Pertunjukan “Nago dari Selatan” Refleksi Atas Realitas Kultur, Lanskap Sungai Batang Hari dan Identitas Tubuh Melayu-Jambi
Hanya dihadiri kurang lebih 45 penonton di setiap malamnya. Pertunjukan dimulai pada pukul 19.45 WIB dari berbagai kalangan antara lain penonton umum, komunitas-komunitas seni dan para pelaku seni budaya di Kota Jambi.
Pertunjukan kali ini diawali oleh Fery Aprian yang membawa sebuah akuarium yang berisi air sungai Batang Hari dan pompa air pembangkit listrik mini. Panggung menjadi sebuah laboratorium dan Salira Ayatusyifa berceramah seputar data-data terkait wilayah teritorial sungai hingga mahluk hidup berupa ikan endemik, mikroorganisme hingga senyawa-senyawa yang terkandung dalam air Sungai Batang Hari beberapa dekade ini. Kemudian, Rahmat mewujudkan koreografi ikan yang hadir di tengah genangan air yang tercemar oleh amoniak & merkuri.
"Nago dari Selatan menawarkan tiga fragmen utama sebagai peristiwa yang dihadirkan antara lain yaitu ‘tentang sungai sebagai inspirasi paludarium’ tempat segala mahluk hidup bertumbuh dan berdampingan, ‘Sungai sebagai sumber peradaban manusia’ dan ‘Aktivitas publik dan sungai ditinjau pada hari ini’," Ujar Salira Ayatusyifa.
Dengan durasi pertunjukan selama kurang lebih 45 menit, penonton seperti dibawa pada dua dimensi antara yang teralami dan juga probabilitas berbagai macam kemungkinan terkait sungai pada seribu tahun kedepan apabila kita tidak segera menyadari upaya pembiaran yang terus terjadi terhadap kerusakan alam dan lingkungan sungai.
Sungai Batang Hari dan kita sebagai warga Jambi akan terus saling berkaitan di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Identitas tubuh melayu-jambi yang di hadirkan oleh para aktor melalui narasi komplek candi muaro jambi, akulturasi agama budha dan ajaran kebaikan yang tersimpan dalam relief candi, hingga ingatan dan memori publik mengenai lagu daerah Batang Hari ciptaan Harmaini Litai akan terus tumbuh dan mengakar pada generasi di masa depan.
Tubuh melayu-jambi menjadi ruh dan nafas pertunjukan ini, bagaimana para aktor memiliki kenangan sedari masa kecil hingga saat ini yang selalu dekat dengan Sungai Batang Hari dan juga mengenai etika, tata cara serta merepresentasikan bentuk koreografi gerak dan laku tubuh.
"Mengenal sungai Batang Hari juga berarti mengimplementasikan tentang kesadaran bersama tentang keberlangsungan, kepedulian serta menanamkan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari alam dan kembali menjadi sumber falsafah kehidupan. Di dalam pertunjukan ini, juga hadir video wawancara pengemudi perahu ketek, Wak Herman yang bercerita tentang degradasi transportasi air dalam beberapa periode serta partisipatif penonton menjadi orator di dalam pertunjukan," Jelas Salira Ayatusyifa kepada bicarajambi.com (Rabu, 8/10/2025).
Nago dari Selatan yang disutradarai oleh Salira Ayatusyifa beserta para kolaborator yaitu Rahmat Pangestu, Fery Aprian, Didin Siroz, Mahendra, Sahrul Adha dan Ari Wibowo. Bukan hanya berbicara mengenai esensi sungai dan aktivitasnya, tetapi lebih dari pada itu- pertunjukan ini menawarkan sebuah konsep pertunjukan seni yang membawa kebaruan dengan pendekatan skenografi augmented reality yang bersifat imersif, virtual real-time, dan audio-reactive.
Penggunaan teknologi dalam pertunjukan teater bukanlah hal baru bagi Salira, ini merupakan pertunjukan ke-5nya bermain dan bereksplorasi di wilayah skenografi digital. Kesempatan kali ini Salira Ayatusyifa bersama para pekerja seni teater di Kota Jambi mencoba membuka ruang eksperimen yang lebih luas, detail dan penggunaan perangkat yang lebih mapan dalam mewujudkan kemungkinan-kemungkinan artistik hasil dari riset dan observasi langsung terhadap Sungai Batang Hari.
Antara mikroorganisme-ikan endemik yang bergerak di ruang Sungai Batang Hari dan perwujudan movement koreografi Ikan Tapah melalui tubuh Rahmat Pangestu yang didukung oleh sensor gerak menjadi sebuah inspirasi bahwa pertunjukan teater hari ini dapat melampaui batas-batas imajinatif yang terkadang bersifat terbatas. “Nago dari Selatan” menawarkan pertunjukan teater berbasis media baru dan menjadi pertunjukan yang menginspirasi penonton teater pada wilayah pergerakan yang inovatif khususnya di Kota Jambi.
Pertunjukan ini juga didukung oleh kekuatan para aktor; Salira Ayatusyifa, Rahmat Pangestu dan Fery Aprian yang telah berhasil sublim mempraktikan keaktoran multyplay-role antara dimensi realita dan ruang imajinatif selain itu mereka juga bekerja dengan prinsip yang menggabungkan dua wilayah kerja praktik artistik yang hadir di atas panggung dan elemen pendukung pertunjukan.
Seorang apresiator yang bernama M.Ikshan merupakan sastrawan Jambi yang bekerja di Balai Bahasa Provinsi Jambi mengatakan “pertunjukan teater kali ini, juga bisa disebut dengan pertunjukan “Hydro-Techno” karena adanya korelasi antara teknologi digital dan unsur teater hidrologi. Kemudian, Ia juga berpendapat mengenai penggayaan sutradara pada akhir adegan agar lebih bisa ekploratif dan berani “nakal” ujarnya.
Pertunjukan ini telah sukses dipentaskan pada dua malam di Taman Budaya Jambi. “Nago dari Selatan” merupakan pertunjukan teater yang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V. Kemudian juga didukung oleh UPTD Taman Budaya Jambi, Teater Tonggak dan Gerai Betubi selama proses kreatif dari pra persiapan hingga pasca pertunjukan. (*/HN)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom







