Tuesday, February 25, 2025

Kepulauan Malut, Tempatnya Beragam Jenis Anggrek yang Perlu Diteliti


BICARA LINGKUNGAN
Halmahera adalah pulau terbesar di Maluku Utara, dengan luas 17.780 km². Pulau yang berada dalam kawasan Wallacea ini memiliki kekayaan ragam hayati yang tinggi dan unik. Hutan-hutan tropisnya menjadi habitat penting bagi banyak spesies, baik tumbuhan maupun satwa, termasuk berbagai jenis spesies endemik.

Di Halmahera jenis anggrek tanah (genus Spathoglottis) banyak dijumpai, seperti di sepanjang perjalanan dari Subaim sampai Bicoli di Halmahera Timur. Saat mekar warnanya ungu yang menghadirkan pemandangan menawan. Namun keberadaan anggrek ini belum jadi perhatian masyarakat setempat.

“Masyarakat di sini anggap itu rumput pengganggu. Jadi kalau tumbuh di bawah pohon kelapa, pala atau pohon cengkih pasti dibersihkan,” ungkap Ahmad Husen, salah satu warga lokal.

Penelitian tentang jenis anggrek tanah ini pun masih minim. Seperti diakui oleh Naser Tamalene, peneliti dan pengajar di Jurusan Biologi Universitas Khairun Ternate.

“Kami belum selesai melakukan identifikasi.  Tetapi secara umum dari temuan kami sejauh ini sudah ada kurang lebih 3 jenis anggrek tanah di Halmahera,” jelas Naser kepada Mongabay Indonesia.

Namun untuk memastikan secara keseluruhan jumlah dan jenis anggrek di Halmahera butuh waktu panjang. “Kami masih kumpulkan sampel tumbuhan anggrek ini,” imbuhnya, sembari menjelaskan bahwa belum ada jumlah pasti spesies anggrek tanah yang ada di hutan-hutan Halmahera.

 

Anggrek tanah ungu (Spathoglottis plicata). Foto: Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Anggrek Tanah

Berbeda dengan anggrek epifit yang menempel di inangnya, -yaitu pohon kayu keras, anggrek tanah tumbuh langsung dari permukaan tanah. Ada beberapa jenis nama lokal untuk menyebut jenis anggrek tanah ini. Di Halmahera ia disebut sebagai lalagu, di Ternate disebut sebagai kusu maraka, di Ambon disebut sebagai daun kora-kora atau daun tana.

Umumnya, jenis anggrek memiliki lingkungan tumbuh yang berada di tempat hangat yang terbuka dengan kecukupan sinar matahari, meski ada juga yang masih mentolerir tempat yang dilindungi naungan. Jenis anggrek biasanya tidak tahan terhadap genangan air.

Jenis anggrek tanah ungu (Spathoglottis plicata) sebagai contoh, umumnya dijumpai di dataran rendah dan sedang mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 800 m dpl. Jenis anggrek ini tersebar dari Asia Selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik hingga Australia Utara.

Bunga majemuknya berwarna ungu tua hingga merah muda pucat, memiliki 2 kelopak, berbentuk bulat telur sampai bulat telur, berbulu, bertangkai panjang, dan tidak berbau. Selain penampakannya yang indah, kandungan kimia bunganya terdiri darialkaloid, flavonoid, terpenoid, polifenol, saponin.

Para peneliti menduga bahwa kandungan yang ada di dalam anggrek dapat menjadi obat pereda radang, penghilang rasa sakit dan pelancar sirkulasi darah, penyembuh luka bakar, hingga anti kanker.

 

Beberapa jenis anggrek di Maluku Utara: [A] Dendrobium lawesii, [B] D. macrophyllum var ternatense, [C] D. lancifolium, [D] Zeuxine gracilis, [E] Goodyera reticulata, [F] Malaxis koordersii. Foto: Dok LIPI.

 

Maluku Utara Surganya Anggrek

Jenis-jenis anggrek tidak hanya ditemukan di Halmahera, namun juga di pulau-pulau lain di Maluku Utara seperti Ternate, Pulau Bacan, Kepulauan Sula hingga Taliabu.

Riset yang dilakukan Andaru Satryo dan  Purnomo, M.S dari Universitas  Gadjah Mada (2015) tentang persebaran anggrek di Cagar Alam Gunung Sibela, Pulau Bacan, Halmahera Selatan, menjumpai setidaknya ada 30 jenis anggrek yang tergolong dalam 14 marga.

Diantaranya Aerides, Agrostophyllum, Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrobium, Diplocaulobium, Eria, Flickingeria, Luisia, Pomatocalpa, Phreatia, Thelasis, Trichoglottis dan Vandopsis yang merupakan marga dari subfamili Epidendroideae.

Habitat  hidup jenis anggrek-anggrek epifit ini  berada  di ketinggian 0 m sampai dengan 600 m dpl, yang tersebar di ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah.

Kekayaan anggrek liar ini juga dapat dijumpai di Kepuluan Sula. Berdasarkan Studi Keragaman Anggrek Epifit di Kepulauan Sula yang dilakukan Arief Widyantoro (2021) dari Universitas Sebelas Maret jenis anggrek epifit di lokasi ini sebanyak 6 spesies, yaitu Cymbidium finlaysonianum, Grammatophyllum scriptum, Trichoglottis latisepala, Brachypeza sp., Pomatocalpa spicata, dan Aerides sp.

“Anggrek epifit C. finlaysonianum mendominasi kawasan  hutan mencapai 77,29%, jenis ini melekat di  9 pohon inang sebagai  habitat alami anggrek,” tulis Arif Widiantoro dalam risetnya.

Demikian juga dengan Ternate. Dikutip dari Buku Ekologi Ternate (2011), penelitian yang dilakukan oleh Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini menjumpai adanya keanekaragaman anggrek di wilayah Gunung Gamalama, yang amat rawan dengan letusan vulkanik.

Di tempat ini, para peneliti mengidentifikasikan 21 jenis anggrek, yang terdiri dari 15 jenis anggrek tanah dan 6 jenis anggrek epifit. Anggrek-anggrek ini dapat dijumpai hingga ketinggian 1.500 m dpl.

“Dari jenis anggrek yang ada, dampak  perubahan kawasan hutan menjadi kebun-kebun kelapa, cengkeh dan pala menyebabkan hilangnya habitat tempat tumbuh anggrek secara alami. Hanya jenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan kondisi masih dapat tumbuh dan berkembang,” sebut para peneliti dalam risetnya.

Lebih jauh ke arsip dokumentasi di awal Abad ke-20, berdasarkan koleksi yang dikumpulkan Beguin dan Foramadiahi antara tahun 1920-1921 terdata ada 8 jenis endemik di Ternate, yaitu Bulbophyllum languidum, B. ternatense, Diplocaulobium aduncilobum, Flickingeria paucilaciniata, Malaxis sagitiflora, M. ternatensis, Pseudovanilla ternatensis dan Robiquetia anceps.

 

Ancaman Keberadaan Anggrek

Saat ini seiring waktu karena habitatnya yang tergerus amatlah penting dilakukan identifikasi untuk memastikan seluruh jenis-jenis anggrek di kepulauan Maluku Utara.

Ancaman hilangnya berbagai jenis anggrek ini adalah dari rusaknya habitat alami anggrek akibat konversi hutan menjadi non hutan, seperti lahan perkebunan dan tambang.

Jenis-jenis anggrek epifit yang sifatnya menempel pada pohon amat rentan punah, akibat perluasan area perkebunan kelapa, pala, cengkeh dan kakao. Juga konversi hutan menjadi kawasan tambang yang meluas semakin mengancam keberadaan jenis-jenis anggrek ini.

Penelitian dan pemulian anggrek serta tetap mempertahankan habitat alami anggrek ini menjadi kata kunci penting agar jenis-jenis anggrek ini dapat terus lestari. Pemulian anggrek juga dapat membuka peluang bagi pengembangan ekonomi masyarakat lokal.


Sumber: mongabay.co.id


Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com