelah perang dunia 2. Lakon yang kemudian amat sering dikaitkan dengan gerakan absurdisme atau teater absurd, sebagaimana yang dicetuskan oleh Martin Esslin, bahwa keberadaaan teater absurd adalah untuk memotret kehidupan dunia yang telah absurd, dimana teater absurd berbicara kepada lapisan pikiran manusia yang mendalam dengan mengaktifkan kekuatan-kekuatan psikologis, melepaskan dan membebaskan kekuatan-kekuatan tersembunyi maupun agresi-agresi yang ditindas, dan lebih dari itu semua.


Pertunjukan ini mengangkat perihal penindasan, dan beban psikologis dari tokoh Vladimir dan Estragon yang terus menunggu kedatangan Godot, walau sampai akhirnya nama Godot yang ditunggu tidak juga datang, melainkan hanya ada dalam perbincangan dialog dan menjadi benang merah yang merajut bangunan pertunjukan. Hal tersebut kemudian coba diupayakan dari pertunjukan ini, pensiasatan gaya akting dengan pendekatan karikatural, dan beban psikologi dari lakon yang kemudian dalam setiap pemanggungannya digolongkan sebagai teater absurd. Namun hal upaya tersebut masih kurang saya rasa, karena lakon ini adalah lakon beban mental, lakon pertanyaan batin, lakon tenakan psikologis dari setiap dialog dialog yang dilontarkannya adalah ambiguitas akan apa yang dimaksudkan dari setiap dialog dialognya. Itulah yang kemudian saya sampaikan, bahwa lakon ini adalah lakon yang menuntut pelakonnya untuk mengaktifkan lapisan-lapisan pikiran manusia yang mendalam dengan mengaktifkan kekuatan-kekuatan psikologis, serta melepaskan dan membebaskan kekuatan-kekuatan tersembunyi maupun agresi-agresi dari tiap-tiap dialog dan nebentext dari petunjuk adegan atau dialog. Sehingga perlu upaya lebih dalam dan mendalam dari sekedar penghadiran dialog-dialog ke dalam pertunjukan. Namun inilah tantangan yang telah coba dijalankan dari Teater SMANDA dalam mengupayakan menembus batasan usia hingga batasan derita dari lakon “Menunggu Godot”




WARNA TALENTA SISWA

Dengan telah melihatnya suguhan dua karya drama yang disajikan oleh Teater SMANDA, adalah kemudian menjadi hal yang menggembirakan bagi saya, yang juga sebagai akademisi dalam bidang seni teater, bahwa telah ada upaya yang coba dilampaui, dijalani, hingga digeluti melalui dua karya yang telah tersaji. Upaya untuk menunjukan bahwa Teater SMANDA adalah grup teater pelajar yang mencoba terus menstimuli dalam mengaktifasi talenta talenta seni dari para anggotanya dengan produktif berkarya di luar dari platform yang ada, sebutlah seperti Festival Teater Remaja dalam kategori Pelajar. Justru inilah yang perlu terus untuk dihidupkan dalam jiwa jiwa pelajar yang tergabung pada ekstrakurikuler teater, bahwa teater adalah wadah pengembangan talenta talenta yang penuh akan warna, penuh akan cerita, penuh akan upaya-upaya yang mengantarkan pada pengembangan talenta talenta dari para siswa. Namun dengan catatan adanya keterlibatan dari pihak sekolah yang terus mendukung langkah-langkah dalam pengembangan talenta talenta dalam berbagai bidang, termasuk seni drama tentunya. Karena masa depan terbentang luas akan banyaknya bidang-bidang pekerjaan dan juga pendidikan, termasuk adanya bidang pekerjaan dan pendidikan tinggi dari seni.


Oleh karenanya, menjadi hal tambahan yang perlu saya apresiasi melalui dua karya yang telah tersaji, yakni hadirnya pihak sekolah dalam mensupport pertunjukan ini. Dalam memberikan sambutannya setelah pertunjukan berakhir, Kepala Sekolah SMAN 2 Kota Jambi yang datang langsung menyaksikan pertunjukan memberikan apresasi terhadap capaian capaian dari para siswanya yang telah mementaskan dua karya drama. Hal yang kemudian saya kutip juga adalah pihak sekolah akan terus mensupport kegiatan teater yang dilakukan oleh para siswanya. Menurut pandangan saya, hendaknya semua kepala sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA) juga mensupport adanya kegiatan para siswa dalam bidang seni drama. Karena bidang seni drama adalah bidang seni yang lengkap/komplit untuk mengembangkan talenta talenta dari para siswa. Seperti ketika ingin memproduksi suatu pertunjukan drama, maka akan ada banyak elemen-elemen/aspek-aspek di dalam drama guna mempersiapkan suatu pertunjukan, mulai dari aspek manajemen produksi yang didalamnya terdapat talenta kepemimpinan/leadership, kerjasama tim/teamwork, hingga talenta yang termuat didalamnya adalah rasa tanggung jawab. Sementara bagi aktor/pemain didalamnya terdapat talenta keterampilan komunikasi/communication skill, memupuk rasa percaya diri, hingga yang utama adalah mengaktifkan kemampuan kreatifitas.


Dari sinilah saya mendapati keberhasilan akan capaian dua karya drama yang telah dipentaskan oleh Teater SMANDA. Keberhasilan yang saya lihat dalam pandangan kemandirian dan keberanian melakukan pementasan mandiri/tunggal yang tidak berkaitan dengan platform/event kegiatan festival teater yang ada. Hal yang tentu harus diberikan apreasi, karena membangun suatu produksi pementasan drama memerlukan kerjasama tim yang solid/kuat agar target impian dan cita-cita dari berhasilnya suatu pergelaran drama adalah kebahagian bersama, adalah capaian prestasi bersama, adalah keberhasilan bersama. Lewat dua karya drama yang telah disajikan Teater SMANDA, patutlah saya beroptimis hati, bahwa bunga bunga talenta seni akan terus tumbuh mekar dan bersemai, hingga juga memberikan dampaknya kepada lingkungan lainnya untuk juga turut bermekaran dari bunga bunga talenta seni di sekolah menengah atas lainnya. Sekolah hendaknya selalu mendukung dari apa yang telah dilakukan para siswa pada bidang seni drama. Serta pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jambi melalui Organisasi Perangkat Daerah seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas Pemuda dan Olahraga untuk dapat saling bersinergi dalam menumbuhkembangkan talenta talenta seni di Provinsi Jambi, hingga harapan kedepannya adalah dapat menghantarkan harumnya dari prestasi prestasi para siswa di bidang seni hingga ke seluruh penjuru negeri. Amin.




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com