Saturday, November 1, 2025

Kehadiran Dugong Bisa Dikenali Melalui Suara


BICARA FAUNA
Meneliti dugong (Dugong dugon) merupakan tantangan besar. Mamalia laut ini menyenangi padang lamun dan aktif hingga malam hari. Pengamatan visual dengan mengandalkan mata manusia, menjadi sesuatu yang sangat sulit.

Sebuah terobosan penelitian dilakukan di perairan Sangihe, Sulawesi Utara. Tim peneliti dari Yapeka dan berbagai lembaga menggunakan teknologi Passive Acoustic Monitoring (PAM) atau pemantauan akustik pasif, untuk mendeteksi dugong dengan cara memasang alat bernama “Hydromoth” yang merekam dan mendokumentasikan suara dugong. Kedalamannya, sekitar 2-3 meter atau lebih.

Lokasi pemasangan dilakukan di dua perairan, yakni di Desa Batuwingkung dan Desa Likuang. Di dua lokasi ini terdapat 11 spesis lamun dengan luasan sekitar 1.652 hektar, dan merupakan hotspot dugong. Hasil temuan ini disampaikan pada Simposium for Indonesia – Malaysia Bioacoustics (SIMBA 2025) di Universiti Malaysia Terengganu (UMT), Malaysia, 23-25 Mei 2025 lalu.

Berdasarkan hasil analisis, alat tersebut berhasil merekam 117 suara panggilan dugong berbeda selama 707 jam. Panggilan ini bukanlah suara yang monoton, tapi tim berhasil mengklasifikasikannya menjadi lima kata atau jenis vokalisasi unik.

Kelima jenis vokalisasi tersebut adalah Chirps (45 panggilan suara), Squeaks (2 panggilan suara), Pre Thrills (4 panggilan suara), Thrills (47 panggilan suara), dan Barks (19 panggilan suara).

“Suara-suara ini berhubungan dengan pola perilaku tertentu dari dugong, misalkan barks diasosiasikan dengan warning atau merasa terancam,” ungkap Bella Riskyta Arinda, periset dugong dari Yapeka, kepada Mongabay, Rabu (29/10/2025).

Dugong yang berperan penting menjaga ekosistem laut. Foto: Pixabay/dietmaha/Public Domain

Suara lainnya diyakini terkait interaksi sosial, seperti ketakutan, protes, bermain, pemisahan induk dan anak, atau suara-suara yang kemungkinan berfungsi untuk wilayah teritorial.

Bella yang merupakan GIS spesialis dan data analisis, menjelaskan bahwa meski riset bioakustik ini fokus pada vokalisasi dugong, namun dapat melengkapi survei-survei yang mendeteksi keberadaan dan suara dugong. Terutama, pada malam hari atau pada kondisi air keruh.

Apalagi dalam riset mereka, vokalisasi awal dugong, misalkan yang diklasifikasikan sebagai suara bark atau semacam gonggongan, terdeteksi pada sore hari waktu setempat atau pukul 17.28. Perekaman selanjutnya menunjukkan peningkatan bertahap dalam aktivitas vokalisasi, ditandai dengan frekuensi panggilan lebih tinggi, intensitas lebih besar, dan keragaman jenis vokalisasi lebih luas. Aktivitas akustik bahkan mencapai puncaknya malam hari dan berlanjut hingga pukul 23:46.

“Penelitian sebelumnya juga menjelaskan, dugong lebih aktif secara vokal malam hari terkait dengan peningkatan aktivitas makan, fungsi perilaku dan sosial,” ujar Bella.

Dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora yang menjadikan lamun sebagai makanan utamanya. Foto: Dok. Yapeka

Dugong pahlawan penjaga iklim

Sekar Mira, Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, menjelaskan hubungan erat antara dugong, padang lamun, dan perubahan iklim. Dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora yang menjadikan lamun sebagai makanan utamanya.

Ia menjelaskan kalau mamalia laut ini ikut menjaga keseimbangan iklim lewat interaksinya dengan padang lamun yang menjadi rumah sekaligus makanan utamanya. Perilaku makan dugong, ternyata mempengaruhi cadangan dan aliran karbon di ekosistem pesisir, khususnya padang lamun.

Sekar Mira mencermati, apakah spesies ini menghabiskan stok karbon saja atau memiliki peran lain dalam siklus karbon biru tersebut. Dijelaskannya, karbon biru merupakan karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut, seperti mangrove, padang lamun, dan rawa pasang surut.

Selama ini, kajian karbon biru lebih banyak berfokus pada vegetasi laut. HAsilnya menunjukkan, aktivitas herbivori dugong, termasuk asupan makanan, ekskresi, hingga interaksinya dengan lamun, juga memberikan kontribusi terhadap siklus karbon di wilayah pesisir.

“Peran dugong dalam ekosistem laut tidak hanya sebagai pemakan lamun, tapi juga sebagai penggerak proses ekologi yang lebih luas. Termasuk, dalam mitigasi perubahan iklim,” jelasnya, dikutip dari laman BRIN, 28 Juni 2025.

Jenis lamun yang hidup di antara terumbu karang di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Penelitian yang dilakukan Sekar Mira menunjukkan bahwa interaksi dugong dengan lamun berpotensi meningkatkan proses dekomposisi dan penyerapan karbon di sedimen, yang menjadikannya bagian dari solusi ekosistem terhadap perubahan iklim. Risetnya juga menunjukkan bahwa dugong bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati laut, tetapi juga berperan penting menjaga stabilitas iklim melalui ekosistem pesisir.

Sementara, riset yang dilakukan oleh Bella dan kolega, yang menganalisis struktur suara dapat memberikan wawasan berharga tentang perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial dugong, yang pada akhirnya mendukung upaya konservasi melalui pemahaman ekologi lebih baik.

“Dugong itu adalah insinyur di padang lamun. Dengan penelitian suara dugong di Sangihe ini, menandakan bahwa mereka ada di sekitar kita dan kualitas lingkungan kita juga masih baik. Dugong membantu memelihara lamun, dengan begitu ekosistemnya menjadi sehat, banyak ikan, dan pada akhirnya akan mendukung sumber perikanan bagi nelayan sekitar juga,” ungkap Bella.

Dugong yang tepantau drone di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Foto: Dok. Yapeka

Di Indonesia, dugong termasuk satwa dilindungi yang saat ini menghadapi ancaman kepunahan. Salah satu penyebabnya adalah kondisi habitat dugong yaitu padang lamun yang berkurang, telah menjadi penghambat perkembangan populasi.

Merujuk seagrass watch, padang lamun membentuk habitat pesisir yang penting di seluruh Kepulauan Indonesia, membentang dari intertidal hingga subtidal, di sepanjang garis pantai mangrove, muara sungai, dan muara laut dangkal.

Dengan melindungi dugong berarti kita melindungi rantai kehidupan berharga, mulai dari kestabilan iklim, ekosistem yang sehat, serta mendukung perikanan skala kecil bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.



Sumber: mongabay.co.id




Follow bicarajambi.com
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom
Bisnis Klik Tautan Ini: PEMASANGAN IKLAN


Ikuti info terbaru bicarajambi.com di 
Channel bicarajambiDOTcom melalui
WhatsApp dan Telegram


Peringatan Penting!
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin informasi/berita/konten/artikel, namun dengan mencantumkan sumber bicarajambi.com