Wednesday, June 18, 2025

CPJ: Israel Negara Pembunuh Jurnalis Terbanyak Sepanjang 2024


BICARA INTERNASIONAL
- Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan jurnalis di dunia sepanjang tahun 2024. Jumlah ini menjadi yang tertinggi yang dilakukan oleh satu negara sejak CPJ mulai mencatat data tersebut pada 1992.


Sejak 7 Oktober 2023, CPJ mencatat sedikitnya 183 jurnalis tewas di Gaza dan Lebanon akibat agresi Israel. Laporan lain memperkirakan angka kematian mendekati 220, menjadikan konflik di wilayah tersebut sebagai salah satu yang paling mematikan bagi insan pers.


Sebuah studi dari Universitas Brown bahkan menyebut konflik di Gaza sebagai konflik paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern, melebihi jumlah jurnalis yang tewas dalam semua konflik besar Amerika Serikat jika digabungkan.


Contoh paling tragis dari eskalasi kekerasan ini adalah Wael Dahdouh, kepala biro Al Jazeera di Gaza, yang kehilangan istri, anak, dan cucunya akibat serangan udara Israel. Selain itu, jurnalis foto Fatima Hassouna juga dilaporkan tewas bersama sejumlah anggota keluarganya dalam serangan serupa.


Militer Israel mengeklaim bahwa serangan tersebut menargetkan anggota Hamas. Namun, banyak pengamat dan kelompok hak asasi manusia menilai tindakan tersebut sebagai upaya sistematis untuk membungkam media melalui hukuman kolektif terhadap jurnalis dan keluarga mereka.


Dina Matar, profesor komunikasi politik dari SOAS University of London, menyoroti penggunaan hasbara, strategi komunikasi dan propaganda Israel, untuk mendominasi opini publik di negara-negara Barat.


“Israel berusaha mengontrol narasi global dengan terus membingkai diri sebagai korban, sembari menekan pelaporan independen atas kejahatan perang di Palestina,” ujarnya.


Freedom of the Press Foundation menegaskan bahwa lembaga penyiaran, bahkan yang memiliki kecenderungan propaganda, bukanlah target militer yang sah. “Menyerang studio berita selama siaran langsung tidak akan menghentikan program nuklir Iran,” tulis lembaga tersebut dalam pernyataan resminya.


Beberapa akademisi dan kelompok hak asasi manusia kini menyerukan sanksi nyata terhadap Israel, seperti penghentian pendanaan militer dan pasokan senjata. Mereka menilai, selama dunia internasional gagal memberikan tekanan konkret, kekerasan terhadap jurnalis dan pelanggaran hak asasi manusia akan terus berlanjut.


“Israel tidak akan menghentikan perilaku brutalnya tanpa tekanan dari luar,” kata Loreley Hahn Herrera, dosen media global dan budaya digital di SOAS University of London.


Sumber: beritasatu.com



Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com