Nantikan Jambi Cultural Festival 2026 'Ritual Bumi: Seruan Sungai dan Senandung Hutan'
BICARA PANGGUNG - Setelah sukses dua tahun gelaran Jambi Cultural Festival (JCF), lantas seperti apa JCF 2026 yang akan digagas oleh Asosiasi koreografer Jambi?
JCF Tahun 2024 koreografer muda di Jambi, 2025 koreografer Sumatera dan Tahun 2026 Asosiasi koreografer Jambi berencana akan membuka Koreografer nusantara.
"Jika pola ini terus berkembang, maka tahun 2026 adalah momen yang sangat tepat untuk melakukan lompatan yang lebih luas. Setelah membidik lokal (Jambi) dan regional (Sumatera), kami membayangkan untuk mengangkatnya ke tingkat Koreografer Nusantara," Ungkap IcaLago kepada bicarajambi.com (Minggu, 05/10/2025).
Hal itu, dimaksud menciptakan sebuah mosaik gerak yang merepresentasikan kekayaan Indonesia dalam satu pentas yang memukau.
"Kami ingin menjadikan Jambi sebagai tuan rumah yang merangkum keragaman gerak tari dari Sabang sampai Merauke. Ini akan menjadi sebuah simfoni kolosal di mana setiap koreografer membawa cerita dan identitas daerahnya, lalu berdialog dengan panggung budaya Jambi. Tujuannya adalah menciptakan sebuah mosaik gerak yang merepresentasikan kekayaan Indonesia dalam satu pentas yang memukau," Terangnya.
Tahun 2024 JCF merespon isu sosial yang sedang terjadi di provinsi Jambi. Masalah social di masyarakat mencakup berbagai isu yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan.
Kemiskinan misalnya, menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan, dimana Sebagian masyarakat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pendidikan yang merata juga menjadi masalah, mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Selain itu, isu Kesehatan seperti akses terhadap layanan Kesehatan yang layak, berkontribusi pada ketidakadilan sosial. Penting bagi masyarakat untuk berkolaborasi dalam mencari solusi untuk masalah ini agar tercipta kesejahteraan yang lebih merata.
Lalu tahun 2025, latar belakang JCF ialah Provinsi Jambi, dengan kekayaan alam dan budayanya yang melimpah, tidak luput dari tantangan ini. Hutan tropis dan sungai-sungai yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat kini menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali.
Deforestasi, kebakaran hutan, dan polusi sungai telah menjadi masalah akut di Jambi. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Jambi kehilangan ribuan hektar hutan setiap tahun akibat alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Kebakaran hutan dan lahan, terutama selama musim kemarau, tidak hanya merusak ekosistem tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat akibat kabut asap. Sungai Batanghari, sungai terpanjang di Sumatera, juga mengalami pencemaran berat akibat limbah industri dan sampah domestik, mengancam ekosistem perairan dan kehidupan masyarakat yang bergantung padanya.
Di sisi budaya, suku-suku pedalaman Jambi, seperti Suku Anak Dalam (Orang Rimba), memiliki kearifan lokal yang luar biasa dalam menjaga alam. Namun, budaya mereka terancam punah akibat modernisasi dan minimnya upaya pelestarian. Generasi muda semakin terpisah dari akar budaya mereka karena kurangnya edukasi dan ruang untuk mempelajari warisan leluhur. Aktivitas perkebunan dan pertambangan yang seringkali mengabaikan hak-hak adat suku pedalaman juga menyebabkan konflik sosial dan hilangnya kearifan lokal dalam menjaga alam.
Maka kata IcaLago, selain kemungkinan akan semakin meluaskan jangkauan Jambi Cultural Festival, tema juga akan lebih dalam dan filosofis.
"Untuk tahun 2026, kami sedang merancang sebuah tema yang lebih dalam dan filosofis. Meskipun masih dalam tahap kurasi, bayangan besarnya akan mengarah pada konsep Konsep Festival Ritual Bumi: Seruan Sungai dan Senandung Hutan," Imbuh IcaLago.
"Ritual Bumi dirancang sebagai sebuah perjalanan imersif yang menyatukan seni, spiritualitas ekologis, dan aksi nyata untuk lingkungan. Konsepnya bukan sekadar pertunjukan, tetapi upaya kolektif merefleksikan hubungan simbiosis antara manusia dan alam," Tambahnya mengakhiri. (*/HN)
Jambi Cultural Festival 2025: Magnet Budaya, Laboratorium Seni Rantau dan Warisan Generasi Mendatang
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom

.jpeg)

