Dua Komunitas Tampilkan Mini Konser Musikalisasi Puisi, Prolog, dan Rauangan Motor di Anjungan Puisi Jambi
BICARA PANGGUNG - Anjungan Puisi Jambi pada Sabtu malam (18/10/2025) mendadak berubah menjadi arena penuh warna. Kolaborasi Cemara by Limaniart dan Bengkel Sastra Resentra menghadirkan Mini Konser Musikalisasi Puisi, sebuah pertunjukan lintas seni yang memadukan puisi, musik, dan teater dalam satu ruang ekspresi yang hangat sekaligus provokatif.
Dengan membawakan sejumlah karya penyair nasional, seperti Sukma Pujangga (JE tatengkeng), Pulang (Joko Pinurbo), Malam Laut (Toto Sudarto Bachtiar), Soneta Laut (Amir Hamzah), Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Darmono), dan Ujung-Ujung Hujan (Afrizal Makna), para pelajar dan mahasiswa kelompok musikalisasi ini menghadirkan interpretasi musikal yang segar dan reflektif. Pertunjukan dimulai pukul 19.30 WIB dan berlangsung hingga 21.30 WIB, disaksikan puluhan penikmat sastra dan pelaku seni dari berbagai komunitas.
Motor di Arena Puisi
Bagian paling mengejutkan dari konser ini adalah hadirnya motor di dalam arena Anjungan Puisi. Adegan teatrikal tersebut menjadi simbol kebebasan dan sekaligus sindiran sarkastik terhadap maraknya aksi geng motor yang meresahkan warga Jambi akhir-akhir ini.
Motor yang melintas di tengah mini konser musikalisasi puisi disambut tepuk tangan panjang penonton, menciptakan kontras kuat antara keindahan kata dan realitas sosial yang getir. Musisi Jambi Taufik Hidayat menyebut ide ini sebagai bentuk keberanian baru dalam artistik panggung.
“Membawa motor ke arena puisi adalah upaya cerdas mengubah keresahan sosial menjadi simbol estetika. Ini bukan provokasi, tapi refleksi,” ujarnya usai pertunjukan. Aksi tersebut juga menandai keberanian generasi muda untuk menjadikan puisi bukan sekadar teks, melainkan media kritik sosial yang hidup.
Apresiasi dan Dukungan Seniman
Perupa dan Kepala Taman Budaya Jambi Jafar Rasuh turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan konser ini. Ia menilai, gerakan Anjungan Puisi Jambi patut diapresiasi karena bergerak secara mandiri tanpa bergantung pada dana atau program pemerintah.
“Gerakan seperti ini menunjukkan bahwa seni di Jambi masih punya nyala api yang tumbuh dari akar. Mereka membangun ruang sendiri, tanpa menunggu instruksi,” tutur Jafar. Selain itu, dukungan juga datang dari sejumlah seniman lintas bidang seperti Didin Siroz (teaterawan, pendiri Teater Tonggak), Anton Wijaya (musisi), dan E.M. Yogiswara (seniman dan pemerhati budaya). Menilai acara ini bukan hanya pertunjukan, tetapi juga pendidikan estetika yang nyata bagi pelajar.
Kolaborasi Besar, Energi Muda
Mini konser ini melibatkan lebih dari 30 penampil dari berbagai latar seni. Mereka terbagi dalam tim gabungan, tim Bengkel Sastra Resentra, serta dua kelompok Cemara by Limaniart.
Selain itu, tim monolog menghadirkan nuansa dramatik dari tampilan Arta Pasha, Adib Raziq Zarnazi, Isyfil Inayah, dan Dwiky Firdianto, di bawah arahan sutradara muda Shafa Ahlansyah, Binar Maisa Zafira, dan Christian Viandra Forester.
Pendamping kegiatan, Muhammad Fajar Septiawan, S.Kom., CPSp., menegaskan bahwa konser ini adalah latihan terbuka untuk menumbuhkan kolaborasi dan kepekaan sosial. “Puisi tak hanya dibaca, tapi dihidupkan di panggung. Kami ingin anak-anak belajar memaknai keresahan sosial dan menyalurkannya lewat seni,” ujarnya.
Diskusi dan Refleksi
Kegiatan ditutup dengan diskusi apresiasi seni yang dihadiri para seniman tamu dan penonton. Dalam forum tersebut, peserta berbagi pandangan tentang pentingnya ruang alternatif bagi generasi muda untuk berlatih dan berekspresi. Sebelum konser dimulai, Tim Monolog Resentra juga menampilkan fragmen teatrikal di halaman Anjungan Puisi sebagai pembuka, menggambarkan kehidupan masyarakat yang masih berjuang di tengah kegelisahan zaman.
Meneguhkan Tradisi Mandiri
Mini Konser Musikalisasi Puisi ini menjadi bukti bahwa dunia seni di Jambi terus hidup, bergerak dari komunitas ke komunitas dengan semangat mandiri. Anjungan Puisi Jambi kini bukan hanya ruang pentas, tetapi juga laboratorium seni yang merawat keberanian bereksperimen dan kepedulian sosial melalui puisi.
Dengan kombinasi kata, nada, dan simbol sosial seperti motor di panggung, malam itu Jambi berbicara dengan cara yang baru: puisi yang hidup, bernyanyi, dan bersuara tentang kehidupan. (*/)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom