Tuesday, June 10, 2025

Waspada! Kenali 7 Modus Penipuan AI yang Kian Canggih dan Marak


BICARA TEKNOLOGI
- Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menjadi pilar utama dalam transformasi teknologi, membawa kemudahan di berbagai sektor, mulai dari layanan finansial hingga kehidupan sehari-hari.


Namun, di balik manfaatnya, AI juga dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melancarkan penipuan yang semakin canggih. Berikut ini tujuh modus penipuan berbasis AI yang sedang marak terjadi, yang dkutip dari berbagai sumber, Selasa (10/6/2025).


Deretan Penipuan AI


1. Deepfake untuk pemerasan dan penipuan identitas

Teknologi deepfake, yang menggunakan AI untuk memalsukan video atau audio, menjadi ancaman serius. Penjahat siber memanfaatkan deepfake untuk membuat konten palsu yang tampak nyata, seperti video atau suara seseorang yang dikenal korban.


Menurut laporan Forbes, pada akhir 2024, sekelompok penipu di Singapura menggunakan email deepfake untuk memeras 100 pegawai negeri, termasuk menteri, dengan ancaman menyebarkan video memalukan jika tidak membayar dalam mata uang kripto. Modus ini menargetkan individu atau eksekutif perusahaan dengan memanfaatkan foto atau video publik dari platform, seperti LinkedIn atau YouTube.


Ciri khas modus tersebut adalah komunikasi mendesak yang meminta pembayaran cepat, sering kali disertai ancaman. Video deepfake mungkin menunjukkan ekspresi wajah yang tidak alami atau gerakan mata yang aneh, meskipun teknologi ini terus berkembang untuk tampak lebih meyakinkan.


2. Voice cloning untuk penipuan telepon

Voice cloning, teknologi AI yang mampu meniru suara seseorang dengan akurasi tinggi, semakin populer di kalangan penipu. Perusahaan keamanan, Kaspersky melaporkan pelaku menggunakan kloning suara untuk berpura-pura sebagai kerabat, teman, atau kolega yang meminta bantuan finansial atau informasi sensitif. Dengan hanya beberapa detik rekaman suara, penipu dapat menghasilkan audio palsu yang sulit dibedakan dari aslinya.


Modus ini biasanya melibatkan panggilan telepon mendadak yang meminta korban untuk mentransfer uang atau memberikan data pribadi. Penipu sering memanfaatkan emosi korban, seperti kepanikan atau rasa kasihan, untuk mengelabui mereka. Kasus yang dilaporkan The New York Times, menunjukkan penipu menargetkan orang tua dengan suara anak mereka yang seolah-olah sedang dalam masalah.


3. Chatbot AI untuk penipuan romansa dan investasi

Chatbot berbasis AI yang canggih kini digunakan untuk menjalin hubungan palsu secara online, terutama dalam penipuan romansa. Laporan dari The New York Times menyebutkan chatbot ini dapat berkomunikasi dengan lancar tanpa aksen mencurigakan, meningkatkan kepercayaan korban. Dalam satu kasus, korban percaya sedang berinteraksi dengan dokter militer di luar negeri, padahal itu adalah program AI yang dikendalikan penipu.


Selain romansa, chatbot juga digunakan untuk menawarkan investasi bodong. Penipu memanfaatkan kemampuan AI untuk membuat percakapan yang meyakinkan, mengarahkan korban ke situs web palsu atau meminta transfer dana. Modus ini sering kali menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat, sebuah tanda bahaya yang harus diwaspadai.


4. Phishing berbasis AI dengan konten yang dipersonalisasi

Penipuan phishing telah berevolusi dengan bantuan AI, yang memungkinkan penipu membuat email, pesan teks, atau posting media sosial yang sangat personal. Kaspersky mencatat alat seperti WormGPT, versi AI yang dioptimalkan untuk kejahatan siber, digunakan untuk menghasilkan umpan phishing tanpa kesalahan tata bahasa, berbeda dari phishing tradisional yang sering ceroboh.


Email atau pesan ini tampak berasal dari sumber tepercaya, seperti bank atau perusahaan terkenal, dan meminta korban untuk mengklik tautan atau mengunduh lampiran berbahaya. Ciri utama modus ini adalah tekanan waktu, seperti peringatan akun korban akan ditutup jika tidak segera bertindak. Tautan yang diberikan sering mengarah ke situs web palsu yang mencuri data login atau menyebarkan malware.


5. Bukti transfer palsu dengan manipulasi AI

Penipuan bukti transfer palsu kini semakin canggih dengan bantuan AI. Penipu menggunakan teknologi AI untuk memalsukan dokumen transaksi yang tampak resmi, menargetkan pelaku bisnis yang melakukan transaksi internasional. Dalam skenario umum, penipu mengirimkan bukti transfer palsu, mengeklaim telah membayar barang atau jasa, lalu meminta pengiriman produk sebelum pembayaran sebenarnya diverifikasi.


Modus ini sering melibatkan komunikasi yang tampak profesional, tetapi dengan bahasa yang sedikit tidak wajar atau permintaan mendesak untuk segera bertindak. Korban biasanya menyadari penipuan setelah barang dikirim atau dana tambahan diminta untuk memperbaiki kesalahan transfer.


6. Penipuan media sosial dengan konten AI

AI digunakan untuk membuat iklan atau posting media sosial palsu, seperti promosi produk murah atau undian berhadiah. Penipu memanfaatkan data dari platform, seperti Instagram atau TikTok untuk menargetkan korban dengan konten yang relevan dengan minat mereka.


Posting ini sering mengarahkan ke situs web yang mencuri data atau uang. Ratusan pengguna di Eropa tertipu oleh iklan sepatu bermerek dengan diskon 90%, yang mengarah ke situs penipuan.


7. Penyalahgunaan data pribadi dengan analisis AI

Penipu menggunakan AI untuk menganalisis data dari pelanggaran data atau media sosial, menciptakan serangan yang sangat tertarget. Pesan yang dikirim mungkin menyebutkan detail spesifik, seperti nama anak, alamat, atau riwayat pembelian korban, untuk meningkatkan kepercayaan.


Kaspersky memperingatkan modus ini sering digunakan untuk phishing atau pemerasan. Seorang korban dilaporkan di Australia menerima pesan yang menyebutkan nama anaknya dan lokasi sekolah, meminta pembayaran untuk keamanan.


Penipuan berbasis AI, mulai dari deepfake, voice cloning, hingga phishing canggih, menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan di era digital. Mengenali modus operandi seperti komunikasi mendesak, janji keuntungan besar, atau dokumen yang tampak sah adalah langkah awal untuk melindungi diri. Selalu verifikasi sumber informasi melalui saluran resmi dan hindari tindakan impulsif saat menerima permintaan yang mencurigakan.


Sumber: beritasatu.com


Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com