Dari Dasar Laut hingga Puncak Bukit, Raja Ampat Adalah Laboratorium Evolusi Kehidupan
BICARA LINGKUNGAN - Raja Ampat, gugusan pulau-pulau di ujung barat Papua Barat Daya, layak dijuluki “pabrik spesies” dan laboratorium evolusi kehidupan. Reputasinya sebagai wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia terus terbukti—bahkan dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan kembali dibuat takjub oleh penemuan-penemuan luar biasa yang menunjukkan bahwa kita baru menyentuh permukaan dari kekayaan hayati kawasan ini.
Pada 2022, ilmuwan Indonesia menggemparkan dunia dengan temuan tempat pembibitan pertama di dunia untuk bayi pari manta karang (Mobula alfredi) di sebuah laguna tersembunyi di Kepulauan Wayag. Di teluk yang tenang dan terlindungi itu, anak-anak pari manta berkumpul, seperti sebuah “daycare” alami tempat mereka bisa tumbuh dan makan tanpa banyak ancaman. Ini merupakan penemuan penting karena selama ini, lokasi asuhan bagi pari manta belum pernah didokumentasikan. Seolah-olah, Raja Ampat sengaja membuka salah satu rahasia terbesarnya—sebuah tempat perlindungan yang memungkinkan raksasa laut ini belajar berenang dengan aman.

Namun kejutan tak berhenti di situ. Dalam ekspedisi tahun 2019 di kawasan konservasi laut Misool, para peneliti mencatat 47 spesies ikan yang sebelumnya belum pernah didokumentasikan di Raja Ampat, menjadikan total spesies ikan karang di kawasan ini mencapai 1.615. Untuk memberikan gambaran, dalam satu kali penyelaman di salah satu terumbu karang Misool, tercatat 388 spesies ikan berbeda—rekor yang dicatat dalam survei cepat keanekaragaman hayati laut (rapid biodiversity assessment)!
Mulai dari gobi mungil berwarna cerah hingga hiu karang yang megah, semuanya muncul dalam satu pandangan bawah laut. Bahkan, ekspedisi ini juga menemukan hewan-hewan baru bagi ilmu pengetahuan seperti ghost pipefish dan ikan triplefin yang belum pernah terlihat sebelumnya di wilayah ini. Setiap ekspedisi seolah menarik tirai baru dari laboratorium alam ini, mengungkap permata tersembunyi dari perpustakaan kehidupan yang masih terus berkembang.

Salah satu keunikan dari Raja Ampat adalah hiu epaulet (Hemiscyllium henryi), hiu kecil berbintik yang menggunakan siripnya untuk “berjalan” di atas terumbu karang. Hiu ini telah lama menarik perhatian para ilmuwan dan penyelam, namun studi genetika yang dipublikasikan pada 2020 membuat kisahnya makin luar biasa. Studi tersebut mengungkap bahwa hiu berjalan ini merupakan kelompok hiu yang berevolusi paling baru di Bumi, hanya sekitar 9 juta tahun yang lalu, bandingkan dengan kebanyakan garis keturunan hiu yang berusia ratusan juta tahun! Artinya, hiu berjalan Raja Ampat adalah salah satu spesies hiu termuda di dunia, layaknya bayi dalam pohon kehidupan. Dan lebih hebatnya lagi, mereka hanya ditemukan di Raja Ampat dan beberapa kawasan di Segitiga Terumbu Karang, menjadikan mereka contoh nyata dari eksperimen evolusi yang terus berlangsung.

Penemuan menakjubkan tak hanya terjadi di bawah laut. Di pulau-pulau berhutan Raja Ampat, para ilmuwan juga terus mengungkap keragaman hayati yang mengagumkan. Salah satu contoh adalah penemuan anggrek baru, Dendrobium lancilabium subsp. wuryae, yang ditemukan di Pulau Waigeo, anggrek berwarna merah cerah ini menambah daftar panjang flora endemik yang hidup di kawasan Raja Ampat
Mengapa Raja Ampat Begitu Istimewa?
Letak geografis Raja Ampat menjadi kunci utama kekayaan hayatinya. Kawasan ini berada di jantung Segitiga Terumbu Karang, wilayah pertemuan Samudra Pasifik dan Hindia, yang sering dijuluki “Amazon Lautan”. Arus laut dalam yang kuat membawa limpahan nutrisi ke berbagai habitat yang saling bertaut: terumbu karang, lereng laut dalam, hutan bakau, padang lamun, hingga laguna. Perpaduan sempurna ini menciptakan kondisi ideal bagi kehidupan laut yang melimpah.

Statistiknya mencengangkan: lebih dari 600 spesies karang keras hidup di Raja Ampat—sekitar 75% dari seluruh spesies karang dunia terkonsentrasi di satu wilayah! Terumbu ini menjadi fondasi bagi lebih dari 1.600 spesies ikan karang, angka tertinggi di seluruh dunia. Dari kuda laut pigmi seukuran kuku hingga ikan karang berwarna pelangi, dari pari manta raksasa hingga hiu paus dan 22 spesies hiu lain, semuanya hidup berdampingan di sini. Bahkan, lumba-lumba, dugong, paus pembunuh, dan paus besar sesekali terlihat melintasi perairannya. Setidaknya lima dari tujuh spesies penyu laut dunia, termasuk penyu sisik dan penyu hijau—juga menjadikan pantai-pantai Raja Ampat sebagai tempat bertelur. Lebih dari 700 spesies moluska hidup di sini, termasuk nudibranch warna-warni, kerang raksasa, dan udang mantis flamboyan, yang jumlah spesiesnya di kawasan Kepala Burung Papua mencatat rekor dunia.
Keanekaragaman ini juga diperkuat oleh keutuhan dan variasi habitat yang luar biasa. Di Raja Ampat, hanya dalam beberapa langkah, terumbu karang dapat berganti menjadi hutan bakau, fenomena langka di dunia. Di antara akar-akar bakau itu, ikan dan bayi hiu berlindung, sebelum berpindah ke padang lamun dan terumbu karang dewasa. Kawasan laut dalam pun berada tak jauh dari pesisir, memungkinkan spesies pelagis seperti tuna dan ikan layar bersilangan dengan penghuni terumbu. Gabungan habitat yang saling bertumpang tindih ini menciptakan ekosistem kompleks yang menghasilkan kekayaan spesies tiada duanya.
Menurut Dr. Mark Erdmann dari Conservation International, Raja Ampat adalah ‘bengkel evolusi terbuka‘, di mana tekanan seleksi dan arus genetika dari berbagai penjuru Indo-Pasifik bertemu dan menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan yang belum ditemukan di tempat lain. Ia menyebut Raja Ampat sebagai “salah satu tempat terbaik di dunia untuk memahami bagaimana spesies berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan”. Keajaiban hayati Raja Ampat merupakan harta karun global yang tidak hanya penting bagi Indonesia, tapi juga bagi pemahaman kita terhadap dinamika evolusi dan ketahanan ekosistem laut dunia. Rhett A. Butler, pendiri Mongabay, pernah menekankan pentingnya kawasan tropis seperti ini dengan mengatakan bahwa ‘ekosistem tropis adalah jangkar bagi stabilitas keanekaragaman hayati dunia, ‘begitu ia rusak, seluruh sistem bisa runtuh‘ . Di sinilah kehidupan menunjukkan kreativitas tertingginya, dan dunia, sebaiknya, terus menjaganya
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom