Friday, November 7, 2025

'Perang Besar' Diantara Pesta dan (atau) Teater Dalam Rangka


Oleh Hendry Nursal*

 

"Mohon penonton agar tidak berlalu Lalang sat pertujukan sedang berlangsung, baiklah...Inilah peserta selanjutnya, Festival Monolog Tahun 2025 di Taman Budaya Jambi, Selamat Menyaksikan!" Begitulah seruan IcaLago selaku pemandu acara yang diikuti dengan padamnya pencahayaan ruang Gedung Teater Arena.

 

Perlahan pencahayaan Kembali menyala beriringan dengan alunan lembut musik, tampak seorang aktris duduk sembari menutup kepala diantara dua lutut kakinya. Sementara seisi Gedung sangat sunyi tapi masih terlihat samar-samar penonton yang berada disisi kiri dan kanan panggung, juga depan termasuk diantaranya tiga dewan juri yaitu: Didin Siroz, Ikhsan Satria Irianto, dan Ady Santoso.

 

Penonton yang telah bersiap menyaksikan pertunjukan lumayan memadati Gedung berkapasitas lebih kurang 300 orang tersebut, namun tetap terlihat penonton masih berdatangan dari pintu di sisi kiri maupun kanan. Begitu besar animo dan respon, terlepas karena faktor kenal atau berasal dari Institusi yang sama dengan peserta maupun tidak.

 

Diambil dari berbagai sumber Teater adalah bentuk seni pertunjukan yang melibatkan aktor langsung yang menyajikan cerita di hadapan penonton, seringkali di atas panggung. Secara etimologis, kata "teater" berasal dari bahasa Yunani "theatron" yang berarti "tempat untuk menonton". Selain itu, "teater" juga dapat merujuk pada gedung atau tempat di mana pertunjukan berlangsung, serta seni itu sendiri sebagai profesi atau disiplin ilmu. 

 

Beberapa makna dan konsep teater, yaitu Seni pertunjukan: Teater adalah seni kolaboratif di mana aktor menyampaikan pengalaman nyata atau imajiner melalui kombinasi gerakan, dialog, lagu, musik, dan tarian; Fungsi teater: sebagai sarana hiburan, penyampaian pesan moral, serta untuk menyampaikan pengetahuan tentang sejarah, budaya, atau nilai-nilai kehidupan.

 




Teater (Inggris: theater atau theatre; Prancis théâtre; bahasa Yunani theatron (θέατρον) adalah salah satu seni bermain peran (drama) yang menyajikan cerita kehidupan nyata di atas pentas. Jalan cerita yang disajikan biasanya mengandung pesan moral yang tersirat dan bisa dijadikan pelajaran kehidupan oleh para penonton.

 

Teater adalah cabang kesenian yang lahir pada masa Yunani klasik. Pada masa itu, sekitar 500 tahun SM dimainkan di atas altar oleh pendeta-pendeta dan salah satu adegannya adalah upacara memberi kurban pada dewa. Hingga kemudian bentuk itu berubah pada masa Athena, kurban diganti oleh peran antagonis yang dihukum atas dasar kehendak masyarakat dan mati bagi semua orang.

 

Dalam makna tersebut teater modern Indonesia dipahami secara konseptual (teater realis) dimulai sejak Usmar Ismail dan Asrul Sani mendirikan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada 10 September 1955 di Jakarta. Sejak itu bentuk teater di Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan bentuk-bentuk tradisionalnya, seperti Randai, Ludruk, Mahyong, Ketoprak, dan Ledhek.

 

Seni teater adalah jenis kesenian pertunjukan drama yang dipentaskan di atas panggung. Secara spesifik, seni teater merupakan sebuah seni drama yang menampilkan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan lengkap dengan dialog dan akting.

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teater mempunyai tiga pengertian, yakni gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dan sebagainya. Selanjutnya, pengertian kedua adalah ruangan besar dengan deretan kursi-kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah. Pengertian terakhir ialah pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi, seni drama, sandiwara, dan drama.

 

Secara etimologis, kata teater dapat diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan, sedangkan kata teater secara istilah diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas panggung untuk konsumsi penikmatnya.

 




Sedangkan Monolog atau swacakap adalah istilah keilmuan yang diambil dari kata mono yang artinya satu dan log dari kata logos yang artinya ilmu. Secara harfiah, monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran, di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan atau sketsa. Meski begitu, monolog dapat dikategorikan dalam drama. Perbedaan monolog dengan drama terletak pada jumlah aktor atau pemain. Pada monolog, aktor dituntut untuk menafsirkan sendiri naskah melalui gerakan dan dialog agar dapat tersampaikan kepada penonton.

 

Secara sederhana, monolog bisa dijelaskan sebagai cara untuk menyampaikan pesan dengan satu pembicara dalam gerakan yang sesuai dengan isi pernyataan. Ini sejalan dengan definisi monolog dalam KBBI, yang menggambarkan monolog sebagai adegan di mana hanya ada satu pelaku yang membawakan percakapan seorang diri.

 

Monolog sudah diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Pada saat itu, pertelevisian tidak mengenal pengisian suara sehingga monolog banyak dipraktikkan untuk membuat film komedi atau horor.

 

Monolog diperkenalkan pertama kali di Hollywood sekitar tahun 1964, kemudian berkembang menjadi sarana seni dan teater yang sudah menjadi salah satu teori atau pembelajaran dari karya seni teater. Salah satu penggagas monolog yang terkenal adalah Charlie Chaplin.

 

Dalam teater Yunani kuno, asal mula drama barat, aturan tiga aktor konvensional didahului oleh aturan dua aktor, yang didahului oleh konvensi di mana hanya seorang aktor tunggal yang akan muncul di panggung, bersama dengan paduan suara. Oleh karena itu, asal mula monolog sebagai perangkat dramatis tidak berakar pada dialog. Sebaliknya, justru sebaliknya; dialog berevolusi dari monolog.

 

Teater Romawi kuno menampilkan monolog secara ekstensif, lebih umum daripada teater Yunani Kuno atau teater modern. Salah satu tujuan utama monolog ini adalah untuk menunjukkan berlalunya sejumlah waktu yang signifikan (yang akan membosankan untuk benar-benar dimainkan secara real time) dalam suatu adegan. Jenis monolog ini disebut sebagai monolog penghubung. Jenis monolog lainnya termasuk "monolog pembuka" dan monolog penutup.Dalam setiap kasus ini, fungsi utamanya adalah menunjukkan berlalunya waktu.

 

Sejak teater Renaisans, monolog umumnya berfokus pada karakter yang menggunakan pidato panjang untuk memenuhi kebutuhan dramatis mereka. Di sisi lain, teater postmodern sering kali merangkul aspek performatif dari monolog, bahkan sampai menantang batas antara penggambaran karakter (misalnya akting) dan pidato autobiografi.

 




Festival Teater Remaja berupa monolog yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ), pada 5-7 November 2025 sepertinya memang sudah ditunggu-tunggu oleh peserta. Apalagi dengan adanya kategori terpisah antara pelajar dan umum, menambah tinggi daya tariknya bagi calon peserta.

 

Terbukti jika menilik ke tiga tahun belakangan, pada tahun 2022 masih satu kategori yaitu Remaja, 14 Komunitas. Tahun 2023 juga satu kategori, peserta berjumlah 30 Komunitas. Tahun 2024 dengan dua kategori, peserta berjumlah 32 Komunitas; 19 berasal dari pelajar dan 13 peserta umum. Luar biasanya di tahun 2025 peserta melonjak tinggi berjumlah 74 Komunitas; 49 Pelajar dan 24 umum.

 

Mengutip dari tulisan Ady Santoso berjudul Getaran Kegairahan; Hantaran Persiapan Pengalaman Berkesenian dalam Festival Monolog Taman Budaya Jambi 2025 "pesan kegembiraan menjadi penekanan, yang mana agar seluruh para peserta menjalankan festival ini dengan penuh kegembiraan. Pesan yang singkat namun mampu memberikan penyemangat kepada peserta agar mempersiapkan pertunjukan terbaiknya dengan penuh kegembiraan. Kegembiraan yang memang mestinya tampak jelas bahwa festival ini bukan hanya ajang tampil, melainkan juga menjadi ruang penyatuan energi seni, ruang pertemuan berbagai kreasi, ruang pertumbuhan dari para penyangga seni yang terdapat di Provinsi Jambi. Oleh karenanya, perlu kemudian agar setiap peserta mengetahui, bahwa bukan hanya tampil pentas monolog saja, namun juga sikap hormat terhadap sesama pelaku seni dan terjalinnya sarana silahturahmi"

 

Tentunya ini menjadi catatan penting, kita bisa sebut sebagai prestasi tinggi dan berkembangnya pembinaan talenta muda di kota Jambi khususnya. Apakah karena berbentuk monolog menjadi meledaknya jumlah peserta? mengingat di tahun 2022 dan 2023 bersifat pertunjukan teater lengkap (full play) bukan monolog, frasa atau fragmen dari pertunjukan/ naskah tertentu, sedangkan 2024 dan 2025 berupa monolog.

 

Ini adalah pesta besar, pesta kebahagiaan bagi penggiat teater di Taman Budaya Jambi. 74 Komunitas bukan jumlah yang kecil, mereka datang menggunakan baju komunitas bukan personal, meskipun aktor tampil monolog di panggung, tetap saja melibatkan beberapa orang lainnya (diluar tenaga teknis) dalam persiapan artistik, pemusik, dan lainnya.

 

Penulis tidak sedang membahas kualitas tampilan peserta, tidak juga mencurigai kuantitasnya. Sangat yakin seluruh peserta memegang kata dalam dirinya, bahwa festival ini ajang kreativitas, ajang mengasah diri. Dan akhirnya berharap bisa menjadi pemikiran bersama, menyatukan kecintaan terhadap tumbuh kembangnya dunia teater di Jambi.

Jika ini menjadi pertanda kebangkitan, maka 'perang besar' yang sedang menanti. Perang dalam artian harus disambut dengan cepat, dikejar dengan tepat pula agar mendapat pembinaan, pelatihan dan pendampingan dari para penggiat teater di kota Jambi khususnya. Sehingga talenta muda yang datang ke panggung Monolog di Taman Budaya Jambi, tetap terjaga, tetap terbina, dan yang paling penting ialah tetap Ada!

 

Tetap ada? Tentu bisa dibilang menjadi poin terpenting, sebab sangat disayangkan kalau komunitas itu bermunculan hanya pada saat festival saja, lebih kocaknya lagi jika nama komunitas malah berganti di tahun berikutnya. Jadi teringat kata "Teater dalam Rangka" dari Ide Bagus Putra, Seniman teater yang saat ini lebih konsen di dunia sastra yaitu puisi.

 

Hanya dalam rangka lomba, festival, kegiatan-kegiatan seremonial dan banyak lagi. Sangat tidak diharapkan, kalau berpikir pembinaan untuk jangka Panjang, untuk masa depan, untuk generasi penerus seni Teater di Jambi. Sangat jelas hanya dikejar gengsinya saja, atau hadiah saja, bisa jadi sebagai cara mendapatkan pengakuan? kalau di kategori pelajar, preseden buruk jika peserta datang dan berkompetisi karena terpaksa, karena sebagai bentuk kepatuhan pada gurunya bahkan di lain sisi ada juga hanya bentuk pembuktian.

 

Pembuktian atas apa, untuk apa? itu malah menjerumuskan pada kesombongan, yang ingin menunjukan kalau 'AKU' bisa, mampu, terpandang hebat di panggung. Bukan disini tempatnya, bukan di suatu kompetisi. Kita berharap peserta yang datang di festival adalah mereka-mereka yang berbahagia, berpesta bersama di panggung teater merayakan silaturahmi besar, merayakan indahnya kreativitas talenta muda.

 

Bukankah soal menang kalah itu biasa, soal juara hanyalah bonus dari proses yang dipersiapkan, dari pencarian, penggalian serta penemuan karakter tokoh dalam naskah dan membawa berlibur sejenak dari realita hidup ke dalam cerita khayalan sang pengarang.

 




Semoga saja peserta datang bukan hanya mengejar gengsinya apalagi hadiahnya, namun menjadi bagian dari proses mengasah kemampuan dirinya berada di panggung festival umumnya dan teater khususnya. Sehingga menampilkan yang terbaik dari hati dan jiwa terdalam, maksimal, dan menikmati buah dari lelahnya Latihan menggali karakter tokoh dalam naskah.

 

Harapannya tujuan penyelenggaraan dari Taman Budaya Jambi benar, benar-benar dan sebenarnya dapat diraih, yaitu Mendorong dan mengembangkan potensi seni generasi muda di bidang seni, Menyalurkan bakat seni generasi muda, Mengenalkan budaya melalui peningkatan apresiasi dan kreativitas di bidang seni, Membangun ekosistem seni secara berkesinambungan.

 

Sehingga "Perang Besar" terwujud, tidak hanya sebatas Teater Dalam Rangka, tidak hanya sebatas panggung festival ini saja, maka generasi penerus Teater di Jambi berikutnya akan lahir mewarnai khasanah seni teater di masa mendatang.

 

Selamat kepada seluruh peserta yang telah berpesta dan merayakannya berbalut silaturahmi. Bagi para pemenang ini adalah awal bukan akhir, jangan berkecil hati untuk yang belum beruntung. Terus berkarya, maju terus seni dan budaya Jambi, terima kasih Taman Budaya Jambi!

 

*Penulis adalah Wartawan dan Penggiat Seni, tinggal di Jambi

 

 

Referensi:

 

Niswan, Muhamad; Bilada, Hirar; Sukarelawati, Sukarelawati (2018-10-18). "Hubungan Pertunjukan Teater dengan Perilaku Penonton". JURNAL SOSIAL HUMANIORA (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 139. doi:10.30997/jsh.v9i2.1381. ISSN 2550-0236. Diarsipkan dari asli tanggal 2020-10-22. Diakses tanggal 2021-01-17.

 

Sahrul (2017). Teater dalam Kritik. Padangpanjang: ISI Padangpanjang. hlm. 3. ISBN 978-602-60147-9-5. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2023-04-16. Diakses tanggal 2021-01-18.

 

"Arti kata swacakap". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 15 Oktober 2020.

 

"Monolog: Pengertian, Aspek, Ciri, Jenis, dan Buku Rekomendasi". Gramedia Blog. Diakses tanggal 07 Juni 2024.

 

Csapo, Eric; Miller, Margaret C. (2007-01-15). The Origins of Theater in Ancient Greece and Beyond: From Ritual to Drama (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-83682-1.

 

Kuritz, Paul (1988). The Making of Theatre History (dalam bahasa Inggris). PAUL KURITZ. ISBN 978-0-13-547861-5.

 

Prescott, Henry W. (1939-01). "Link Monologues in Roman Comedy". Classical Philology. 34 (1): 1–23. doi:10.1086/362195. ISSN 0009-837X.

 

Prescott, Henry W. (1939-04). "Link Monologues in Roman Comedy". Classical Philology. 34 (2): 116–126. doi:10.1086/362225. ISSN 0009-837X.

 

Prescott, Henry W. (1942-01). "Exit Monologues in Roman Comedy". Classical Philology. 37 (1): 1–21. doi:10.1086/362568. ISSN 0009-837X.

 

Geis, Deborah R. (1993). Postmodern theatric(k)s: monologue in contemporary American drama. Theatre--theory/text/performance. Ann Arbor: University of Michigan Press. ISBN 978-0-472-10467-3.




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com