Kajian Tasawuf dalam Islam: Makna Salat dan Puasa
OPINI - Islam merupakan salah satu agama yang menjanjikan kesejahteraan umatnya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam ajaran Islam ada dua hal yang sering kali dianggap bertolak belakang, padahal saling beriringan, yakni tasawuf dan fiqh.
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah, dia meyakini bahwa tasawuf merupakan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, dengan senantiasa tulus dan ikhlas dalam bertakwa kepada-Nya. Pada dasarnya tasawuf merupakan suatu perjalanan atau sebuah metode yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami nafsu, baik yang buruk maupun yang terpuji, sehingga kemudian dididik supaya dapat terwujud sifat-sifat terpuji.
Dengan demikian, tasawuf merupakan substansi Islam yang mengedepankan aspek-aspek moral yang melatih jiwa manusia menjadi lebih berkualitas.
Sedangkan fiqh merupakan pemahaman tentang aturan-aturan dasar agama Islam, yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, yang kemudian dituangkan dalam sebuah kitab-kitab, dan menjadi acuan dalam ritual ibadah umat. Pengertian tersebut didapat dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh beberapa definisi.
Seperti Al-Ghazali misalnya, menurutnya, fiqh bermakna al-‘ilm wa al-fahm (ilmu dan pemahaman). Sedang mayoritas ulama memberikan pengertian fiqh secara istilah yaitu pengetahuan tentang hukum syariat yang bersifat praktis (‘amaliyyah) yang digali dari dalil-dalil yang bersifat rinci (tafshîlî). Praktik (amaliyyah ) yang merupakan bagian dari fiqh hakikatnya mengandung sisi tasawuf yang mampu meningkatkan kekayaan spiritual dan kemuliaan hati.
Salat dan puasa merupakan di antara contoh praktik (amaliyyah) fiqh sekaligus tasawuf. Karena salat dan puasa dapat mengantarkan pada kebersihan rohani manusia. Menurut definisinya, dalam kitab Fathul Muin disebutkan bahwa salat merupakan doa, sedang secara syara’, salat adalah ucapan dan perbuatan yang di mulai dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam. Salat disebut doa karena dalam serangkaian pelaksanaanya, shalat mengandung doa-doa yang memiliki esensi mengagungkan Allah swt.
Seseorang yang mampu memahami dan menggapai esensi dari shalat inilah yang dapat mencapai jalan tasawuf. Pasalnya, salat dapat juga dikatakan sebagai adalah mi’rajul mukminin, yaitu mi’raj bagi orang yang beriman. Karena saat kita salat, artinya kita berkomunikasi dengan Allah swt, atau bisa disebut dengan komunikasi transendental.
Selain itu, ibadah salat bagi seorang muslim dianggap sebagai tangga menuju hakikat yang tinggi di sisi Allah. Sehingga ketika seseorang tersebut telah mampu mencapai shalat tasawuf, kualitas jiwa spiritualnya lebih mulia daripada mereka yang hanya salat sekedar menggugurkan kewajiban.
Salat dengan esensi tasawuf selanjutnya akan mewujudkan akhlak dan perilaku yang mulia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Qur’an dalam surat al-Ankabut ayat 45.
اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ
Artinya: “Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. al-Ankabut: 45)
Dalam istilah tasawuf, ada 2 istilah yang berhubungan dengan shalat. Yang pertama adalah salat langit, dan yang kedua salat bumi. Istilah yang pertama merupakan istilah shalatnya orang-orang yang mampu mencapai dan merasakan komunikasi transendental dengan Allah Swt. Sedang yang kedua merupakan istilah bagi mereka yang hanya shalat secara fisik dan sekedar menggugurkan kewajiban.
Selain itu, esensi lainnya yakni saalat dapat menjadikan ketenangan hati. Ketenangan hati dalam kehidupan sehari-hari, dapat terwujud dari saalat yang dilakukan dengan tenang dan bijaksana. Saalat yang tenang adalah salat yang telah mencapai pada ruh salat.
Adapun ruh salat terdiri dari, khusyuk, hadir hati, ikhlas, dan takut. Khusyuk sendiri merupakan suatu kondisi yang memberikan pengaruh pada jiwa, yang kemudian menjadi tampak dalam anggota badan. Sedangkan hadir hati ketika salat yaitu suatu kondisi dimana hati dan fikiran hanya terfokus pada apa yang sedang diucapkan dan dikerjakan sewaktu saalat.
Yang ketiga, yaitu ikhlas, yakni semata-mata mempersembahkan ibadah tersebut kepada Allah. Yang terakhir adalah takut, maksudnya benar-benar merasakan kebesaran dan kehebatan Allah yang melebihi apa yang dilihat dan digambarkan oleh panca indera. Keempat ruh shalat tersebut dapat tumbuh ketika seseorang dapat meresapi shalatnya.
Selain salat, puasa adalah bagian dari kewajiban umat Islam, yang apabila dilakukan dengan hati yang murni akan memberikan manfaat untuk jiwa. Puasa bagi tasawuf merupakan ibadah yang paling efektif untuk menundukkan hawa nafsu. Karena puasa puasa merupakan separuh dari sabar, dan sabar adalah separuh iman.
Menurut Ibn Kasir, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan berjimak disertai niat yang ikhlas karena Allah Yang Mahamulia dan Mahaagung karena puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak yang rendah.
Puasa dalam perspektif tasawuf mempunyai tiga bagian sesuai dengan kemampuan tingkatannya. Yang pertama yaitu tingkat yang paling rendah, yakni puasa yang hanya menahan lapar, haus, jimak, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa menurut syariah dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Yang kedua yaitu tingkatan yang lebih tinggi adalah tingkatan yang kedua, yaitu puasanya orang tidak hanya menahan diri dari lapar, haus, dan jimak saja. Namun menahan diri dari pandangan yang merendahkan, memandang yang dapat menghantarkan kepada Allah, serta menahan mulut untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
Sedang tingkatan yang tertinggi adalah puasanya para wali Allah yang berpuasa dari melupakan Tuhan atau lalai mengingat-Nya. Sepanjang para wali Allah senantiasa berusaha untuk mengingat Allah. Para sufi memahami tujuan puasa adalah bersikap hidup atau berakhlak dengan sebagian akhlak Allah, yaitu dengan hanya bergantung kepada kekuasaan Allah, serta berusaha memerangi dan menahan nafsu supaya dapat meraih derajat yang mulia di sisi-Nya.
*Telah Terbit di beritasatu.com/Siluet umat Islam membaca Al-Qur'an saat beriktikaf di Masjid Raya Habiburrahman, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/3/2025) dini hari. (ANTARA/Novrian Arbi)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom