Monday, November 10, 2025

Apresiasi Energi; Daya Nyala dari Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi


Oleh: Ady Santoso


Panggung Teater Arena Taman Budaya Jambi kembali bergedug kencang. Bagai kereta yang terus melaju dan dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. Seperti itulah yang saya rasakan selama tiga hari pelaksaaan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi tahun 2025, yang dalam tahun ini, format pertunjukannya dalam bentuk monolog. Selama tiga hari, mulai hari Rabu hingga Jum’at, 5 – 7 November 2025 mulai pukul 08.00 – 18.00 Wib, pertunjukan monolog dari pelbagai sanggar seni teater silih berganti menampilkan pertunjukan terbaiknya. Dalam satu hari pelaksanaan, pertunjukan yang disajikan bisa mencapai 25 penampilan, bisa dibayangkan bagaimana selama waktu pelaksanaan, hilir mudik saling silih berganti pelbagai setting masuk arena panggung agar dapat membangun setting dengan cepat dan langsung dilanjutkan dengan suguhan pertunjukan. Seperti itulah kemudian saya umpamakan seperti kereta yang terus melaju dan dari satu stasiun ke stasiun berikutnya, dimana dari satu pertunjukan kemudian berangkat lagi ke pertunjukan berikutnya. Sebanyak 65 penampil monolog telah menyuguhkan pentas terbaiknya dalam festival ini, dimana jumlah tersebut menyusut dari jumlah peserta yang mendaftar, yakni, 73 peserta. Menyusutnya jumlah peserta dikarenakan terdapat 8 peserta dari kategori pelajar yang mengundurkan diri.


Festival monolog ini terdiri dari dua kategori, yakni kategori pelajar dan kategori umum. Sebanyak 41 peserta dari 25 sekolah baik tingkat Sekolah Menengah Atas se-derajat (SMA, SMK, MA) dan Sekolah Menengah Pertama se-derajat (SMP, MTS) terdaftar sebagai peserta festival teater monolog tahun ini, dimana untuk tingkat SMA se-derajat terdapat 22 sekolah yang terdiri dari SMA, SMK, dan MA, sementara untuk tingkat SMP se-derajat terdapat 3 sekolah, SMP dan MTS. Sedangkan untuk kategori umum terdapat 24 peserta, yang terdiri dari sanggar seni teater umum, dan sanggar seni yang terdapat di perguruan tinggi.


Sanggar-sanggar tersebut telah mempertunjukkan 10 naskah dari 11 naskah yang telah ditetapkan oleh pihak UPTD Taman Budaya Jambi sebagai pelaksana festival ini. 11 naskah wajib yang dibawakan dalam pertunjukan monolog, yaitu: (1) Gotir, karya Agung Syahputra; (2) Tumbal Air Abadi, karya Dedi Saputra; (3) Arca, karya Devi Hanan; (4). Topeng Mayat, karya Khaira Agwalya Puspa; (5) Serapah Resah Kincir Tua, karya Lukman Tasman; (6) Nujuh, karya Medi Saputra; (7) Ratap, karya Natasya Salsabilla; (8) Incung, karya Nurul Iman; (9) Kemarau Berdarah, karya Raden Roro Dheajeng Pramesti; (10) Perempuan Daun Lontar, karya Yuyun DNS; dan (11) Monolog Air Suci, karya EM. Yogiswara.


Dari 11 naskah wajib tersebut kemudian tersebar kepada para penampil yang memilih naskah untuk dibawakan pertunjukan. Berdasarkan sebaran banyaknya pilihan naskah yang dibawakan peserta sebagai berikut, diurutkan berdasarkan jumlah naskah terbanyak yang menjadi pilihan penampil:


1. 20 penampil membawakan naskah Ratap, karya Natasya Salsabilla;

2. 10 penampil membawakan naskah Gotir, karya Agung Syahputra;

3. 8 penampil membawakan naskah Air Suci, karya EM. Yogiswara;

4. 7 penampil membawakan naskah Incung, karya Nurul Iman;

5. 6 penampil membawakan naskah Tumbal Air Abadi, karya Dedi Saputra;

6. 4 penampil membawakan naskah Nujuh, karya Medi Saputra;

7. 3 penampil membawakan naskah Arca, karya Devi Hanan;

8. 3 penampil membawakan naskah Topeng Mayat, karya Khaira Agwalya Puspa;

9. 3 penampil membawakan naskah Kemarau Berdarah, karya Raden Roro Dheajeng Pramesti;

10. 1 penampil membawakan naskah Serapah Resah Kincir Tua, karya Lukman Tasman; dan

11. 0 penampil membawakan naskah Perempuan Daun Lontar, karya Yuyun DNS.


Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi memang telah usai. Namun gaungnya masih terasa menggema di ruang-ruang ingatan. Ingatan bagaimana sorot lampu, suara yang tertahan di dada, tata rias dan kostum yang dirancang sedemkian rupa, trap-trap yang disusun menyerupai keinginan konsep pertunjukan, kursi, bangku, tempat tidur, buku-buku, pohon, kain, boneka-boneka, hingga dupa hilir mudik tampil diatas panggung teater arena. Wajah-wajah dari aktor muda yang memancarkan gairah, menjadi penegasan terhadap semangat yang tumbuh di antara generasi remaja yang berani berbicara melalui bahasa tubuh dan kata dalam monolog karya mereka. Memang dalam pelaksanaan setiap festival seni selalu membawa denyut gelora, ada getar, ada gugup, ada gairah, ada takut, ada harap, ada cemas, dan ada berbagai perasaan denyut lainnya yang dirasakan oleh para peserta. Begitu pula dengan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025, yang berlangsung di tengah semangat kesenian yang terus tumbuh di kalangan muda-mudi Jambi. Semangat untuk terus melakukan eksplorasi dan ekspresi dalam seni, itulah yang kemudian saya mencoba untuk memberikan apresiasi energi, atas nyala daya dari keberanian karya di Festival Teater Remaja.


Menyemai Energi

UPTD Taman Budaya Jambi yang memiliki beberapa fungsi diantaranya; (1) pelatihan dan bimbingan seni budaya; (2) pelaksanaan festival, lomba dan sayembara seni budaya; (3) pelaksanaan loka karya, workshop. Fungsi tersebut saya kutip sebagaimana yang tertuang di dalam Peraturan Gubernur Jambi Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Budaya Jambi Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jambi. Kemudian adalah apabila kita meninjau kembali bahwa UPTD Taman Budaya Jambi telah menunjukkan perannya sebagai rumah ekspresi dan tempat persemaian bakat-bakat muda melalui pelaksanaan Festival Teater Remaja. Melalui penyelenggaraan festival semacam itulah, UPTD Taman Budaya Jambi tidak hanya menghadirkan kegiatan kesenian, tetapi juga memperkuat fungsi edukasi, pembinaan, dan regenerasi dalam dunia kesenian. Namun perlu kemudian untuk menjadi catatan, bahwa UPTD Taman Budaya Jambi selain sebagai fasilitator dalam menghadirkan ruang eksplorasi dan ekspresi seni teater. Kiranya mulai perlu untuk menata dan memandang serius pentingnya kerja ekstra dari pembinaan seni teater, kerja yang lebih intensif, terstruktur dan terencana.


Hal tersebut sebagaimana seperti saya kutip tulisan Hendry Nursal berjudul 'Perang Besar' Diantara Pesta dan (atau) Teater Dalam Rangka, “dimana apabila menilik ke tiga tahun belakangan, dari pelaksanaan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi, dimana pada tahun 2022 masih satu kategori yaitu Remaja, diikuti sebanyak 14 Komunitas. Tahun 2023 juga satu kategori, peserta berjumlah 30 komunitas. Tahun 2024 dengan dua kategori, peserta berjumlah 32 Komunitas; 19 berasal dari pelajar dan 13 peserta umum. Luar biasanya di tahun 2025 peserta melonjak tinggi berjumlah 74 Komunitas; 49 Pelajar dan 24 umum”, Hendy melanjutkan pandangannya dalam tulisan tersebut “jika ini menjadi pertanda kebangkitan, maka 'perang besar' yang sedang menanti. Perang dalam artian harus disambut dengan cepat, dikejar dengan tepat pula agar mendapat pembinaan, pelatihan dan pendampingan dari para penggiat teater di kota Jambi khususnya. Sehingga talenta muda yang datang ke panggung Monolog di Taman Budaya Jambi, tetap terjaga, tetap terbina, dan yang paling penting ialah tetap Ada!”. Sejalan dengan pemikiran Hendry, bahwa momentum dari meledaknya animo masyarakat luas dalam mengapresiasi Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025 ini, baik dari peserta dan sanggarnya, juga tak kalah penting adalah para penontonya yang terus memadati teater arena disetiap harinya dari pelaksanaan festival tersebut.


Untuk itulah, menyemai energi menegaskan bahwa kondisi saat ini dari pertumbuhan seni teater di Jambi, khususnya di kalangan remaja memiliki daya kekuatan besar yang perlu diarahkan, disalurkan, dan diapresiasi melalui hadirnya ruang penyelenggaraan seni. Bahwa Taman Budaya Jambi bukan sekadar gedung pertunjukan, melainkan medan energi kolektif yang tumbuh mempertemukan ide-ide muda yang kemudian bertemu dengan pelbagai pengalaman seni yang selanjutnya menjadi saksi dari penampilan pertunjukan yang beragam konsep dan gagasan. Selanjutnya ialah, bagaimana menyemai energi, menjaga asa dari geliat apresiasi seni teater kini di Jambi. Hemat saya, perlu pertemuan antar para pelatih dan penggiat teater senior dalam sarasehan yang membicarakan khusus mengenai pertemuan antargenerasi dari pelaku seni teater di Jambi, yang kemudian diharapkan melahirkan daya baru energi seni. UPTD Taman Budaya Jambi menjadi fasilitator dari pertemuan tersebut, agar bagaimana membuat formulasi yang saya sebut semai energi. Semai energi dimana dalam saresahan tersebut mempersiapkan langkah langkah strategis dalam upaya membuat bibit-bibit generasi penerus di seni teater Jambi menjadi kuat dan menguatkan dari rantai pembelajaran antargenerasi.


Daya Bersama

Monolog sebagai bagian dari seni teater yang menuntut sang monologer untuk menghadirkan keberanian yang utuh, sebab seorang monologer harus berhadapan dengan dirinya sendiri dan dengan penonton. Namun berdirinya seorang monologer di tengah panggung pertunjukan tidak dapat dilakukan dengan tenaga sendiri, perlu kerjasama tim. Monologer membutuhkan kerjasama dari pihak yang bertanggung jawab terhadap urusan tata lampu, tata suara, tata rias dan kostum, setting dan properti, hingga pendukung pembangun set pertunjukan. Untuk itulah, walaupun seorang monologer tampil sendiri diatas panggung, sejatinya tetap ada para pendukung yang bekerjasama dengan sang monologer. Hal tersebut sebagaimana yang telah saya saksikan dalam setiap penampilan pertunjukan, tampak jelas sang monologer telah menghadirkan keberanian dari masing-masing penampilannya dan juga dari para pendukung pertunjukannya. Daya energi itu memancar, meski harus diakui dan disadari juga, kadang banyak yang belum terarah secara estetis. Namun justru di situlah letak nilai pembelajaran dari keberanian tampil yang dilandasi dari kerjasama di setiap elemen pendukung pertunjukan dari setiap sanggar. Itulah daya bersama yang telah ditunjukan dari para peserta, sehingga meminimalisir keterasingan dari misteri panggung. Panggung diusahakan agar bukan lagi sebagai tempat asing, melainkan ruang daya bersama. Daya bersama untuk menunjukkan satu hal, bahwa kami hadir dengan niat untuk mengembangkan kreatifitas melalui jalan berkesenian.


Dalam festival tahun ini, tampak jelas dalam pengamatan saya bahwa kerjasama menjadi fondasi utama dari setiap penampilan. Para peserta yang tampil dengan beragam gaya, namun, benang merahnya tetap sama, semua tampil dengan daya bersama. Meskipun terdapat beberapa peserta yang masih kaku dan gugup, namun tetap dapat saya rasakan bahwa energi yang mereka hadirkan, adalah energi kejujuran dari proses berkesenian. Di sinilah daya bersama menemukan maknanya, dimana keberanian tampil bukan sekadar soal percaya diri, melainkan juga bentuk kerjasama dan rasa saling percaya. Dalam teater, kerjasama berarti menegaskan eksistensi dari teater itu sendiri yang merupakan wahana untuk pembelajaran secara bersama-sama. Wahana untuk berbagi kesadaran tentang tanggung jawab, dari masing-masing pendukung pertunjukan, tentang relasi sosial, juga untuk menunjukkan eksistensi para peserta dan pendukungnya. Namun itulah daya bersama yang saya pandang sebagai keberanian dari potensi besar yang dapat diasah lebih jauh melalui pembinaan yang berkelanjutan.


Refleksi Apresiasi

Setiap kali penyelenggaraan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi, sesungguhnya yang hadir bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan denyut kehidupan kebudayaan yang terus berusaha bertahan dan berkembang. Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025 yang naskah wajibnya merupakan hasil naskah terpilih dari Lomba Penulisan Naskah Monolog Taman Budaya Jambi tahun 2024 menjadi salah satu momentum penting untuk melihat arah perkembangan seni teater di tingkat Jambi, khususnya dalam konteks keberlanjutan pembangunan kebudayaan. Festival ini sekaligus sebagai strategi hulu hilir dari upaya jembatan keberlanjutan seni teater di Jambi menuju refleksi yang lebih luas, menuju tentang bagaimana energi daya seni teater para remaja agar dapat disalurkan menjadi kekuatan nyata bagi pembangunan karakter, pendidikan, dan keberlanjutan kebudayaan di Provinsi Jambi. Karena itu, melalui festival ini, kita diajak untuk berpikir, merasakan, dan bertanya tentang perkembangan kebudayaan. Dimana berdasarkan refleksi dari meledaknya apresiasi dalam Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025 ini, sudah seharusnya dan dengan segera mungkin untuk memasyarakatkan pertumbuhan seni teater di kalangan remaja, yang dapat berarti juga ialah menyiapkan generasi yang peka, reflektif, dan berbudaya.melayu Jambi dalam ruang seni teater.


Namun, tentu saja masih banyak yang bisa diperkuat bersama-sama pasca kegiatan Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025 ini. Dimana dengan refleksi, kita melihat kembali hal-hal yang perlu secara bersama-sama untuk dipersipakan, dilaksanakan, dan juga ditingkatkan. Kegiatan peningkatan kapasitas dari para peserta, serta sanggar-sanggar yang mengikuti kegiatan festival tahun ini. Pasca festival perlu segera untuk merumuskan formulasi seperti lokakarya, bedah karya, atau mentoring lanjutan dari setiap sanggar yang telah ikut tampil dalam festival. Peran UPTD Taman Budaya Jambi yang mendudukkan fungsi dirinya dalam pelatihan dan bimbingan seni budaya, perlu untuk berupaya agar semangat para peserta tidak berhenti di panggung festival, namun daya energinya harus terus menyala dan harus dijaga. Karena itulah keberadaan dari UPTD Taman Budaya Jambi yang menjadi penjaga api dari semangat kebudayaan di Jambi, perlu terus untuk berkesinambungan dengan para seniman dan budayawan. UPTD Taman Budaya Jambi memiliki peran tanggung jawab moral untuk menjaga daya nyala api energi seni, yang mana agar tetap menjadi api yang menghangatkan ruang kebudayaan.


Dari hasil pengamat, masih tampak tantangan dalam pembelajaran ke depan akan menjadi miliknya seni teater itu sendiri. Mejadi milik akan bagaimana peserta dalam penguasaan dramaturgi dan pemahaman teks, mengikat emosi penonton, menjaga ekspresi. Sehingga berdasarkan pandangan saya perlu untuk terus menguatkan proses pembelajaran teater tentang dramaturgi, olah vokal, dan gestur. Sebab, monolog tidak sekadar berbicara seorang diri, melainkan berbicara melalui diri, yang kemudian dituangkan untuk menghidupkan ruang. Namun refleksi apresiasi lainnya ialah tentang keberanian dari kreativitas remaja Jambi yang patut diapresiasi. Dengan keterbatasan properti, banyak peserta mampu menghadirkan atmosfer yang kuat. Tata cahaya dan musik digunakan secara minimalis namun tetap berupaya agar tetap efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap estetika mulai tumbuh, meski perlu terus diasah agar konsep artistik tidak berhenti pada dekorasi, melainkan mendukung komunikasi dan menguatkan makna dari cerita. Sehingga setelah selesainya festival ini, hal pembelajaran yang paling berharga bukan sekadar siapa yang dapat piala, tetapi bagaimana semangat kebersamaan terbangun, terjaga, dan terus tumbuh bersama.


Catatan penutup tulisan ini, dimana saya sebagai salah satu anggota juri, mengajak secara bersama-sama, baik peserta, pelatih, penonton hingga panitia untuk terus menjadi bagian dari satu ekosistem yang saling menyemangati. Karena kegiatan ini telah menjadi ruang perjumpaan antar sekolah, antar sanggar bahkan antar pengalaman kehidupan. Dimana melalui festival ini, kita semua telah menjadi penyaksi, bahwa energi itu nyata nyala dayanya, karya-karya telah lahir dari kerja kolektif dan kesadaran bahwa seni teater bukan hanya tontonan, tetapi juga sarana pendidikan. UPTD Taman Budaya Jambi telah berhasil menjaga tradisi Jambi yang dituangkan ke dalam festival ini, sehingga festival ini bukan hanya sebagai kegiatan tahunan, melainkan sebagai laboratorium kebudayaan. Apresiasi energi, menjadi pesan panjang bagi semua pihak: bahwa energi remaja harus terus diapresiasi dan diarahkan. Seni teater adalah jalan bagi pembentukan karakter, empati, dan daya juang, dalam landscape kebudayaan. Tugas semuanya berikutnya adalah menyiapkan ruang lanjutan, ruang diskusi, ruang pelatihan, dan rantai regenerasi. Sebab, suksesnya festival bukan hanya ramainya peserta di panggung pertunjukan, melainkan langkah ke depan untuk perbaikan yang berkelanjutan.


Ady Santoso – Anggota Juri Festival Teater Remaja Taman Budaya Jambi 2025



Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com