Saturday, October 18, 2025

Cerpen Yanto Bule 'Hilang Sepat Di Sungai Rasau ku'


Wanita separuh baya,dengan tampilan topi caping yang di anyaman bambu di kenakan di kepalanya, sementara Sugi terus menonjol di sudut mulutnya yang berwana merah sisa kunyahan pinang.


Ada rajutan bambu yang di ikat di pinggang wanita separuh baya,yang mengunakan pancing dari batang bambu panjang terus berendam separuh badan di sungai Rasau.


Ya di sungai Rasau sangat di kenal dengan melimpah nya ikat jenis sepat, yang berukuran lumayan besar,belum lagi ikan baung, bujuk dan ikan bilis masih banyak di temukan di sungai Rasau yang masih sangat asri.


Di sepanjang aliran sungai Rasau masih banyak di tumbuhi pepohonan rindang seperti pohon Medang labu,gondangan,tampoi , cempedak hutan bahkan ada juga jengkol yang mau tumbuh di sana.


Belum lagi suara simpai, dan burung murai bersahutan, suara kepodang dan kutilang nyaring mencari pasangan.


Bagi iroh wanita separuh baya,yang hobi memancing pasca di tingal mati suaminya,menjadi pilihan hidup apalagi selama ini tidak memiliki anak dari hasil pernikahan dengan mang Leman.


Hampir setiap hari jika tidak hujan Mak iroh, selalu berangkat dengan semua peralatan mancing sederhananya yang di bawa dari rumah, hasil pancingannya sudah pasti laku di beli para tetangganya,bahkan yu Narmi pemilik warung di sebelah rumahku selalu menampung hasil pancingan Mak Iroh.


'' jid, maukah engkau membantuku memasangkan pancing , sebab penglihatan ku sudah mulai berkurang untuk bisa memasang senar pancing "

" Dengan senang hati Mak, mau berapa banyak pancing yang di ganti senarnya"

" Dua saja jid, kemarin pancing Mak putus saat mancing di lubuk Anwar,bisa jadi di makam ikan tapah di sana makanya putus "

" Mestinya pakai senar yang lebih besar Mak, dan pancing juga yang besar,di warung pak aji di pasar ,kan banyak di jual "

" Iya sudah Mak beli, ada dua gulung senar Mak sudah beli,sama pancing putih khusus menajur ikan bujuk,jid"


Usai sholat asar Mak Iroh, mulai mengumpulkan umpan seperti cacing dan juga kroto atau telur semut angkrang,yang di ambilnya sendiri di belakang rumah di pohon kayu jelutung.


Hari itu menjadi nasib baik untuk Mak Iroh, hasil mancing ikannya lumayan banyak,bukan cuma ikan sepat putih saja,tetapi ada dua ekor ikan tapah berat 3 kg di dapatkan Mak Iroh.


Bik Mul, Mak darini membeli banyak ikan dari nak Iroh, mau untuk kenduri katanya,ya sambil bantuin Mak Iroh biar gak jual terlalu jauh hasil pancingannya.


" Tumben dapat banyak terus mak, hampir seminggu ini pancingan dan tajurmu melimpah"

" Mungkin Tuhan tengah baik kepadaku Bik"


Malam itu, sungai Rasau meluap banyak kayu bekas potongan yang di babat di hutan ikut hanyut terbawa arus air sungai Rasau,belum lagi karet hasil cetakan penderas yang ikut hanyut terdampar di pinggir kali, tapi bagi Mak Iroh naiknya air sungai Rasau menjadi rejeki tersendiri,sebab bakal banyak ikan baung yang ikut mabuk dan mudah di pancing.


Bergegas wanita tua itu menutup pintu rumahnya,untuk berjalan menuju sungai Rasau.


Setibanya di sungai yang di dapati hanya air keruh kekuningan pekat,  air sungai Rasau di tampung tangan kurus Mak Iroh,seperti ada yang aneh saja,sebab air sungai Rasau tak biasanya banjir tepi cepat jernih, kali ini berbeda air sungai seperti keruh yang di sengaja.


" Aneh air sungai Rasau kali ini, biasanya setelah banjir keruhnya akan cepat hilang dan kembali jernih, dan banyak ikan baung yang mabuk,tapi kali ini tidak ada ikan sama sekali"


Pikiran aneh berkecamuk di kepala Mak Iroh, sampai pulang kerumah Mak Iroh tetap memikirkan air sungai Rasau yang tak jernih.


Rasa penasaran Mak Iroh,bukan sampai di situ saja tetapi hasil pancingannya akhir akhir ini turun drastis tak lagi mudah memancing ikan sepat putih,bilis dan ikan tapah, tapi makin hari air sungai Rasau terus keruh dan ikan pun ikut menghilang.


Rerumputan di pinggir sungai Rasau menjadi berwarna lumpur, banyak tumbuhan di sepanjang aliran sungai Rasau menjadi berubah mati.


" Apakah di bagian hulu ada bencana ,sehingga air sungai Rasau terus menerus keruh, sampai sampai hasil pancingan ku menurun jauh, Ya Tuhan aku akan makan apa lagi jika tidak memancing"


Dengan langkah lunglai Mak Iroh, pulang tanpa membawa hasil,pancing dan beberapa pancing tajuran di bawa pulang serta.


Di suatu pagi Mak Iroh,membawa bekal berusaha mencari tau ke bagian hulu sungai ada apa sebenarnya, Lamat Lamat terdengar suara mesin nyaring di dalam sungai,bukan hanya satu mesin saja tetapi puluhan mesin suaranya keras seperti berlomba .


Langkah kakinya berlari kecil di antara semak belukar di kebun karet warga, Mak Iroh ingin tau suara mesin apa di yang ada di sungai, ternyata ada banyak orang sendang mengoperasikan mesin di atas kapal yang di buat sedemikian rupa.


Ada pipa yang menjorok ke dalam sungai, ada yang di alirkan ke dalam papan,dengan karpet karpet dari ijuk yang di jajarkan, air keruh bercampur pasir dan batuan meluncur di atas papan, sementara para pekerja lainya sibuk memisahkan batu di atasnya,air di seputaran rakit kapal mesin menjadi keruh sampai ke muara.


Tanpa rasa bersalah pada penambang terus menyedot batu bercampur pasir dan tanah dari dasar sungai,untuk mencari butiran emas yang jadi incaran mereka.


Mata Mak Iroh nanar melihat pemandangan di dalam sungai, suaranya nyaring meminta untuk mematikan mesin tetapi tak terdengar,suara mak Iroh seperti tenggelam oleh suara deru pilihan mesin di dalam sungai.


Tenaga Mak Iroh makin habis terkuras, sampai di rumah tubuhnya di hempas  di atas dipan kayu peninggalan suami nya, hatinya sedih tak lagi bisa memancing di sungai Rasau,ikan tak ada lagi di sana,yang ada hanya air keruh sepanjang hari.


Tok,tok

Pintu rumah mak Iroh di ketuk dari luar, sudah satu Minggu ini Mak Iroh enggan beraktivitas, badannya makin ringkih dan malas makan .


" Assalamualaikum Mak"

" Walaikumsalam, ternyata kamu jid"

" Iya Mak, ada yang mau ketemu Mak "

" Siapa jid"

" orang yang punya mesin di sungai Mak"


Mendengar bahwa yang datang orang yang punya mesin di sungai,Tiba tiba mak Iroh,langsung bangkit dari dipannya , tangannya yang ringkih  memegang papan di pinggir dipan Mak iroh langsung berdiri.


" Mana orangnya jid"

" Itu Mak"


Lelaki kekar dengan badan sedikit hitam ,datang dengan membawa sembako yang di beli di warung,dan di bawa kerumah Mak Iroh, bawaan lelaki kekar itu di letakan di meja di rumah mak Iroh.


" Saya mak,Udin yang punya mesin di dalam sungai, saya bawakan sembako sebagai pengganti Mak tidak bisa mancing di sungai Rasau lagi''

" Enyah dan Pergi serta bawalah bawaanmu itu,aku tidak Sudi menerima pemberian dari orang yang merusak sungai dan alamku,cukuplah aku makan dari hasil keringat ku sendiri tanpa merusak alam"


Teriakan Mak Iroh,membuat terkejut lelaki yang membawa sembako, Majid pun terkejut dengan suara tegas Mak Iroh yang sudah main renta,tiba tiba pintu rumah mak Iroh langsung di tutup keras, lelaki kekar itu langsung pergi dengan membawa barang bawaannya.


Hening malam itu,membuat suasana rumah mak Iroh yang sederhana semakin sunyi,tak ada desiran angin yang melintas di rumah mak Iroh, Majid terdiam dan tak pernah menyangka Mak Iroh bisa berkata setegas itu.


" Jid, Mak bukan tidak bisa makan ,tapi Mak tidak Sudi menerima bantuan dari orang yang merusak alam, kitalah yang bakal menanggung kerusakan alam di sekeliling mu, percayalah kalau kamu tidak bertindak jid,alami akan menjadi hancur''

" Kamu akan merasakan kemarahan alam,jika para penambang kamu biarkan ,dan libatkan esok setiap tahun bakal ada musibah di kampung kita"


Suara menggelegar petir begitu keras, air hujan turun dari langit seperti di curahkan dengan sangat derasnya ,membuat Aliran deras sungai Rasau tak mampu menampung lagi,sehingga melimpah dan  membelah jalan umum, sudah setengah hari air yang menggenangi jalan tak juga surut, pohon jengkol, pohon nangka dan pohon tampoi tercerabut dan hanyut di sungai Rasau, sebagian pohon Medang labu nyangkut di permukaan tiang jembatan.


Banyak petugas pemerintah datang melihat dan memantau di sungai Rasau,mereka takut jika jembatan yang di bangun pemerintah ambrol akibat banjir bandang di sungai Rasau yang terjadi setiap tahunnya,hamparan air terlihat sepanjang jalan menuju ibukota kecamatan,yang sudah surut.


" Benar katamu Mak, desaku dapat musibah tahunan akibat keserakahan manusia mak, lihatlah jalan desa ini bisa putus oleh banjir,semoga engkau tenang di sana mak''bisik Majid lirih.


Sanggar imaji Pamenang 18 Oktober 2025


Catatan kecil:

Angkrang : semut yang telurnya di buat umpan ikan dan burung

Najur : Pasang pancing yang di tinggal kerumah





Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com